Rahasia Masa Lalu.

1 0 0
                                    

Acid tersekap, tangannya diikat dengan tali. Beruntung dia tidak ditidurkan. Ia tetap sadar, kira-kira sudah lima belas menit. Acid mendengus pelan. Seharusnya aku tak berpisah dengan Nether tadi, Pikirnya.

“Acid. Mungkin, waktu sudah sampai membawa kalian. Saatnya kalian mengetahuinya.” Terdengar suara dari kegelapan.

Tebak siapa yang keluar dari kegelapan itu? Benar. Netherrack, teman lama Acid.

Acid terperangah, Nether mengkhianati mereka. Untuk sejenak, itu yang ia pikirkan.
“Apa maksudnya ini, Nether? Lo berkhianat?” Acid tetap tenang.

Nether mendengus pelan, “Gue ga berkhianat, gue cuma ingin menjelaskan semuanya.” Ujarnya. “Lo ga perlu sampai melakukan ini ke gue, ‘kan?” Acid menyanggah.

Nether merunduk, “Memang tak harus, harusnya Corazon yang di posisi lu sekarang.”

Acid menggertakkan gigi, kesal. Apa maksud ia membawa-bawa nama Corazon, menyebalkan.
“Lo bertanya kenapa gue bawa-bawa Corazon? Itu karena gue mau minta maaf, atas nama pendahulu, di masa lalu.”

Acid terbelalak—ia pasti akan mengusap wajahnya jika ia bisa. Nether mengembuskan napas pelan, “Ya, kawan. Organisasi ini penyebab segala derita masa lalunya.” Acid tak bisa berkata-kata.

“Gue hanya membantu kalian mengungkap segalanya. Takdir mengatakan kalian harus mengupas tuntas segalanya. Karena itu, baiklah,” Nether menghela napas sejenak. “Pertama-tama—“

“ACID!”

Corazon berseru, muncul dari sisi gelap di ruangan itu. Hikari yang berada di punggungnya mengambil ancang-ancang menembak, bersiap-siap menghadapi ancaman dari depan.

“Corazon!” Sungguh, Acid ingin berseru seperti ‘Jangan dengarkan Nether!’ atau ‘Jangan kesini dulu’.

Nether menyeringai pilu, “Momen yang tepat.”
Gerakan Corazon terhenti, ia menurunkan Hikari di punggungnya. “Apa maksudnya semua ini, Nether?” Ia berseru kasar.

“Waktunya lo mengetahuinya, Corazon. Bakal gue akui sekarang.”

Nether mengangkat sebuah jubah—dengan percikan darah bekas pemakai yang mungkin sudah gugur, “Lo kenal logo ini? Ya, ini logo Blackmailer, sang penghancur masa lalu banyak orang, terutama lo.”
Baru kalimat pertama, membuat Corazon diam seribu bahasa. Menunduk.

Acid mendengus kesal, “Nether! Hentikan itu! Corazon bisa—“

“Lebih baik lo diam, Acid, giliran lo juga bakal tiba.”

Acid terhenyak.

Antara Kenangan dan Kenyataan.Kde žijí příběhy. Začni objevovat