IKHLAS

3 0 0
                                    

hai semuanya, lama ngga jumpa ..

mohon maaf sekali karena akhir-akhir ini jarang menuangkan cerita disini, maklum semester tua, dan sedang berada pada fase yang masyaallah sekali perjalanannya.

baiklah, gak usah berbasa dan basi lagi, kali ini aku mau membahas perkara ikhlas.

sebagai seorang anak yang kini berada pada usia 22 tahun, ada beberapa krisis yang terjadi dalam hidup. mulai dari kekurangan waktu untuk memikirkan kesenangan, kekurangan uang untuk memenuhi kebutuhan, hingga kekurangan teman untuk berbagi beban.

iya, satu persatu pahitnya kehidupan menghampiri, menyapa dengan caranya masing-masing, dan aku pun melewatinya dengan tertatih, berlari, meringkih, menangis, bahkan hingga harus berdiam terlebih dahulu.

banyak yang terjadi akhir-akhir ini, mulai dari bentuk perjuangan mendapatkan tiga abjad sakti, hingga berbagai fenomena lainnya yang kadang membuat diri mengelus dada.

bukan hanya aku, semuanya tengah berjuang. jadi bukan diri kita sendiri yang terus melawan arus untuk sampai di hulu sungai.

belajar merelakan apa yang telah terjadi, dan mencoba untuk menerima hal yang baru. bukan perkara mudah.

ya kan?

kadang, mereka yang tak mengerti situasi kita dengan gampangnya menyudutkan posisi dan menyepelekan masalah yang tengah kita hadapi.

padahal, belum tentu juga jika dia yang mengahadapi masalah itu akan selesai dalam satu jentikan jari.

kata mamang fersa yang suka naik gunung, ikhlas terkadang hanyalah suatu keterbiasaan yang dipaksakan.

memang benar, karena jika tak dipaksa, yang ada bukanlah penyelesaian ataupun halaman baru, yang ada hanyalah sebuah halaman yang terus berulang kali ditulis, kemudian dihapus, lalu ditulis lagi.

lecek jadinya.

mungkin bagimu ikhlas memiliki definisi lain, bisa saja ikhlas bagimu adalah melepaskan tanpa beban suatu hal dan tidak lagi memikirkannya.

ataupun yang lainnya.

bagiku, ikhlas yang tengah kujalani adalah ikhlas untuk berjalan sedikit terlambat dari mereka yang kini sudah jauh di depan.

tak apa, kita memiliki jalan masing-masing dan kita memiliki cerita kita sendiri.

banan nuna, terpaksa harus mengikhlaskan ponsel yang menjadi pembuluh kehidupan kampus dan kantornya.

memang harus terpaksa, agar kita terbiasa. 

namun jika ada pilihan untuk tidak terpaksa bagaimana? haruskah kita terbiasa dengannya?

banyak sekali yang ingin kuceritakan, namun suara ketikan keyboard akhir-akhir ini membuatku muak setengah mati

jari-jari ku pun muak menekan lempengan plastik berisi huruf-huruf ini, tapi mau bagaimana lagi 

berjuang untuk mendapatkan hal yang lebih baik lagi kedepannya adalah suatu keharusan.

dan memang harus terpaksa, jika tak mau dipaksa nantinya.

sampai disini dulu ya, jari-jariku sakit dan sudah jompo sepertinya

persendiannya pun kurasa perlu di bawa ke bengkel terdekat

sampai jumpa lagi di episode berikutnya..

ikhlas yaaa..

harus ikhlas.


Titik TerangWhere stories live. Discover now