Rip-e Banana

17 2 0
                                    

olla.. hallo yeorobun.. bertemu lagi dengan saya, author kentang yang berharap memiliki tampang aktris high class, sungguh halu yang tidak berguna.

baiklah, sebelum memulai cerita rip-e banana ini, terlebih dahulu ingin saya jelaskan arti dari ripe banana itu sendiri, iya.. artinya pisang yang sudah terlalu matang, ataupun pisang matang yang biasanya bisa kita lihat di pasar dan toko buah. taukan pisang yang udah kematengan? kuning dan kadang kulitnya dipenuhi bintik hitam kaya noda penuaan dini wajah saya.. sedih nih, butuh sponsor skincare, wkwkwk.

oke, kalau kamu udah baca part sebelumnya, pasti sudah tau isi hati ku yang kentang terhadap pisang ku yang hidupnya penuh liku-liku, di part kali ini akan diisi dengan serangkaian cerita menyesakkan dada, jadi bagi yang punya maagh kronis dan penyakit darurat lainnya harap makan, dan minum obat dulu sebelum membaca cerita ini.

hmmm, banana nuna.. dia punya banyak rahasia dan cerita yang bahkan hanya ingin ia simpan untuk diri sendiri, dia itu orang yang seperti ku bilang sebelumnya, plin plan dan terkadang ngga sinkron dengan situasi dan kondisi.

part tersedih dari sebuah hidup seseorang itu pastinya berbeda untuk setiap orangnya, ada yang sedih karena tumbuh tanpa kasih sayang, ada juga yang sedih karena tumbuh dalam lilitan hutang dan kesengsaraan, dan berbagai tragedi hidup lainnya. dan taukah kalian semua? banana nuna ini telah melalui hampir seluruh part itu.

mungkin tak perlu kujelaskan bahwa ia blablabla dan bla, aku tau hidupnya tak seberuntung orang lain yang mungkin hanya pernah melalui satu atau dua part episode kesedihan dalam hidup, tetapi begitulah yang namanya kehidupan.

di awal pertemuan kami dulu, banyak hal buruk yang kusimpulkan tentang dirinya, yang tentunya hanya kusimpan dalam hati dan pikiran yang penuh dengan deretan tanda tanya. banyak hal yang bertolak belakang antara aku dan banana nuna ini

mulai dari cara bergaul, cara berpikir, cara belajar, hampir tak ada satupun yang selaras diantara kami.

hingga kami melalui berbagai bentuk masalah dan perkelahian mini bersama, ya.. bergumul dalam hati dan merutuki kesalahan.

satu yang tak pernah berubah diantara kami, ia adalah sang pendongeng di kala kisahnya tak berjalan dengan baik, dan aku adalah pendengar dongeng itu. selalu seperti itu.. mungkin akupun juga terkadang ikut mendongeng, tapi kali ini aku hanya ingin menceritakan kisah dongeng yang pernah ia utarakan.

pertama.. kisah sedih disaat tidak bisanya mengikuti orang lain,, aku bingung untuk menjelaskan dan memberikan kalimat yang tepat untuk hal ini, tapi ia pernah terikat dengan perasaan ingin sama seperti orang lain, memiliki teman yang baik, mengunjungi tempat ini dan itu, dan menempah bangku pendidikan di universitas a,b,c dan e, begitulah ia dulu.. terlalu banyak melihat dunia kecil dalam genggaman tangan, apalagi kalau bukan instagram. rasanya lelah sekali mendengar dongeng dengan genre ini dikala itu, yah aku tak memiliki banyak teman, dan akupun juga tak tertarik dengan kehidupan orang lain di luar sana.

bagiku, untuk menjalani hidupku saja aku sudah kewalahan, apalagi untuk aku melihat sisi kehidupan orang lain di luar sana, yang terkadang penuh gemerlap hanya untuk bidikan kamera dan menanti angka semu yang bahkan tak akan penah muncul dalam ujian matematikamu nanti.

ia, kami dulu sangat berbeda, ia sibuk dengan pertemanannya yang terbilang ramai dan jauh di luar sana, dan aku hanya tau daerah kecilku, sekolah dan rumah.. itu adalah hal terbaik yang pernah aku lakukan. 

disaat ketika takdir mengatakan ia harus berdiri, ia kembali merengek padaku, dan berkata "tapi aku tak tau cara berdiri", dan ketika ia telah dijejali dengan berbagai macam opsi untuk bisa berdiri.. ia kembali berkata "tapi aku tetap tak bisa berdiri, aku bisa berdiri tapi harus ada orang yang memapahku untuk tegak".. 

Titik TerangWhere stories live. Discover now