•part21•

30.8K 3.3K 412
                                    

Setelah kejadian semalam. Pagi ini banyak para wartawan berdatangan menuju Jakarta wisteria school. Entah apa tujuan mereka, yang pasti ingin mendapat berita mengenai anak tunggal dan pewaris tunggal butik terkenal. Tidak cuma satu kelompok wartawan, bahkan lebih dari itu. Banyak mobil berlogo masing-masing perusahaan. Tentu orang-orang nya juga bermacam-macam seragam berbeda-beda.

Keadaan sekolah ini terlihat begitu ricuh, bahkan sangat ricuh. Belum dapat sekolah menampung tiap suara-suara para murid, kini semakin bertambah dengan adanya para pekerja pencari berita itu.

Semenjak semua murid mengetahui siapa Ziya dan apa asal usulnya. Di situlah mereka merasa tertekan layaknya seorang buronan. Karena mereka tau, setelah kejadian semalam. Dapat di pastikan masalah ini akan di permasalahkan menjadi lebih panjang. Tentu hingga sampai pada saat di mana gadis itu mendapat bullyan satu sekolah.

Jika saja bener tebakan itu. Maka tidak dapat di pungkiri jika mereka akan segera di keluarkan dari sekolah secara tidak pantas. Lalu masa depan mereka hilang sepenuhnya karena tidak ada sekolah lain ingin menerima murid yang sudah di buang oleh sekolah seterkenal ini. Mereka dapat menjamin itu. Apalagi Regan begitu sayang kepada adiknya. Lihat saja pada saat Regan memukul Damar tanpa ampun.

"Gue yakin. Setelah ini mereka bakal di keluarin dari sekolah,"

"Mungkin kita pun juga," Balas temannya yang lain.

"Nyesel gue sempat bully si Ziya."

-------

Dari lantai dua tepat berada nya kelas XII ips-2, ada seorang gadis cantik beserta ketiga temannya tengah memantau keadaan di lantai bawah. Jantung di antara mereka berdetak kencang tak karuan. Seolah jantung itu siap lompat dari sarangnya menuju mana saja. Mereka bertiga menatap bawah dengan sikap wanti-wanti.

Tentu keempat orang itu di wakili si wakil OSIS serta ketiga anggotanya yang dua dari nya sama seperti dia dan satunya aman.

Dilla sejak semalam terus memikirkan apa yang akan di lakukan oleh pemilik sekolah ini jika mereka tau Dilla dan Adira sumber masalahnya. Bagaimana jika orang lain ada di antara mereka semua, lalu diam-diam memvideokan nya sebagai bukti.

"Nyesel banget gue ngikuti Lo Dil," ketus Bella menatap Dilla nyalang. Gadis itu bahkan tidak tau jika masalah yang awalnya kecil menjadi sebesar ini. Bella serta Amel tidak pernah berpikir jika Damar bisa memukul Alena, dan berakhir Regan turun tangan. Hingga Bu Alia memberi tau jika gadis tersebut anak dari pemilik sekolah.

"Gue yakin setelah ini bakal ada korban yang akan di keluarin. Mungkin antara Damar, Adira, Lo pada," Ara menunjuk ke arah Amel dan Bella berada. "Dan--" belum sempat Ara melanjut ucapannya. Dilla sudah menyela duluan.

"Gak usah kurang ajar Lo," bentak Dilla tak terima. Temannya ini sungguh layaknya seorang provokator handal.

Terlihat jelas raut wajah Dilla menunjukkan rasa takut. Gadis itu bahkan tidak dapat berpikir jernih tentang hal ini.

"Damar. Kenapa Lo harus mukul Ziya sampai kayak gini. Gue butuh Lo cuma mau bilang ke Ziya putus gak lebih."

-------

"Gak nyangka gue masalahnya bakal sebesar ini." Suara penyesalan itu terdengar dari koridor berada.

Pria satu itu menatap sekeliling lapangan dengan tatapan tak percaya. Bagaimana bisa masalah sekecil ini bisa menjadi besar. Yang bikin terkejutnya sampai para media datang ke sekolah. Dia yakini jika para media ini ingin membawa kasus semalam ke publik. Hingga dapat di percaya bahwa dirinya seorang pria kasar yang tak tau sasaran tepat.

Damar. Pemilik nama itu terus menatap khawatir ke arah lapangan sekolah. Sungguh dia tidak menyangka kejadian semalam, dimana Damar memukul gadis itu menjadi sebesar ini. Apalagi kejadian semalam sungguh mampu membuat Damar tak percaya. Pertama, dengan lihainya tangan Damar memukul wajah Alena sangat kuat. Damar bahkan tidak tau setan apa yang memasuki tubuhnya hingga mampu membuat dia sekejam itu. Damar hanya tidak percaya saja apa yang gadis itu perbuat. Tentu yang kedua saat Bu Alia sendiri mengumumkan bahwa Ziya lah anak sulung keluarga pemilik sekolah. Anak yang di gadang-gadang bersekolah di London setelah satu tahun lamanya. Pantas saja kadang Damar berpikir jika gadis itu memiliki sumber pengaman yang amat dalam. Dari dia membuat masalah kecil hingga besar. Gadis itu tidak dapat di keluarkan, di skorsing, diskualifikasi, ataupun dapat surat pemanggilan orang tua. Ternyata memang dia sangat berpengaruh.

My transmigration [END]Where stories live. Discover now