Bab 8 : Something Evil

5 0 0
                                    

Untuk menemukan kristal kedua, rupanya cukup mudah. Sesampainya mereka di tenggara, ada hamparan batu dengan beberapa tanaman di atasnya. Menurut petunjuk tadi, mereka langsung tahu bahwa jawabannya adalah sel alga.

Langsung saja mereka mencari sebuah alga yang diletakkan di hamparan batu itu, berkamuflase dengan tumbuhan-tumbuhan lainnya. Namun dengan ketelitian Yuika, dengan mudah mereka menemukannya.

Reena memasukkan kristal kedua ke gelembung Raiya. "Oke, yang kali ini mudah entah kenapa. Petunjuk selanjutnya apa Rai?"

"Mmm, utara," Raiya menaikkan satu alisnya bingung. "Hanya itu,"

"Yah petunjuknya pendek sekali. Firasatku buruk," keluh Arvien. "Daripada mikir panjang-panjang, langsung saja kita ke utara." sahut Larisa, memimpin jalan bersama Neira.

Sesampainya di utara. Terdapat banyak batu karang berbentuk seperti vas bunga berjejer-jejer. Di atas masing-masing batu itu tergeletak banyak ikan buntal yang mengempes. Semuanya tampak tenang dan hening.

"Apa-apaan ini?"

"Tidak mungkin kan kita cari kristalnya satu-satu di ikannya?" tanya Irene dengan tampang jijik.

"Entahlah. Mereka tampak diam saja, apa mereka mati?" tanya Philip.

"Bisa jadi, tapi bisa juga mereka tidur. Ikan buntal jenis ini tidak suka diganggu. Sekalinya ada suara di dekat mereka, mereka langsung terbangun dan bisa saja menyerang pembuat suaranya dengan racun yang mereka miliki. Karena itu mereka tinggal di kedalaman yang lumayan dalam dan hening suasananya," jelas Yuika.

"Kayaknya kekuatanmu muncul random ya Ka?" tanya Arvien. Yuika hanya mengangguk.

"Kalau begitu supaya lebih aman, Zack, lebih baik kamu tidak menggunakan kekuatanmu untuk berinteraksi dengan mereka. Takutnya mereka bangun." Suruh Larisa. Zack pun mengangguk dengan hidungnya yang sudah diatasi oleh Irene.

"Eh, jam tangannya bercahaya!" seru Raiya.

Ia mengeluarkan jam tangan Pak Har dari tas gelembungnya, dan benar sekali. Cahaya yang sangat terang bersinar dari jam itu.

"Itu artinya pecahan bola kacanya ada di dekat sini. Coba cari sesuatu yang bersinar di daerah sini selain jam tangan itu!" komando Philip.

Setelah celingukan mencarinya, Arvien menemukannya.

"Disana!" Tangan Arvien terangkat menunjuk ke ikan-ikan buntal itu. Rupanya ada sesuatu yang bercahaya terang di batu karang vas bunga paling ujung. Terlihat sangat tersembunyi hingga hanya ada satu jalan.

Mereka harus melewati ikan-ikan itu untuk mengambilnya.

"Waduh, ini mah bahaya banget." Keluh Raiya.

"Phil, gimana kalau kamu pakai kekuatanmu dan berenang cepat-cepat buat ngambil benda itu? Nanti saat kamu kembali, kita cepat-cepat pergi dari sini sebelum diserang." Usul Larisa, Philip mengangguk.

"Jangan. Terlalu berisiko. Kecepatan berenang ikan buntal jauh lebih cepat dari apa yang kalian bayangkan. Bahkan bisa saja sebelum Philip mengambil bendanya dia sudah dilahap oleh mereka," jelas Yuika.

"Lantas, gimana?"

Mereka terdiam sejenak, lebih tepatnya berpikir. Namun tetap saja mereka berhadapan dengan jalan buntu.

"Mau tidak mau kita harus membangunkan mereka," ucap Deance yang disetujui semuanya.

"Oke, bagi tugas." Larisa menyuruh teman-temannya untuk membentuk lingkaran. "Aku ada ide. Philip-lah yang mengambil pecahan bola kaca itu. Neira dan Deance, sebaiknya istirahat dulu. Sementara yang lain, harus mengecoh perhatian ikan buntal ini dari Philip. Dan ingat, jangan sampai kalian membunuh mereka. Bisa?"

An Archive of TarabawaWhere stories live. Discover now