Part 24

2.2K 399 34
                                    

Seokjin berjalan mondar mandir didepan ruang bersalin dengan raut wajah cemas. Takut wanita yang tengah bersalin disana tidak bisa melakukan proses persalinan dengan lancar seperti yang diharapkan.

Ceklek

"Bagaimana keadaan istri dan anak saya dok?"

Para Anggota keluarga yang ikut ke rumah sakit menatap haru ke arah Seokjin. Yang kini terlihat mencemaskan keadaan bayi yang bahkan bukan anak kandungnya.

"Kondisi bayi sangat lemah karena lahir sebelum waktunya. Begitu pula dengan sang Ibu, keadaan nya yang dari awal telah memburuk. Membuatnya harus kehilangan banyak darah ketika bersalin."

Seokjin membuang nafas kasar. Air bening telah menggenang di pelupuk matanya. Namun sebisa mungkin ia tahan agar tak membuat keluarga mencemaskan nya.

"Tolong Lakukan yang terbaik untuk anak dan istri saya Dok."

"Baik tuan."

Seorang perawat keluar dari ruangan dengan wajah cemas. Membuat Seokjin mengeryit heran.

"Bagaimana keadaan Nyonya Kim?" Tanya dokter.

"Tidak ada perubahan Dok, kondisinya semakin menurun. Dan untuk Tuan Kim, Nyonya Kim ingin bertemu dengan anda."

Beberapa menit yang lalu Seokjin telah melangsungkan resepsi pernikahan dengan sahabatnya, Jieun. Namun wanita yang tengah hamil 7 bulan itu mengalami kontraksi dan harus segera dilarikan ke rumah sakit. Karena memang sedari awal, keadaan janin Jieun tidak sehat dan berakhir dengan bayi yang harus dilahirkan secara prematur.

"Jieun, kamu gapapa?"
Seokjin bertanya saat dirinya telah memasuki ruangan.

Wanita yang dipanggil Jieun itu mengangguk lemah.
"Untuk saat ini aku gapapa Jin. Tapi gatau nanti."

"Kamu jangan ngomong gitu lah. Kamu harus kuat, demi Baby."

Seokjin menatap iba ke arah sahabatnya yang sekarang terlihat sangat lemah dan kesakitan. Jujur saja, ia sendiri tak yakin istri nya ini kuat menahan rasa sakit yang diderita akibat kehilangan banyak darah saat persalinan tadi.

Jieun tersenyum kemudian menggenggam tangan Seokjin. Dapat Seokjin rasakan tangan istrinya itu dingin dan sedikit gemetar.
"Makasih buat semuanya Jin. Tapi kayaknya aku udah gabisa. Jadi tolong, jaga anak aku."

"Enggak Jieun, kamu gaboleh ngomong kayak gitu. Kamu pasti kuat kok aku yakin sama kamu."

Jieun menggeleng dengan nafas yang sudah tercekat. "M-maaf Jin."

Jieun melepas genggaman Seokjin. Membuat pria itu panik dan dengan cepat memanggil dokter. Seokjin keluar ruangan dengan perasaan cemas. Berharap sahabatnya itu bisa diselamatkan.

"Jieun kamu harus kuat..."

"Seokjin."

Seung Hyun menepuk pundak putranya. Membuat sang empu menoleh sekedar membalas tatapan sang Ayah.

"Kalau nanti Jieun nggak bisa diselamatkan, kamu harus ikhlas. Rawat anak dia dengan penuh kasih sayang, karena itu sudah menjadi tanggung jawab kamu."

Seokjin mengangguk lemah. Kemudian dengan cepat sang ayah memeluk dirinya hanya untuk sekedar mencari ketenangan.

Ceklek

"Tuan Kim kami meminta maaf sebesar-besarnya kepada anda dan keluarga. Kami telah berusaha semaksimal mungkin, namun Nyonya Jieun tidak dapat kami selamatkan."

Air mata tak dapat Seokjin bendung. Sahabatnya Jieun kini benar-benar telah meninggalkannya. Sahabatnya yang kuat dan Pantang menyerah kini telah tiada. Yah, Teman masa kecilnya itu telah mengalami tindak pelecehan seksual oleh kekasihnya sendiri.

JANDA KEMBANGWhere stories live. Discover now