14. Benci atau cinta

34 5 0
                                    

Mengikuti acara pembukaan lomba di lapangan, seluruh santri sangat senang karena sudah lelah jika terus disuruh belajar, belajar, dan belajar. Perlombaannya juga bebas diikuti seluruh santri dengan banyak pilihan lomba, sesuai minat dan bakat masing-masing. Seperti nasyid, artikel, tartil, tahfidz, pidato, english debate, panahan. Dan mereka bertujuh berniat ikut dalam kompetisi dengan lomba yang berbeda-beda.

Nasyid mungkin berbeda dari bandnya tapi Hana akan mencoba, lagi pula Hana bisa bernyanyi dengan berbagai genre.

Menulis artikel, Hani sudah biasa membuatnya di rumah. Bukan hanya artikel tapi juga essay, cerpen, puisi, dengan berbagai genre.

Selain cerdas Neisya juga memiliki suara yang merdu dan bacaan yang indah, seakan berada di antara skill Hana dan Aisyah.

Aisyah memiliki daya ingat yang kuat akan hafalan al qur'an hingga letak surat bahkan ayat sekalipun, serta bacaan yang bagus dan fasih.

Percaya diri yang tinggi dan mudah berekspresi membuat Ara sangat suka tampil di depan umum, untuk berpidato, ataupun storytelling.

Sitta lebih pandai berbicara bahasa asing, itulah salah satu permulaan dan persiapannya untuk bisa masuk ke kampus luar negeri.

Sejak dulu sudah mengenal panahan, Fathin seakan sudah candu pada olahraga itu, bahkan dia sangat ingin memanah sambil berkuda.

Perlombaan akan berlangsung selama seminggu di bawah awasan pembina. Sebelumnya ada pemilihan panitia, setiap kamar harus memilih dua orang untuk menjadi panitia perlombaan, dan teman-teman Hana Hani memilih mereka berdua. Katanya biar menambah pengalaman apalagi mereka santri pendatang dipertengahan kelas sebelas ini.

So'al acara memang urusan panitia tapi kalau so'al hasil sudah pada juri sepenuhnya karena itu panitia pun boleh mengikutinya.

Pagi ini Hani akan pergi ke lab.komputer untuk menyelesaikan artikelnya. Dikoridor tak sengaja dia melihat seorang cowok berkeliaran di sekolah tak mengenakan seragam, saat terlihat jelas siapa orangnya, Hani semakin merasa pernah bertemu dengannya diwaktu yang tak lama ini.

"Elo kan?," Hani menuding dengan jari telunjuknya ke arah cowok itu.

"Masih inget sama gue?," Abizar tersenyum pede.

"Mana mungkin gue lupa sama orang yang paling gue benci," Hani membuang muka mengingat kelakuan Abizar yang keterlaluan.

"Awas loh nanti cinta mati," cetus Abizar menggoda Hani.

"NGGAK AKAN!!!," dengan cepat Hani menginjak kaki Abizar menggunakan kakinya yang beralaskan sepatu dan dia berlari begitu saja meninggalkan Abizar.

Abizar memekik kesakitan, "Awwss..," sampai mengangkat satu kakinya itu.

"Gue jamin lo bakal cinta mati sama gue," teriak Abizar masih meringis menahan nyeri.

"Wlekkk," Hani berbalik lalu menjulurkan lidahnya mengejek. Abizar yang kesal itupun melempar sandalnya ke arah Hani tapi sayangnya meleset, karena Hani sudah lebih dulu lari dari sana.

Kemarin Abizar di jemput oleh Abinya, memang dipondok Abizar sudah lebih dulu liburnya, tapi kembalinya pun akan lebih awal.

•••••

Perlombaan sudah berjalan lancar kini sudah pada tahap penentuan juara dan persiapan penutupan acara. Semua peserta sudah mengikuti perlombaan dengan baik, meski ada yang melakukan kecurangan tapi semua dapat teratasi.

Sore hari ini Hani sengaja datang ke rumah Ustadz Luqman, sebenarnya malas kalau harus bertemu dengan Abizar. Tapi mau bagaimana lagi, mau tidak mau dia harus ke sana, undangan penutupan acaranya harus segera sampai pada Ustadz Luqman.

Kali ini Hani sendirian karena Hana sedang sibuk mendata apa saja yang dibutuhkan untuk acara dan berapa banyak anggarannya, sedangkan yang lainnya jelas sudah di sibukkan dengan urusan masing-masing.

Abizar sudah melihat Hani dari jauh, sepertinya Hani akan kerumahnya, "Kayaknya ada yang kangen nih," gumamnya yang sedang asik bermain handphone dikursi teras.

