Do or Drink

8.5K 826 9
                                    

Malam ini begitu mencekam. Setelah kejadian yang menimpa Gina, kami memutuskan untuk begadang bersama di kamar Supri.

Tujuh orang dalam satu kamar yang tidak begitu luas, membuat suasana kamar agak panas. Pendingin ruangan pun dirasa tidak begitu berpengaruh.

Gina dan Poppy duduk di atas kasur, sembari menyandarkan punggungnya ke tembok. Sementara Amira dan Dahlia, duduk di lantai bersama kaum pria — aku, Supri dan Petra.

"Udah ampir jam dua malem, belum ada yang ngantuk?" tanya Supri.

"Ngantuk sih, tapi kan janjinya begadang ampe pagi," sahut Poppy.

"Empat jam lagi," ucap Amira.

"Yap, mending lanjut aja nonton animenya," sahut Petra.

Daritadi aku tidak begitu fokus menonton. Pikiran ini masih terus memikirkan kejadian tadi. Ternyata tebakan Mbak Cici benar, kalau Riana menyukaiku. Mungkin itulah alasannya ia terus mengikutiku dan meminta tolong padaku.

Namun, seharusnya ia sadar kalau kehadirannya malah mengganggu hidupku dan membuatku ketakutan. Bahkan teman-teman yang lain pun merasakan hal yang sama.

Sempat berpikir kalau kecelakaan yang menimpa Mbak Cici ada hubungannya denganku. Mungkin saja Riana cemburu, karena aku dan Mbak Cici makan dan ngobrol berdua.

Lantas apa alasannya Riana mencelekai Daniar? Apa ada hubungannya denganku atau ... itu murni karena ia tidak suka dengan acara pengajian.

Argh! Entahlah, perasaan ini mengatakan kalau Riana tidak benar-benar menyukaiku. Ini tampak seperti akal-akalannya saja. Pasti ada alasan lain. Alasan yang membuatnya meneror hingga mencelakai seisi kosan.

Plak!

Petra menepuk pipiku lumayan kencang. "Aw! Sakit tau, Pet?" omelku, kaget.

"Jangan ngelamun! Gua takut lu kesurupan," balasnya.

"Siapa yang ngelamun?"

"Lu! Daritadi dipanggil diem doang. Mana tatapannya kosong gitu."

"Gua kagak ngelamun, Pet."

"Terus lagi mikirin apaan?"

"Palingan mikirin yang tadi. Bener, kan?" sahut Amira.

"Iya, Ra," balasku.

"Itu emang beneran dia suka sama lu?" tanya Dahlia.

"Gua gak tau," sahutku.

"Mungkin selama ini dia udah ngasih kode-kode, tapi elu-nya kagak peka. Atau gara-gara kejadian itu, terus dia ada rasa sama lu," ucap Petra.

"Kejadian apaan?" Aku bingung dengan ucapan Petra.

"Ituuu ... yang di ruang tamu."

"Ruang tamu? Apaan? Kalau ngomong yang jelas."

"Kobam (Mabok)."

"Hah? Emang pernah?" Aku sama sekali tidak ingat dengan kejadian itu.

"Pernah! Parah lu! Pantes aja dia sakit hati sama lu!"

"Coba ingetin lagi, gua lupa."

"Seinget gua ya, soalnya gua juga rada-rada lupa. Namanya juga orang setengah sadar. Jadi ...."

"Malam itu, kondisi kosan emang lagi sepi. Kalau gak salah, pas mulai liburan semester. Dan cuman sisa gua sama elu yang belum pulang," ucap Petra.

"Oh iya gua inget." Aku mulai mengingat kejadian malam itu.

Waktu itu Petra memiliki ide buruk yang bisa mengeluarkan kami dari kosan, yaitu minum minuman beralkohol alias mabuk. Kami pun pergi ke sebuah toko swalayan besar yang menjual minuman beralkohol. Tanpa berpikir panjang, membeli satu botol besar minuman, lalu dibawa ke kosan.

Riana - Lepaskan Tali di LeherkuWhere stories live. Discover now