Riana Mengincar Petra

8.5K 794 25
                                    

Hua!

Aku berteriak, lalu lari sekencang mungkin. "Bal!" teriak Petra di belakang.

Aku menoleh, ternyata Petra masih tertinggal di belakang. Tepat di sampingnya ada Riana. "Lari, Pet!" teriakku.

"Kagak bisa! Tangan gua!" Terlihat Riana sedang memegang tangan Petra.

Aku berlari ke kamar Supri, untuk minta bantuan.

"Woi! Jangan tinggalin gua!" teriak Petra.

Pintu kamar Supri tertutup rapat.

Dug! Dug! Dug!

Kugedor-gedor pintu. "Pri, buka!" teriakku.

"Bal! Tolong!" Sementara itu, Petra terus berteriak minta tolong.

"Pri! Kenapa dikunci!" teriakku. Tetap tak ada jawaban. Aku mencoba mengedor-gedor pintu kamar Mas Ilham, lalu Galih dan Farel. Mereka kompak mengunci pintunya dan tak menjawab.

Ada apa ini?

"Bal, Tolong! Argh!"

Sontak aku menoleh pada Petra, sepertinya Riana sudah pergi. Namun ... ada sebuah tali yang mengikat leher Petra.

Tali itu perlahan naik, sehingga Petra mulai kehilangan pijakan. Ia tampak panik, berusaha melepas tali itu. Wajahnya pun mulai memerah.

"Petra!" teriakku, seraya berlari menghampirinya. Kemudian memeluk kakinya dengan erat. "Tahan, Pet!"

"Tolong!" teriakku.

"Bal." Terdengar suara Petra, tapi arahnya dari belakang.

Aku menoleh. Tak ada siapa-siapa. Saat kembali melihat ke depan. Terlihat kaki Petra berubah menjadi pucat dengan kuku membiru. Urat-urat di kakinya pun menghitam. Sepertinya ini bukan kaki ....

Perlahan aku menengadah, "Hua!" teriakku, terkejut hingga terjungkal. Karena, itu bukan Petra melainkan Riana.

"Bal," ucap Riana seraya mengulurkan tangannya. Kemudian diikuti gerakan mengayun ke depan dan belakang. "Bal, tolong lepasin," rintihnya.

Aku menutup wajah dengan kedua telapak tangan. "Jangan ganggu gua terus!" teriakku. Tak lama, terasa sebuah sentuhan di pundak. "Gua ada salah apa sama lu!"

"Bal, Bal! Sadar!" Terdengar suara Petra.

Perlahan, aku merenggangkan jemari, mengintip dari sela-selanya. Wajah Petra berada di hadapan. Kaget, aku sampai tak sengaja memukulnya.

"Aw!" Petra kesakitan. "Napa sih, lu?" ucapnya, kesal.

"Eh, sorry, Pet. Gua pikir si ...."

"Udah gak ada! Buruan balik ke kamar!" Petra menarik tanganku, kembali ke kamar.

"Loh, sambelnya mana?" tanya Supri, saat kami masuk kamar.

"Nggak jadi, Pri. Keburu ada si Entu," sahut Petra seraya duduk di lantai. Sementara aku langsung menutup pintu.

"Dia nampakin diri lagi?"

"Huuh. Tadi muncul di depan kamar si Iqbal. Terus gak lama ilang."

Aku duduk di lantai.

"Bal, lu daritadi diem aja," tegur Supri.

"Tau tuh anak! Orang si Entu dah ilang. Eh dia malah berdiri kaku gitu, sambil nutupin muka. Mana muka gua ikutan digebuk," balas Petra.

Sepertinya hanya aku saja yang melihat kejadian mengerikan tadi.

"Bal? Jangan ngelamun!" Supri menempuk pahaku.

Riana - Lepaskan Tali di LeherkuWhere stories live. Discover now