Bab 6 : Struggles

3 0 0
                                    

Malam harinya.

Setelah berhasil menemukan petunjuk selanjutnya, mereka memutuskan untuk pergi menjauh dari si ular. Mereka semua menelusuri hutan dari pagi hingga malam. Untung saja mereka tidak bertemu dengan hal-hal aneh selama perjalanan.

Karena kelelahan, mereka lupa membaca petunjuknya.

"Guys, ada sungai!" seru Irene. Benar saja, di hadapan mereka terpampang sungai yang berasal dari arah barat. Arus sungainya tidak terlalu deras dan sangat jernih. Di sekelilingnya pun juga terdapat batu-batu indah.

Tanpa ragu Philip langsung berlari dan terjun ke sungai itu menceburkan dirinya. Para cewek berteriak. "Phil, kamu gapapa?" Irene sebagai penggemar setianya sangat khawatir.

Lama sekali Philip berdiam diri di dalam air. Membuat yang lain resah.

"Eh jangan-jangan dia mati?" tanya Reena.

"Baguslah. Kan dia suka usil, kalau dia mati gak akan ada yang ganggu kita lagi." Ujar Zack santai.

"Hey, mohon maaf nih ya. Nge-hate orang boleh, tapi jangan sampai kamu mau dia mati dong. Itu mah namanya keterlaluan." Bela Irene.

"Iya ih, Zack. Jaga omongannya atuh." Ucap Yuika menyundul-nyundul lengan Zack.

Zack terpana ketika ia dinasihati crush-nya. Ia hanya menggaruk kepala. "Ish, iya iya."

"Ini satu orang juga lama-lama buat aku kesel. Heh! Cepet keluar!" Raiya berjalan ke pinggir sungai diikuti Arvien.

Mereka berdua melongok ke sungai itu. Sungainya terlihat dalam, hingga tubuh Philip tidak terlihat.

"Loh dimana Philip? Kok gak kelihatan?" Arvien menahan kedua tangannya di lutut sembari membungkuk. Ia menyelidik permukaan sungai.

"Wah, jangan-jangan beneran mati." Komen Reena yang langsung dipelototi Irene.

Raiya dan Arvien sama-sama membungkuk mencari Philip. Air sungai tampak tenang, tidak tampak gerakan sama sekali di dalamnya. Hingga tiba-tiba...

"HUWAAA!"

Philip keluar begitu saja dari dalam sungai, menarik tangan Raiya hingga mereka berdua tercebur ke sungai. Teman-teman yang lain tertawa lebar melihat Raiya basah kuyup.

"SIALAN KAU, PHILIP!" Raiya mendorong Philip ke bawah, menenggelamkannya hingga si cowok hampir kehabisan napas.

"HEH! GILA LO! MAU AKU MATI?!"

"IYA! MATI AJA LO SANA!"

Dan, terjadilah pergulatan di sungai itu. Meskipun begitu, akhirnya Raiya bisa tertawa lebar menikmati penyiksaannya pada Philip, dan melupakan tentang ibunya sejenak.

"Guys, gimana kalau kita bermalam disini aja? Tempatnya sejuk, bersih, enak banget ditempati." Usul Larisa.

"Setuju. Kita cuma perlu cari spot yang nyaman buat tidur." Ucap Reena.

"Masalahnya gak ada alas yang bisa untuk kita tiduri. Gak mungkin kita tidur di tanah,"

"Irene bener."

"Lantas, gimana?" Deance yang sudah lelah terduduk lemas di tanah, tak peduli baju putihnya kotor atau tidak.

"By the way, kita belum baca petunjuk dari ular itu. Mungkin ada sesuatu disitu yang bisa bantu kita." Ujar Neira.

"Oh iya, benar. Tapi..." Reena menoleh ke sungai. "Ah, sial! Kertasnya ada di Philip. Sekarang Philip malah main di air, kertasnya basah deh."

"Yah, Philip Philip."

Neira berjalan santai mendekat ke sungai. "Arvien, tolong angkat Philip segera ke atas. Kita butuh gulungan kertasnya." Ucapnya santai.

Arvien menoleh bingung. "Mana bisa aku ngangkat dia? Berat, tau!"

An Archive of TarabawaWhere stories live. Discover now