Chapter Three

109 62 59
                                    

Masa lalu bisa kah itu tidak terjadi?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Masa lalu bisa kah itu tidak terjadi?

○○○

12 tahun lalu...

Pada pukul 4 pagi, di saat hari masih gelap dan air hujan yang menetes tanpa henti sejak semalam tadi, Queen terbangun dari tidurnya yang lelap karena suara petir yang menggelegar kuat. Queen mencoba kembali tertidur, namun matanya tidak mengantuk. Ia malah menatap langit-langit kamarnya yang di desain dengan gambar-gambar bintang yang menyala saat lampu kamar dimatikan. Queen mulai masuk ke dalam lamunannya saat ia mencoba untuk tidur kembali.

Dalam lamunannya Queen yang berada di samping Raja, melihat Raja tidak sadarkan diri dengan bersandar di kemudi mobil. Terdapat cairan merah yang keluar dari kepala, hidung serta sudut bibir Raja. Queen mencoba untuk menyentuh Raja namun ia tidak dapat menggapainya.

"Akak," lirih Queen dengan pipi yang sudah banjir dengan air mata.

Dengan samar-samar, Raja bangun dari pingsannya menatap Queen yang menangis histeris. Tangan Raja menyentuh pipi Queen dan menyeka air mata Queen.

"Jangan tinggalin Uin untuk alasan apapun. Uin nggak mau ditinggalin kakak," mohon Queen.

Tiba-tiba tangan Raja melemah, matanya kembali tertutup. Queen berteriak di dalam lamunannya itu.
Dengan nafas tidak beraturan, Queen terbangun dari lamunannya. Tubuhnya terasa bergemetar mengingat lamunan yang datang menghampirinya. Ia sangat takut kehilangan kakaknya itu. Queen beranjak dari tidurnya, keluar dari kamarnya menuju kamar Raja. Langkah Queen terhenti tepat didepan kamar Raja. Matanya terfokus pada pintu kayu yang membatasi ruangan kamar luar kamar.

Merasa sangat letih, Queen terduduk di depan kamar Raja sambil menangis sesenggukkan dan memeluk kedua kaki mungilnya. Berkali-kali Queen menyeka air matanya dengan tangannya yang sedari tadi tidak berhenti bergetar.

Queen tidak dapat membayangkan, bagaimana hidupnya akan berjalan tanpa dunianya. Cintanya untuk Raja sangat besar sehingga ia sangat takut kehilangan Raja yang selama ini berjalan sebagai dunianya. Orang yang mengajarkan hidupnya berbagai hal dengan sabar dan penuh kasih sayang.

Dari gelapnya hari hingga terang, Queen masih setia duduk di depan pintu kamar Raja sambil memeluk kedua kakinya yang mungil. Sudah dua jam Queen berada di sini dan air matanya tidak kunjung kering. Ia masih terus menangisi lamunannya tentang Raja.

Tepat pukul 6 pagi saat Vindy sedang bersiap-siap ke sekolah, terdengar suara tangisan Queen dari dalam kamarnya yang berdekatan dengan kamar Raja. Vindy penasaran mengapa Queen menangis sepagi ini. Ia berjalan keluar kamar dan langsung melihat Queen yang terduduk di lantai sambil menangis memeluk kaki mungilnya. Di saat yang bersamaan, Fandy yang juga mendengar suara tangisan Queen, menghampiri Queen.

FatamorganaWhere stories live. Discover now