16 🍉 Sedih? bahagia?

Depuis le début
                                    

"Gimana si. Tanda tangan lo di tungguin juga"




*



Kini Mark sudah tiba dirumah sakit. Setelah sampai di depan ruangan Suji, Mark melihat martuanya sedang duduk di depan seraya menangis.

"Eomma, ada apa dengan Suji?". Pemuda itu duduk disamping wanita paruh baya itu. Menyentuh kedua pundaknya.

"Mark, Suji Mark~" ujar Eomma Suji dengan isakan tangis hingga membuatnya sulit berkata-kata.

"Udah, Eomma yang tenang ya. Suji pasti akan baik-baik saja"

Mark juga tak tau keadaan Suji di dalem sana. Ia mengatakan itu hanya untuk menenangkan mertuanya itu.

Mark memang tak pernah secuil pun mencintai Suji. Tapi, ia juga punya hati. Ia juga merasakan apa yang Suji rasakan. Suji yang sedang berjuang melawan penyakitnya membuatnya juga melihatnya tak tega.

Setelah ia dan Suji menikah, Suji memang kerap kali sakit-sakitan. Dan, Suji juga sering bolak-balik rawat inap di rumah sakit.

Awalnya Mark dan keluarganya mengira itu hanyalah penyakit biasa. Namun, karena keseringan membuat David akhirnya curiga. Hingga akhirnya semuanya dibicarakan menurut kekeluargaan.

Suji sebenarnya menderita penyakit— yang di deritanya semenjak usia remaja. Hal itu yang membuatnya terus bolak-balik ke rumah sakit.

Sebelumnya disaat perjodohan Mark dan Suji, keluarga Suji sendiri tak menyinggung masalah ini didepan keluarga Mark. Jadi, untuk itu keluarga Mark termasuk Mark sendiri merasa telah dibohongi oleh keluarga dari Suji dan Suji sendiri.

Keluarga Suji sendiri memang sudah merencanakan sendiri awal bahwa penyakit yang dideritai Suji ini tak boleh ada rekannya yang lain tahu termasuk Daddy Mark dan keluarga.

Entah alasan apa yang lebih jelasnya, namun jika hal itu di ketahui banyak orang, akan berdampak pada perusahaan yang dimilikinya juga.

Untuk itu keluarga Suji menutupi semuanya. Dan, hanya keluarga mereka saja yang mengetahui akan hal ini.

Bahkan, hal ini di tutup-tutupi dari keluarga Mark, karena agar Suji juga bisa menikah dengan Mark. Karena Suji anak tunggal, jadi harapan mereka hanya pada Suji. Hingga Suji memiliki keturunan.

Setelah itu, hingga saat ini David mulai tak seakrab dulu dengan ayah Suji. Tapi, buat Mark hal ini bukanlah masalah baginya.

Di dalam ruangan seorang dokter bersama dua orang suster sedang memeriksa keadaaan Suji yang tergeletak tak berdaya di tempat tidur.




Tut~

Tut~

Tut~




Mesin kotak pendeteksi detak jantung yang semula bergaris belok-belok pun kini berubah menjadi garis lurus.

"Catat tanggal kematiannya. Kita beritahukan kabar ini pada keluarganya"

"Baik, dok"

Dokter yang menangani Suji pun keluar dari ruangan VVIP dan menghampiri Mark dan juga Eomma Suji.

"Gimana dok keadaannya?" Tanya Mark.

Dokter tersebut menunjukkan raut wajah yang sedih didepan Mark dan Eomma Suji. Dari ekspresinya Mark tak yakin.

"Maaf Pak Mark Lee, Bu Park. Kita sudah semaksimal mungkin, tapi Tuhan mungkin berkehendak lain. Dengan berat hati saya sampaikan bahwa saudari Park Suji telah menghembuskan nafas terakhirnya"

"Aakh!". Eomma Suji menjerit histeris mendengar anaknya telah meninggal dunia. Kakinya pun terasa lemas.

"Turut berduka cita ya Pak, permisi"

𝘋𝘰 𝘺𝘰𝘶 𝘴𝘵𝘪𝘭𝘭 𝘭𝘰𝘷𝘦 𝘮𝘦? | 𝑀𝑎𝑟𝑘 𝐿𝑒𝑒Où les histoires vivent. Découvrez maintenant