20. Dapur kacau

30 4 0
                                    

"Hana tungguin," tampak sekali dua remaja tengah berlari-lari, yang satu sudah kelelahan sedang satunya masih terlihat semangat dengan senyumnya yang terus mengembang.

"Ayo buruan, masa segitu aja capek, ah cemen," Hana menyempatkan menengok kebelakang dengan senyum kemenangan ke arah kembarannya serta satu jempolnya yang ia balik tanda meremehkan.

Merasa tak terima, Hani langsung kembali berlari dengan gesit seakan ada tambahan energi yang masuk pada tubuhnya tiba-tiba, sampai akhirnya lari mereka sudah sejajar dan keduanya sesekali tertawa, padahal tidak ada yang lucu tapi menurut keduanya ini hal yang menyenangkan, lari pagi bersama kembali setelah sekian lama.

Style yang mereka kenakan, jelas saja masih gamis panjang, tapi kalau jilbab, mereka belum bisa istiqomah dengan yang panjang, setidaknya menutup dada lagipula mereka masih disekitar rumah tidak jauh-jauh, pikir keduanya.

Dua puluh menit mereka habiskan berlari-lari keliling kompleks rumah mereka, kini keduanya sudah duduk lesehan di halaman rumah mereka yang ditumbuhi rumput terawat itu. Menselonjorkan kedua kaki dan sesekali mengipas wajah entah dengan tangan atau pun jilbab yang mereka kibaskan. Hanum yang sedang menyiram tanaman dihalaman itu tersenyum melihat kedua putrinya, setelah itu dia memilih untuk masuk ke dalam mengambilkan air minum untuk keduanya.

Hanum sudah kembali, "Nih minum dulu," dan menyodorkan sebotol air pada keduanya yang langsung diambil duluan oleh Hani.

"Makasih umi, perhatian banget sih sama anaknya yang paling cantik ini, jadi terharu deh,".

"Lebay," cibir Hana.

Setelah meneguk setengah botol, Hani segera memberikannya pada Hana yang langsung diminum dengan sekali tenggukan karena merasa sangat haus, mungkin dehidrasi.

Selesai dengan urusan tanaman Hanum kembali masuk ke dalam rumah tak lupa membawa botol minum yang sudah kosong.

Baru saja mereka berdiri ingin masuk mengikuti Hanum tiba-tiba ada yang memanggil, "Hana," sapa seseorang yang melambaikan tangannya diluar pagar rumah mereka, kemudian orang itu langsung masuk kedalam.

"Lea?," gadis dengan piyama yang masih terbalut ditubuhnya itu tersenyum senang. Lea tadi kebetulan melihat Hana dan Hani lari pagi jadi dia memutuskan untuk main ke rumah mereka, selama Hani di rumah juga Lea yang menemaninya meski tidak setiap hari karena dia juga masih harus sekolah.

"Hana doang nih?," melihat Lea yang memeluk Hana, Hani hanya bisa menyindir sahabatnya yang juga tetangga samping rumah.

"Kita udah sering ketemu kali, elo kan kabur duluan," Lea menyikut lengan Hani diselingi tawanya.

"Gue tuh kesesat bukan sengaja kabur, tapi emang sengaja sih, ah tau lah. Ngapain lo ke sini pagi-pagi masih pakek piyama lagi,".

Tak menjawab pertanyaan Hani, Lea lebih memilih mengobrol dengan Hana, "Na, gimana hari-hari lo dipesantren? Ceritain dong pasti seru kann," goda Lea dengan satu alis yang terangkat seraya berkedip-kedip, Hana yang melihat itu bergidik ngeri dengan tingkah aneh sahabatnya.

"Biasa aja, gimana kabarnya anak-anak yang lain?," Hani merengut kesal dengan dua makhluk di depannya ini yang mengabaikan dirinya, dia pun memilih masuk dengan kaki yang sengaja ia hentak-hentakkan, melihat itu Hana juga Lea hanya geleng-geleng.

"Ya gitu biasa juga, fisik sih pada sehat cuma mental pada keganggu, apalagi pada punya ayang semua,".

"Jangan-jangan lo juga termasuknya,".

"Yaa.. iya sih," Lea menggaruk rambutnya yang tak gatal.

•••••

Siang ini Hana dan Hani mencoba membuat kue, untuk mengisi kehampaan hari-hari mereka selama libur, padahal belum sehari Hana dirumah. Lama berkutat didapur membuat Farhan terheran sendiri melihat kedua adiknya.

𝐓𝐖𝐈𝐍𝐒Where stories live. Discover now