Hani berdiri di depan teras menatap Abizar malas, "Ngapain ke sini?," ketus Abizar setelah beralih menatap Hani.

"Gue mau ketemu sama ustadz Luqman," ketus Hani dengan tatapan tajamnya.

Abizar berdiri sedikit merapikan kaosnya, "Itu aba gue, mau apa lo?," dia mengangkat dagunya tinggi.

"Bukan urusan lo!," cetus Hani tak kalah sengit. Sepertinya benteng permusuhan sudah terbangun sejak pertemuan pertama mereka yang tak bersahabat.

Ustadz Luqman keluar, "Ada apa ini kok ribut ribut?," karena merasa terganggu dengan keributan di depan rumahnya.

"Ini ba, masak tadi dia godain Abizar? Hukum aja dia ba," adu Abizar bohong membuat Hani seketika membulatkan matanya.

Karena tak terima Hani membantah, "Enggak ustadz, mana mungkin Hani godain dia kayaknya dia yang godain Hani deh," kata Hani dengan lancarnya membalikkan tuduhan Abizar.

Masak seorang Farhani godain cowok kayak Abizar? Ya, memang sih dia suka menggoda para cowok tapi bukan Abizar juga kali, ogah dia.

Hani mengece Abizar yang tidak dibela oleh abanya sendiri, "Iya ustadz percaya, ada apa Hani? Kok tumben tidak sama Hana?," dengan senyum kemenangan Hani kembali menjawab pertanyaan ustadz Luqman.

"Hananya lagi ada urusan, Hani ke sini mau ngantar undangan buat ustadz Luqman," Hani segera memberikan undangan yang ia pegang kepada ustadz Luqman.

Menunduk sopan untuk berpamitan, "Kalau gitu Hani kembali ke asrama ustadz," ustadz Luqman tersenyum simpul lalu mengangguk.

Terakhir Hani menatap tajam Abizar sebelum akhirnya memberi salam,"Assalamu'alaikum,".

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh,".

Merasa ada yang janggal, "Emang Hana siapa ba?," setelah Hani pergi Abizar langsung bertanya pada abanya.

"Hana itu kembarannya,".

"Kembarannya?," Abizar menaikkan sebelah alisnya masih bingung.

"Iya mereka putrinya teman aba," ustadz Luqman kembali masuk kedalam diikuti Abizar dengan raut keheranannya.

Sejauh ini Abizar belum tau so'al kembaran Hani dia pikir tidak ada. Pantas saja yang dulu Abizar pergoki di atas pagar sepertinya bukan Hani karena dia seakan tak mengenal Abizar, ya Abizar kira Hani sengaja berpura-pura tak mengenalinya.

Dua hari lalu Hana sempat mau kabur tapi sebenarnya dia hanya ingin jalan-jalan di luar, sayangnya ada orang yang menggagalkan aksinya dan melaporkannya langsung pada ustadz Luqman.

•••••

Tidak salam tidak apa, masuk begitu saja tanpa permisi, dasar si Hani.

Hani datang dengan raut wajah yang mudah sekali untuk di tebak, pasti karena Abizar, "Abizar?," tebak Hana yang tepat sasaran.

"Jangan sebut nama itu lagi,".

Hana mengangguk paham sekarang, "Pasti dia lagi kan?," tanyanya kembali memastikan.

"Awas loh, nanti kamu suka beneran," kata yang sama dengan apa yang sering diucapkan Abizar saat mengganggunya.

"Nggak mungkin dan nggak akan mungkin," teman-temannya justru tertawa melihat Hani yang kesal.

"Kok tumben nggak liat Adam godain Hana,".

"Eh iya ya?,".

Tidak tau saja mereka kalau Adam masih sering menggoda Hana, di saat Hana sendirian. Padahal sudah berkali-kali Hana memarahi Adam tapi sepertinya tak membuat Adam menjauhi Hana.

"Adam juga panitia kan?," Hana mengangguk.

"Kalau waktu rapat emangnya kamu nggak ketemu sama Adam?," Hana hanya mengangkat kedua pundaknya seakan memberi jawaban tak tau.

"Udah udah, kenapa jadi bahas Adam?,".

"Lagi keinget aja,".

"Udah ya jangan bahas laki-laki, mending kita bahas lombanya," saran Aisyah pada teman-temannya yang sudah jauh pembahasannya.

"Tau tuh nggak penting banget," ketus Hana.

Tbc.

𝐓𝐖𝐈𝐍𝐒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang