Akiyoshi Rikako - Scheduled Suicide Day

11 1 0
                                    

SPOILER WARNING!

Penerbit : HaruTahun Terbit : Jawa Timur, Maret 2018 (cetakan ketiga)Tebal Buku : 280 hlm; 19 cmISBN : 978-602-6383-19-8Genre : Mystery; Remaja; Psychological

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Penerbit : Haru
Tahun Terbit : Jawa Timur, Maret 2018 (cetakan ketiga)
Tebal Buku : 280 hlm; 19 cm
ISBN : 978-602-6383-19-8
Genre : Mystery; Remaja; Psychological

~~~~~~~~~~~~~~~

Jalan pintas bukanlah satu-satunya jalan, namun jalan pintas pula jalan satu-satunya yang akhirnya dipilih oleh mereka yang merasa jalan utama telah buntu.

Watanabe Ruri, protagonis kita di cerita ini memulai kisahnya dengan menulis surat wasiat, dilanjutkan dengan aksi bunuh diri. Syukur aksinya ini gagal (atau kita sudah tidak punya cerita untuk baca 😂) oleh karena "antisipasi" yang dilakukan warga terhadap hutan di Desa Sagamino yang terkenal sebagai "tempat bunuh diri". Selain itu oleh karena aksinya juga yang berusaha melewati batas dunia, Ruri dipertemukan dengan Hiroaki, arwah gentayangan yang merupakan salah satu korban bunuh diri di hutan itu juga.

Sebagai orang yang sudah mati, Hiroaki berusaha meyakinkan Ruri untuk tidak lagi mencoba bundir dan lebih menghargai hidup, yang tentu saja ditolak oleh Ruri. Sebab, ia sudah merasa berada di titik terendah dengan kehidupan yang sudah tidak layak diperjuangkan. Tak ingin menyerah, Hiroaki menawarkan diri untuk membantu menyelesaikan masalah Ruri dalam batas waktu 1 minggu. Dan jika pada waktu yang dibatasi ini masalahnya masih tidak terselesaikan, maka Ruri akan lanjut bundir. Inilah Hari Bunuh Diri Ruri yang Terjadwalkan.

Menggunakan alur maju mundur, diceritakanlah latar belakang/ masa lalunya Ruri. Ruri merupakan putri semata wayang dari keluarga Watanabe yang terkenal dalam bidang kuliner yang mendirikan restoran Oasis. Berbeda dari restoran umumnya, baik ayah maupun ibu Ruri keduanya sangat ahli membaca fengshui. Berdasarkan fengshui inilah desain dan juga menu makanan Oasis dirancang sedemikian rupa, cermat, serta menarik, membuat bisnis dan nama mereka melambung tinggi. Sayang, kebahagiaan keluarga kecil mereka tidak bertahan lama karena tak lama setelah dibukanya Oasis, ibunya Ruri meninggal dunia.

Walaupun sedih atas duka yang sangat mendadak dan di luar dugaan itu, pasangan ayah dan anak harus tetap menjalani hidup. Memang susah, tapi lama-kelamaan mereka sudah mulai terbiasa hidup berdua. Tetapi, pekerjaan yang semula dilakukan oleh dua orang terasa sangatlah berat sekarang jika hanya Ayah Ruri seorang yang melaksanakannya, hingga ia pun mempekerjakan seorang asisten pribadi yang bernama Reiko. Tak perlu diduga, seorang pria dan wanita berstatus layang hampir berduaan setiap hari, asmara pun timpul di antara mereka. Melewati drama singkat, Reiko pun menikah dengan Ayah Ruri dan menjadi ibu tirinya Ruri.

Meskipun cerita ini ditulis menggunakan POV 3, namun sudut pandangan utama tetap berasal dari POV-nya Ruri. Harusnya mereka sudah bisa menjadi keluarga kecil yang bahagia lagi, tapi Ruri tidak pernah bisa dengan tulus menerima Reiko sebagai ibunya begitu saja. Sosok ibu kandungnya masih membekas sangat dalam di hatinya, yang tidak bisa tergantikan begitu saja. Dirinya dengan sang ayah pun jadi sering berselisihan karena Reiko. Hingga tiba di mana Ruri akhirnya bersedia untuk menerima Reiko, ayahnya ditemukan meninggal. Dengan penuh keyakinan bahwa Reikolah pembunuh ayahnya dengan motif asuransi jiwa dan hak milik Oasis, Ruri yang telah menjadwalkan hari bundirnya pun berjuang untuk mencari bukti memecahkan misteri ibu tirinya ini.

Jujur, plot cerita ini sangat jelas dan simple, tapi tidaklah padat kalau benar-benar kita bahas tentang alur ceritanya saja, yakni: bundir gagal, kasih target, tujuh hari pelaksanaan misi, diakhiri dengan resolusi kenyataan terungkap. Maka untuk mengisi kekosongan, riset yang dilakukan oleh author tentang makanan dan fengshui itu memakan hampir setengah dari buku novel itu, tidak melupakan deskripsi tempat yang cukup rinci. Sehingga sekali lagi kalau kunilai hanya dari plot cerita, novel ini terlalu ringan, bahkan sepertinya yang paling ringan di antara semua buku Rikako-san yang kubaca selama ini. Setelah mengetahui latar belakang Ruri, alur ceritanya sudah bisa kutebak hampir keseluruhannya, tapi tenang, ciri khas Rikako-san akan plot twist tetap ada, hanya gak WOW saja.

Justru, pesan moral yang diberikan dari novel inilah poin utamanya, yaitu tentang bunuh diri. Tidak hanya Ruri, tapi hampir setengah tokoh dari cerita ini semuanya pernah mengalami, menyaksikan, atau berpikiran untuk bundir karena tekanan dan masalah masing-masing. Sangatlah wajar dan patut mendapatkan happy ending, karena cerita ini memberitahukan bahwa jalan pintas bukan satu-satunya pilihan. Memang kendala yang dihadapi setiap orang yang mengalami depresi itu berbeda, bahkan hal yang kita anggap sepele bisa menjadi tekanan yang sangat besar bagi beberapa orang. Maka dari itu, jangan pernah kita meremehkan siapapun yang sedang susah dan butuh bantuan.

Kembali ke cerita, kepenulisan dan penokohan tidak perlu lagi diragukan. Semuanya cocok sesuai dengan porsi masing-masing, hanya saja ya sekali lagi, karena plot ringan, pembahasan tentang fengshui, makanan, deskripsi, dll yang mengisi hampir setengah buku bagiku sedikit membosankan. But still, I appreciated  the hard work. Risetnya mantul pokoknya, harus dicontoh 👍

Kalau untuk bagian romance, kisah misteri ini ada diberi bumbu cinta. Namun karena ini bukanlah topik utama = pelengkap, cukup mendadak bagiku. Yaa, ini lebih mirip cinta pandangan pertama sih, lalu dalam 7 hari selalu bersama & saling membantu, tentu ada tumbuh perasaan yang menggelitik antara Ruri dan Hiroaki. Eh, tapi Hiroaki itu arwah gentayangan kan? Gimana sih ceritanya? Nah loh, mau ku-spoil gak ya? Sepertinya enggak deh, kubiarkan saja imajinasimu meliar. Plot ringan, jadi kuyakin tebakanmu benar. 😋

Cerita bertema berat tapi dengan plot ringan, diakhiri dengan Happy Ending. Tapi Happy-nya itu seperti apa ya? Benar-benar bahagiakah? Siapa kira-kira yang membunuh ayahnya Ruri? Benarkah pelakunya Reiko si ibu tiri? Atau ada oknum lain? Jawabanku pun sama, tak kukasih tahu di sini. Karena jika kuberitahu, maka tidak perlu lagi membaca cerita ini. 😜

(Dasar review gak jelas, setengah-setengah gini bikin penasaran 😤) tapi emang itu tujuanku, biar penasaran karena buku ini layak untuk dibaca dan dinikmati secara langsung. Pelajaran dan pemahaman yang sangat bagus untuk diri kita sendiri 👍

Overall, cerita misterinya terlalu ringan bagiku tapi pesan moralnya sangat bagus dan tersampaikan dengan baik. Bunuh diri tidak akan pernah menjadi jawaban yang benar, sebab segala masalah pasti ada solusinya, hanya terkadang harus disertai dengan resiko/ konsekuensi yang tidak gampang diterima begitu saja. Alangkah baiknya kita sebagai makhluk sosial selalu bersedia untuk mengulurkan tangan dan menjadi tempat untuk orang bercerita. Sebaliknya jika kita yang membutuhkan bantuan, segeralah cari orang yang bisa membantu, entah keluarga, teman, konsultan. Kita tidak sendirian.

Nilai: 🌻🌻🌻🌻

Extra:

Novel ini sudah tersedia dengan cetakan cover baru, versi warna putih yang di mana sangat cocok dan lebih menggambarkan isi cerita dibanding cover hitam yang serasa kental misteri eh nyatanya tidak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Novel ini sudah tersedia dengan cetakan cover baru, versi warna putih yang di mana sangat cocok dan lebih menggambarkan isi cerita dibanding cover hitam yang serasa kental misteri eh nyatanya tidak.

Kedua versi tersedia di olshop, tapi kurasa akan lebih banyak yang warna putih (karena hitam iti cetakan lama)

Apapun itu, belilah buku original untuk menghargai kerja keras penulis, editor, dan penerbitnya.

Enjoy~

Novel Review - Mariani MarzzWhere stories live. Discover now