Masa Lalu yang menghantui.

5 0 0
                                    

Jam 15:50.

Mereka berkumpul di apartemen, tempat tinggal Corazon-hanya itu satu-satunya tempat yang mereka tau untuk tinggal. Acid langsung rebahan di sofa, Hikari duduk lesehan di lantai, Corazon
menyandar di dinding, bersedekap.

"Jadi, kita tinggal disini?" Tanya Acid, yang sedang rebahan di sofa itu. "dimana lagi? Lo pada kaga tau rumah masing-masing." Jawab Corazon.

Hikari pastilah ingin bertanya "Aku tinggal dimana?" atau semacamnya, namun ia memilih mengurungkan niatnya.

"Jadi... apa maksud Kak Varun tadi?" Mata Hikari mengerjap-ngerjap, tak paham dengan kejadian sebelumnya. Corazon mendengus kesal mendengarnya,

"Gue, sedikit curiga sama dia."

Acid mengernyitkan dahi, "Maksud lu? Ngapain lu curiga? Maksud gue, hey, dia berkata kalau dia Nether, dia juga mirip dengan Nether dulu, saat kita sekolah. Iya 'kan?" Corazon menggeleng tegas, "Lu ga paham, Cid? Darimana dia tau kita ini siapa?"

"Kalau dia nguping, ga mungkin sih. Kak Zon udah mastiin tempat diskusi kita itu sepi banget, bahkan ga ada kamera cctv." Hikari menambahkan, membenarkan Corazon.

"Bukan itu maksud gue, Cid, Ri."

Acid dan Hikari menatap Corazon, bingung.

"Gue, gue bisa ngerasain keanehan darinya, dari tatapannya, vibes nya, dan... darimana dia tau tentang gue?" Jelas Corazon. Tangannya menopang dagu, berpikir keras.

Acid dan Hikari tertegun, benar juga kata Corazon. Di dunia ini maupun di dunia sana, Corazon sangat misterius. Bahkan, di dunia sana tak ada yang tau persis dia tinggal bersama siapa, kecuali Acid dan Hikari-karena sudah diberitahu.

"Cid, jangan-jangan dia tau tentang lu, dan masa lalu lu juga?" Ujar Corazon, menerka-nerka. Acid bangkit dari posisi rebahannya, duduk termangu. "Takutnya begitu."

***

Tiba-tiba, suara ketukan terserang dari luar pintu apartemen. "Eh, biar aku yang buka." Hikari berdiri, beranjak mendekati pintu.

Pintu terbuka, sekelompok orang berdiri di depannya. Berpakaian jubah hitam panjang, tengan wajah tertutupi topeng.

"Ada gerangan apa datang ke-"

Salah satu orang itu meninju perut Hikari. Hikari tersentak, darah segar keluar dari mulutnya. Acid dan Corazon yang berada di ruang tamu, melihat itu mendengus marah. Apalagi Corazon-yang memang sudah waspada dari awal, memasang kuda-kuda bertarungnya. Acid juga sama, mengeluarkan pisau-pisau kecil-yang sejak awal memang disimpannya. Pisau itu banyak jumlahnya-entah memang banyak atau pisau itu bisa bertambah banyak dengan sendirinya.

Hikari disandera, mulutnya dibungkam dengan kasar menggunakan tangan dan kain oleh salah satu orang dari kelompok itu.

"Kalian siapa?" Bentak Corazon, suara beratnya meninggi akibat marah. ,"Lepaskan Hikari, atau pisau ini akan menembus nadi kalian!" Acid ikut menggertak, bersiap melempar pisau kecil di tangannya.

Corazon memandangi sekelompok orang-orang itu. Ia tersentak, melihat ada suatu lambang di jubah mereka. Giginya menggertak.

Tanpa disadari, Hikari mengeluarkan sesuatu dari lengan bajunya. Sebilah pisau. Saat orang yang menyanderanya lengah, ia menusuk perut orang itu dengan pisau. Hikari terlepas, langsung tersungkur dengan darah segar mengalir dari mulutnya. Orang yang menahannya tadi juga terjatuh, dengan pisau tertancap lumayan dalam di bagian perutnya.

Sekelompok orang itu tiba-tiba mengeluarkan pistol. Acid dan Corazon terkaget, tak menyangka mereka juga membawa senjata.

DOR!

Antara Kenangan dan Kenyataan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang