"Kamu gak papa?" Dan tidak. Damar bukan ingin memarahi Dilla, melainkan membelanya. Dilla dapat melihat raut wajah Damar tercetak begitu jelas jika pria itu sangat khawatir akan keadaanya. Apalagi tadi Dilla baru mendengar Damar merubah panggilannya menjadi "kamu".

Dilla menggeleng lemah untuk menjawab pertanyaan Damar. Dia melakukan ini bukan karena ingin terlihat lemah. Hanya saja tidak begitu percaya dengan takdir kali ini, sepertinya tengah memihak penuh dengannya.

Perlahan tangan Damar memegang pipi kiri Dilla yang memerah. Tentu perlakuan manis pria itu terlihat jelas dengan Alena dan beberapa murid lain. Kini kantin sudah banyak di penuhi murid lain untuk melihat drama murahan.

Entah mengapa. Alena sedikit merasa tersingkirkan kala melihat perlakuan Damar. Dia merasa jika hatinya sedikit tergores. Wanita mana coba yang tidak merasa sakit jika kekasihnya jelas-jelas lebih memilih orang lain daripada dirinya. Walau Alena mempunyai cadangan.

Damar mengalihkan pandangan menuju Alena. Tatapan pria itu datar sedatar datarnya. Terlihat jelas jika raut wajah tak ada rasa kasihan, malahan rasa dendam.

"Kok lo kasar sih sama orang?"

"Dia duluan yang cari masalah," jawab Alena membela diri. Tentu itu kebenaran yang nyata. Tapi siapa sangka jika setiap orang yang mendengar nya merasa jika Alena hanya membela diri.

"Bisa gak jangan pakai--" ucapan Damar di sela cepat oleh Alena.

"Cara kekerasan?" Tanya Alena menatap Damar tak percaya.

"Lo udah bikin gue kecewa," kata Damar begitu menyusuk. Ada nada menyesal di sana.

Alena berjalan mendekati ke arah Dilla berada. Lalu menarik kera baju Dilla kuat. Hingga mampu membuat badan Dilla maju mendekati ke arah Alena.

Dilla sungguh terkejut melihat gerakan Alena ini. Dia yakini jika Alena bakal melakukan hal lebih dari tamparan. Bahkan rasa nyeri di pipi sepenuhnya hilang dan berganti rasa was-was.

"Lo itu cewek murahan. Selain harga diri murah, cara main Lo juga murah." Ujar Alena geram. Setelah itu di lepas eretan kuat dari kera baju Dilla. Kemudian berlalu pergi meninggalkan kantin.

Damar tentu mendengar jelas ucapan Alena. Bahkan seluruh kantin juga mendengar nya. Emosi Damar membara kala mendengar ucapan Alena terhadap Dilla. Seharusnya yang ada di posisi murahan itu Alena bukan Dilla.

Seketika isi otak Damar di penuhi dengan kelakuan Alena yang mendominan dari kata murahan. Dari dia melihat Alena di kelilingi para murid pria di kelasnya, bilang sayang kepada orang tampan, dan menggoda guru baru mereka di belakang Damar. Apalagi pada saat Damar melihat di ruangan pria itu, jika Alena dengan santai memijat pundak Regan.

Langkah Alena terhenti kala ada tarikan dari belakang. Yang membuat Alena menoleh ke arah bersangkutan.

Bugh!

Entah mengapa emosi Damar naik sepenuhnya kala mendengar ucapan Alena barusan.

Wajah Alena tertoleh ke samping tanpa aba-aba. Di detik kemudian Alena dapat merasakan ada bara api di sekitaran pipi nya. Hingga Alena memegang bagian pipi kiri dan menatap orang itu tidak menyangka.

Baru saja Damar melayangkan pukulan kepada Alena dengan kuat. Bahkan Alena dapat merasakan seluruh tenaga Damar terkuras habis kala pukulan itu.

"Ada apa ini?" Suara bass terdengar dari kerumunan. Lalu masuklah seorang pria menggunakan pakaian kasualnya menatap nyalang orang-orang yang menjadi pusat perhatian.

Alena menatap Regan sebentar. Kemudian dia menahan rasa sakit di ujung bibir. Yang Alena yakini jika ujung bibirnya sudah koyak akibat pukulan itu. Apalagi Alena dapat merasakan darah kental memasuki bagian mulut melalui bibirnya.

My transmigration [END]Where stories live. Discover now