13 •• DUNIA KEDUA

91 27 0
                                    

Lima remaja yang baru saja keluar dari kamar Kallen dengan tergesa-gesa itu dibuat terkejut dengan apa yang mereka lihat sendiri. Sebuah hamparan taman bunga yang luas menjadi latar pemandangan mereka tepat ketika pintu kamar tertutup. Benar-benar taman bunga, bukan lagi lantai dua rumah Kallen yang seharusnya ada di hadapan mereka.

"Apa ini?"

Di saat Yale, Shaga, Theo, dan Kallen memilih diam sembari mencerna apa yang mereka lihat, Beval menjadi satu-satunya orang yang bersuara dan menatap sahabat-sahabatnya dengan raut wajah bertanya. Dia tidak tahu apa-apa, dan apa yang terjadi sebenarnya?

"Jangan banyak bergerak. Akan ada banyak kemungkinan yang terjadi di tempat ini."

Perintah dari Shaga itu dibalas anggukan oleh masing-masing dari mereka. Bahkan, Beval yang sejak awal tidak tahu apa-apa memilih untuk mengikuti interupsi dari Shaga dan berusaha untuk tetap berdiri tenang di samping Theo.

"Sebenarnya buku catatanmu itu mengandung apa? Mengapa bisa tiba-tiba kita ada di tempat seperti ini?"

Theo menggelengkan kepala dengan pelan, ia juga melirik Beval sekilas. "Selama ini aku hanya pergi ke tempat-tempat seperti ini dalam mimpi."

Ketika mata mereka sedang sibuk mengawasi, embusan angin tiba-tiba datang yang membuat rerumputan dan tangkai-tangkai bunga bergerak tidak beraturan. Kejadian ini persis seperti apa yang Shaga alami semalam.

"Jangan tutup mata kalian."

"Apa? Kau gila? Anginnya cukup kencang, banyak debu juga yang terbang," seru Yale sembari berusaha melindungi wajah dengan tangannya sendiri.

Tepat seperti apa yang Shaga bayangkan, langit ikut menjadi abu-abu di tengah embusan angin yang semakin kuat dari sebelumnya. Debu yang terbang ke udara juga semakin banyak. Hal itu tentu membuat mereka kini sibuk menutup mata untuk melindungi diri dari debu yang berputar-putar di udara.

"Selamat datang. Nikmati dunia ke dua kalian dengan baik. Sampai bertemu di tempat yang paling kalian idamkan. Selamat bersenang-senang."

Suara seorang perempuan yang entah datang dari mana itu membuat mereka saling lirik sekilas sebelum tiba-tiba menyebutkan satu nama secara serempak.

"Blossom?"

"Kalian benar, ini jelas-jelas suara adikku."

Cahaya keemasan datang tanpa diduga, kemudian berpendar tepat di hadapan mereka berlima. Karena terkejut, alhasil mereka semua menutup mata.

Seorang perempuan dengan gaun putih dan rambut berwarna pirang yang diurai apik muncul tepat setelah cahaya itu berpendar. Lima pasang mata yang melihat kejadian itu dengan jelas tentu terkejut dengan apa yang mata mereka lihat, bahkan Yale yang berada di posisi paling depan hingga kesusahan meneguk ludahnya sendiri.

Embusan angin semakin kencang. Tangkai-tangkai bunga juga mulai patah karena tidak bisa menahan berat kelopak mereka sendiri. Keadaan di sekitar lima remaja itu tiba-tiba menjadi sangat kacau. Tapi, anehnya mereka hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah kata.

"Selamat datang," ucap perempuan itu dengan nada yang lembut. Ia juga menyunggingkan senyum hangat setelahnya.

Cahaya keemasan tiba-tiba kembali berpijar, kali ini diikuti kegelapan yang memenuhi sekitar. Lima remaja itu setelahnya juga ikut menghilang bersama dengan seorang perempuan yang dianggap memiliki kemiripan dengan Blossom—dengan versi warna dan model rambut yang berbeda.

Taman bunga kemudian kembali tenang, tangkai-tangkai bunga yang patah juga kembali berdiri dan menopang kelopak-kelopak bunga dengan gagah.

Taman bunga kemudian kembali tenang, tangkai-tangkai bunga yang patah juga kembali berdiri dan menopang kelopak-kelopak bunga dengan gagah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
IN MY BLOOD [SELESAI]Where stories live. Discover now