Sebelum Ada Korban Lain

8.7K 802 33
                                    

"Gua ke kamar bentar, Pet." Aku berjalan ke kamar.

Kriet!

Kubuka pintu, lalu menyalakan lampu. Duduk sebentar di atas kasur, sembari memikirkan percakapanku dengan Pak Karta.

Apa benar Riana yang memilihku untuk melepaskan tali itu? Jika kulepaskan, apa ia akan langsung menghilang, atau ... malah akan terus mengikutiku? Argh! Entahlah! Aku lelah mikirkannya. Lagian ia yang melakukan tindakan itu, kenapa harus merepotkanku.

Bergegas aku pergi mandi. Sempat terdiam sebentar di depan kamar mandi, lalu membuka pintu. Melirik ke atas, seketika itu baru teringat kalau kamar mandi Riana berada di atas sana. Tali itu pun masih menggantung di sana.

Hiy~

Aku langsung merinding saat memikirkannya. Saking takutnya, terpaksa mandi dengan pintu terbuka. Setelah itu, bergabung dengan teman lain yang sedang diskusi di ruang tamu.

"Lama amat, lu," omel Petra.

"Mandi dulu, Pet," balasku. "Dah sampe mana pembahasannya?"

"Bagi tugas buat belanja bahan makanannya," balas Amira.

"Oh ya, Ra. Daniar baik-baik aja?" tanyaku.

"Sementara dia ngungsi dulu ke kosan temennya."

"Semoga cepet sembuh."

"Iya, Bal."

Kami pun lanjut berdiskusi. Mas Ilham, Farel dan Amira mendapatkan tugas belanja. Dahlia, Poppy dan Gina mendapatkan tugas memasak. Sementara aku, Supri dan Petra mendapatkan tugas mempersiapkan box makanan.

Dari semula 18 orang penghuni kosan. Kini hanya tersisa setengahnya. Mbak Cici dan Daniar dikabarkan tidak bisa datang. Mungkin mereka masih trauma dengan Riana. Sementara enam orang lainnya ada yang pulang kampung, mengungsi ke kosan lain atau memutuskan untuk pindah.

Aku berharap setelah pengajian ini, kondisi kosan kembali seperti dulu. Aman dan tentram tanpa gangguan. Sehingga kami bisa kembali mengobrol sampai subuh di ruang tamu.

__________

Sekitar satu jam kemudian, Mas Ilham, Farel dan Amira sudah kembali ke kosan. Semua bahan makanan sudah diserahkan pada bagian dapur. Sementara aku, Petra dan Supri mulai mempersiapkan box makanan.

"Kenapa gak beli yang sterofoam aja sih," keluh Petra sambil membentuk box kardus.

"Sampah plastik, Pet!" sahut Supri.

"Abisnya ribet bener kudu staples satu-satu."

"Dah kerjain aja. Munpun lagi libur kuliah."

"Padahal weekend gini, paling enak mongkrong di kampus. WIFI-nya nyebut."

"Eh, Bal. Lu diem aja," tegur Supri.

"Tau tuh, daritadi diem doang. Lagi mikirin apa sih?" timpal Petra.

"Kagak mikirin apa-apa. Lagi fokus aja," sahutku.

"Lebay amat, cuman motongin kertas nasi aja ampe fokus banget."

Sekitar pukul satu siang, makanan sudah siap. Rencananya pengajian akan digelar sehabis magrib. Aku pun kembali ke kamar, untuk rebahan di atas kasur. Baru sebentar, sudah dibawa ke alam mimpi.

Mimpi di sebuah ruangan kosong. Ada kursi yang tergeletak di bagian tengah ruangan. Tepat di atas kursi itu, terlihat sebuah tali yang menggantung, dengan bagian ujung yang membentuk lingkaran. Persis tali yang biasa digunakan oleh orang yang gantung diri.

Mataku tertuju pada tali itu yang kini mulai bergerak perlahan. Kiri. Kanan. Perlahan aku melangkah maju. Menegakan kursi yang tadi tergeletak, lalu naik ke atasnya. 

Riana - Lepaskan Tali di LeherkuWhere stories live. Discover now