Vinca Callista - Semburat Senyum Sore

14 1 0
                                    

SPOILER WARNING!

Penerbit : AtriaTahun Terbit : Jakarta, Mei 2011Tebal Buku : 245 hlm; 13 x 20,5 cmISBN : 978-979-024-484-9Genre : Teen lit; Slice of Life (SoL)

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Penerbit : Atria
Tahun Terbit : Jakarta, Mei 2011
Tebal Buku : 245 hlm; 13 x 20,5 cm
ISBN : 978-979-024-484-9
Genre : Teen lit; Slice of Life (SoL)

~~~~~~~~~~~~~~~

"Kalau kita enggak bisa dapet apa yang kita suka, lebih baik kita suka apa yang udah kita dapet...."
-Vinca Callista, 2011

Quote di atas ini adalah kalimat yang sering sekali ditemukan di dalam novel, tapi bukan berarti membosankan dalam arti tidak kreatif dan selalu mengulang quote yang sama. Justru, karena maknanya yang sangat dalam dan bagus itulah sehingga tidak perlu repot menulis banyak quote yang walaupun bagus tapi tidak nyambung dengan cerita.

Makna dari quote tersebut ya sesuai yang tertulis, bahwasanya kita manusia memang tidak jarang ditemukan untuk tidak bersyukur dengan kehidupan kita, dengan segala hal yang sudah kita miliki dan menginginkan yang lebih. Bahkan, ada juga yang tidak segan untuk merebut milik orang lain hanya untuk memenuhi ego dan nafsu sendiri. Tak luput, sang tokoh utama cerita kita inipun berpikir sedemikian juga.

Memasuki cerita, kisah ini diawali dengan Langit, sang gadis ceria berambut pendek kami yang sudah memasuki tahap akhir kuliahnya -membuat skripsi- sambilan bekerja menjadi seorang penyiar radio, baru saja selesai bekerja dan ditawari untuk menulis skenario film oleh managernya. Ia yang memang sejak kecil sudah suka dan hobi menulis tentu langsung menerima tantangan tersebut, karena walaupun sudah sering menulis di blog pribadinya, menulis skenario film adalah yang pertama baginya.

Dimulai dengan misi ini, kita pun diajak untuk memasuki ke dalam kehidupan Langit. Tentang pekerjaannya, tentang hubungan dan interaksi dengan orang lain, dan tentang perasaan serta pikirannya terhadap masalah yang ia hadapi.

Terus terang, jika dibandingkan dengan cerita fiksi lain yang sudah berhamburan di dunia oren ini, novel ini lebih dekat dengan realita daripada fiksi. Bagaimana si Langit melewati kehidupan sehari-harinya yang tidak hanya sebatas "Dunia milik berdua" ( you know what I mean). Memang untuk kisah cinta tetap ada dan lumayan banyak porsinya dalam novel ini, tapi untuk romancenya itu sendiri tidaklah berlebihan hingga menenggelamnya kisah yang lain.

Justru, kisah tentang kekeluargaan dan peduli antar sesamalah yang paling kental terasa dalam novel ini. Dikenalkan secara tidak sengaja, Romlah, seorang nenek yang berjualan di samping jalanan. Dari kebetulan bertemu, bersapa jadi akrab, hingga berubahlah mereka dari sepasang orang asing menjadi keluarga. Ada juga Waris, cucu dari nenek Romlah, dan Kang Rusli, seorang supir taxi yang selalu menemani dan membantu.

Seperti yang tertulis di atas, Langit termasuk salah seorang yang tidak mensyukuri kehidupannya. Dan dari berkenalan dan mengetahui hidup Nenek Romlah dan Waris yang boleh dibilang di bawah rata-rata a.k.a miskin, Langit mulai banyak belajar dan lebih menghargai apa yang telah dimilikinya. Itu merupakan poin plus yang sangat bagus dan pelajaran moral juga untuk para pembaca. Bahkan, sepertinya kisah ini terinspirasi dari kisah nyata karena saat kubaca di Kata Pengantar, Kak Vinca menorehkan kedua nama yang sama untuk berterima kasih. If that's true, hope you have a good life.

Novel Review - Mariani MarzzTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon