Morra Quatro - Forgiven

21 1 0
                                    

SPOILER WARNING!

Penerbit : GagasmediaTahun Terbit : Jakarta Selatan, 2010Tebal Buku : 266 hlm; 13x19 cmISBN : 979-780-432-1Genre : Romance, General Fiction

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Penerbit : Gagasmedia
Tahun Terbit : Jakarta Selatan, 2010
Tebal Buku : 266 hlm; 13x19 cm
ISBN : 979-780-432-1
Genre : Romance, General Fiction

~~~~~~~~~~~~~~~

Apa rasanya jika kamu menyukai sahabatmu sejak zaman sekolah tapi tak pernah tersampaikan, lalu bertemu lagi dengannya beberapa tahun kemudian? Apakah perasaan itu masih tetap ada atau mungkin telah sirna?

Singkatnya, novel ini mengisahkan kisah cinta antara Kayla, siswi SMA biasa, dengan William, siswa yang sangat gila dengan rumus dan fisika.

Kisah ini berjalan dalam plot waktu yang cukup lama, sehingga terbagilah dua bagian, yaitu bagian pertama semasa SMA, dan bagian kedua semasa kuliah dan menginjak usia dewasa.

Seperti cerita umumnya, zaman sekolah Kayla dipenuhi dengan banyak kekonyolan anak muda. Memang fokus utama adalah cinta, namun persahabatan terasa cukup kuat di novel bagian pertama ini. Daripada rasa cinta, justru rasa sayang dan peduli antar sahabatlah yang kita rasakan saat membacanya, yang pelan-pelan berubah menjadi rasa suka dan cinta.

Untuk bagian dua, setelah lulus dari SMA, novel ini lebih fokus dengan kisah hidup Kayla yang mulai dewasa hingga mempunyai anak.

Apa artinya Kayla menikah dan mempunyai anak dengan Will (nama panggilan William)?

Sayangnya, jawabannya tidak.

Setelah lulus dari sekolah Indonesia, Kayla melanjutkan pendidikannya di negara tetangga yaitu Amerika Serikat. Melalui pergaulan bebas di sana, Kayla melahirkan seorang anak lelaki yang bukanlah milik Will dan menjadi single mother.

Jadi bagaimana dengan kisah cinta mereka berdua? Sayangnya, tidak ada juga. Bahkan boleh dibilang, penulis seolah menunjukkan Kayla hanyalah memiliki perasaan yang tidak terbalaskan.

Sudut pandang yang ditulis menggunakan POV 1, yaitu si Kayla menjadi protagonisnya. Diluar plot cerita yang terbagi dua bagian, sejujurnya novel ini lebih cocok menjadi diary milik Kayla yang mengisyaratkan bagaimana perasaannya terhadap Will. Yup, thats it.

Poin positif dari novel ini adalah penulis sangat baik menunjukkan bagaimana pikiran dan perasaan cintanya Kayla kepada Will. Betapa ia selalu merindukannya 24/7 jam setiap hari. Betapa ia begitu mencintai sekaligus membencinya.

Berbeda dengan ML di kisah-kisah lain, Will tidak pernah berpacaran dengan Kayla, begitu pula menyatakan perasaannya. Ia selalu ada untuk Kayla, tapi tidak selamanya. Sejak zaman sekolah ia digambarkan sebagai cowok tampan yang selalu gonta-ganti pacar. Di bagian kedua pun, dia lebih memilih untuk menikah dengan perempuan lain. Oleh karena ini POV 1, baik Kayla maupun kita para pembaca tidak akan memahami apa sebenarnya yang ada dalam benak si jenius fisika ini. Hanya pada akhir bagianlah ia menyatakan perasaannya dan menunjukkan bagaimana dirinya mencintai seseorang dengan caranya sendiri.

Dan itu merupakan poin plus kedua. Kak Morra berhasil menciptakan Will yang begitu misterius sekaligus merupakan kategori cowok idaman. Maklum saja Kayla tidak akan pernah berhasil untuk move on akan perasaannya terhadapnya.

Untuk kepenulisan sendiri, kuakui sangat bagus. Sang author pro dalam menulis perasaan melankolis. Dan tentu jangan lupa, sangat pro dalam teori fisika yang membuatku (notabene pembenci fisika) sangat pusing membacanya dan memilih untuk skip.😂

Namun di lain semua itu, alur ceritanya tidak begitu bagus menurutku. Terkecuali perasaan Kayla yang tertulis begitu rapi dan menyayat hati, kisah lainnya dominan ditulis secara telling, mengakibatkan skip time yang begitu banyak dan mendadak.

Peran pembantu yang muncul cukup banyak, bahkan terlalu banyak sehingga kebanyakan hanya muncul nama dan tidak memiliki peran apapun. Kata buruknya, figuran bernama. Di cerita lain aku mention tentang "dunia milik berdua" itu kurang bagus, dan ya, author berusaha menghindari hal tersebut bisa kurasa, tetapi nyatanya berpengaruh buruk dan tidak berhasil. Lebih parahnya, menurut opiniku lebih cocok disebut "dunia pikiran sendiri" a. k. a "novel versi diary".

Untuk ending dari novel ini, well, seperti yang kukatakan di atas, Kayla tidak bersama dengan Will, tidak pula bisa melupakan atau move on dari Will. Untunglah ia dikaruniai seorang anak yang meski bukanlah anak Will, tetapi bisa menjadi alasan keduanya untuk melanjutkan hidup tanpa perlu yang namanya cinta dari pasangan/lelaki pendamping di samping. Walau tersirat betapa ia menyesal tidak membuat keputusan yang benar dulunya untuk selalu mengejar Will, tapi inilah akhir yang Kayla pilih.

Overall, plot cerita ini bagus. Namun karena terlalu dominan dengan perasaan Kayla terhadap Will hampir di setiap bab dan alurnya yang terasa begitu cepat dan singkat karena kebanyakan telling dan skip time, aku pribadi tidak bisa menikmatinya dengan bagus. Hanya raut datar tanpa ikut terlarut dalam perasaan Kayla. Ilmu-ilmu yang tertulis di dalamnya sangat bagus untuk para pecinta fisika, but it's a big no from me whom don't like physics. Yang ada itu pusing 😂

Sejujurnya, ini adalah kali kedua aku membaca novel ini demi menulis review cerita. Untunglah aku bisa menarik beberapa poin plus dari cerita ini baik secara tulisan maupun isi cerita. Akan tetapi, rasa sukaku terhadap novel ini sendiri tidak meningkat sama sekali, yang artinya tidak kusukai karena beberapa faktor di atas. Tapi ingat, ini hanyalah opini pribadiku, karena bisa kulihat di luar sana banyak yang memberikan rating tinggi. Hanya saja tidak dariku dan tidak akan kurekomen untuk membacanya.

Nilai: 🌻

Extra:

Bagi yang tertarik untuk membaca sendiri bagaimana "diary Kayla" ini ditulis, novel ini masih tersedia secara online dengan harga yang sangat terjangkau (maklum buku lama)
Actually I'm not really recommended it, but why not? Mungkin selera Anda berbeda 180 derajat dariku dan justru menyukai kisah ini seperti teman-teman lain yang memberi rating tinggi untuk novel ini.

Aku tidak berniat untuk memperburuk ataupun sengaja memberi rating rendah. Hanya saja, ini memang bukan seleraku bahkan setelah baca dua kali.

Hope you enjoy.

Novel Review - Mariani MarzzWhere stories live. Discover now