•part18•

32.9K 3.1K 105
                                    

Jam menuju pukul delapan malam. Pertanda jika makan malam telah selesai. Keluarga Saller yang sedari tadi selesai dengan acara makan malam pun langsung masuk ke kamar masing-masing. Namun sepasang suami istri itu masih setia di ruang keluarga.

Alena berjalan menuju luar kamarnya. Tujuan gadis itu cuma satu, berjalan menuju kamar Regan.

Sesampainya di depan pintu Regan. Tanpa permisi Alena langsung memasuki kamar secara perlahan, hingga tidak ada suara yang keluar.

Alena menatap sekeliling kamar. Sama seperti waktu pertama kali dia masuk ke kamar Regan. Tidak ada yang berbeda satu pun. Bahkan tata letak barang-barangnya juga tidak berbeda. Alena pun sempat berpikir, jika saja ada maling. Mereka pasti bisa dengan muda membongkar kamar Regan setelah memantau.

Perlahan Alena masuk ke dalam, lalu menutup kembali. Saat berbalik, Alena dapat melihat si pemilik kamar tengah tertidur pulas di balik selimutnya. Dengan segera Alena berjalan mendekati ranjang tersebut.

Duduk di tepi ranjang. Menatap Regan serius yang berada di alam mimpinya. Terlihat wajah pria yang selalu menampakkan raut wajah datar, namun jika bersama Alena, dia selalu menampakkan raut galak. Kini berubah sesaat menjadi damai. Alena bahkan bisa melihat berapa nyamannya alam mimpi Regan sampai pria itu terlalu menikmatinya.

Di saat berikutnya, Alena menundukkan badan agar berhadapan dengan wajah Regan berada.

"Regan." Panggil Alena tepat di depan Regan dengan nada berbisik.

Panggilan sekali dan tidak terlalu kuat itu, mungkin cukup berdampak pada Regan. Pria ini sesekali bergerak kala mendengar panggilan Alena. Namun dia tidak merespon atau membuka matanya, seakan panggilan itu hanya hinggap di alam mimpi.

"Regan!" Bisik Alena dengan sedikit bersuara. Tentu panggilan Alena mampu membuat Regan terusik.

"Hm." Regan menjawab dengan deheman sekali. Tak ada respon yang lain, selain gumaman saja. Bahkan kelopak matanya masih setia tertutup.

"Ih... Regan!" Panggil Alena lagi. Kini nada bicaranya naik sedikit.

Dengan malas, Regan membuka mata. Lalu terlihat lah wajah samar-samar Alena. Penglihatan yang samar, lama kelamaan menjadi jelas. Regan dapat melihat wajah Alena tepat berada di depan wajahnya dengan jarak dua jengkal saja. Gadis itu tersenyum menatap Regan.

"Kenapa?" Tanya Regan dengan nada serak. Bahkan wajah Regan tidak sedikitpun bergerak dari tempatnya. Posisi pria itu masih berbaring di atas ranjang. Mungkin otak Regan belum bisa bekerja.

Alena terhanyut oleh suara serak Regan. Suara itu sungguh membuat iman Alena goyah. Hingga dia dapat berpikir jika Regan ini seolah suami yang harus Alena bangunin kala pagi tiba. Hingga otaknya beralih ke beberapa arah.

Regan terkejut melihat ekspresi Alena. Tanpa perlu di lihat jelas, tentu Regan paham maksud, tujuan, serta pikiran gadis itu. Regan dapat melihatnya dari ekspresi wajah, tatapan, dan gerak gerik nya.

Di detik berikutnya Alena menelan Saliva pelan. Seolah dia tengah beradu dengan pemikiran. Tatapan gadis itu semakin lama semakin jelas wujud dan maksudnya. Seakan Alena siap menerkam siapa saja.

Dengan cepat Regan bangkit dari rebahan. Lalu duduk di atas ranjang sambil menatap Alena yang masih setiap dengan posisi awalnya.

"Ngapain Lo?" Regan sungguh tidak bisa menahan maksud pemikiran gadis itu. Dia saja yang melihatnya geli sendiri. Tapi kenapa gadis itu seolah tidak ada masalah.

"Iya, sayang?" Tanya Alena tersentak dari lamunan. Menatap Regan yang sudah berganti posisi, hingga mampu membuat Alena mendongak.

Shit.

My transmigration [END]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora