14. Pangeran si Biru

Comenzar desde el principio
                                    

Ya, setidaknya itulah yang aku inginkan.

Aku tidak mengerti kenapa aku bisa ada disini saat sekarang.

Aku menatap pintu kamar dimana Cassis Pedelian berada.

Beberapa waktu yang lalu Roxana datang menemuiku dan berkata bahwa wewenang untuk menghukum Cassis ada ditanganku.

Aku sungguh tidak mengerti. Tindakan Roxana begitu aneh di mataku.

Bukankah seharusnya dia melindungi Cassis Pedelian dengan sekuat tenaga? Bukankah dia adalah tali yang bisa menyelamatkan Roxana?

Tindakannya saat ini memang patut dipertanyakan.

Ether yang mendengar hal itu langsung kegirangan. Dia berniat untuk ikut denganku namun dihentikan oleh Roxana.

"Anjingku melukai Erel, jadi kau tidak memiliki hak untuk ikut."

Katanya.

Aku ingin menolak. Tapi akan terlihat aneh jika aku melakukannya.

Menolak untuk menyiksa seseorang tidak mencerminkan seorang Agriche sama sekali.

Haaah...

Tidak ada pilihan lain. Aku akan memberi Cassis Pedelian hukuman sebisaku.

Ceklek-

Begitu membuka pintu, aku langsung berhadapan dengan Cassis Pedelian yang terlihat seperti menungguku.

Hm?

"Sepertinya ini pertama kalinya kita berbincang empat mata seperti ini." Ucapku.

Kedua mata kami saling bertemu. Tatapannya berbeda dengan sebelumnya yang penuh dengan amarah.

Kali ini dia menatapku dengan mata yang begitu tenang.

"Hm? Apa kau tidak bisa berbicara?" Tanyaku.

Karena sedari tadi Cassis Pedelian tidak berbicara sepatah katapun, makanya aku menanyakan hal tersebut.

"Ini bukan pertama kalinya kita bicara empat mata. Sebelumnya bukankah kita sudah pernah bicara?"

Kapan? Sepertinya tidak pernah tuh.

Aku kembali mengingat-ingat kapan terakhir kali kita bertemu secara empat mata.

Ah, waktu itu, ya.

Kilasan ingatan kembali memenuhi kepalaku.

Saat itu, aku bertemu dengan Cassis Pedelian yang berada di luar kamarnya. Aku berpikir dia sedang mencoba untuk kabur dan aku mencegatnya dengan menodongkan parasol.

Benar, hari sial itu dimana aku bertemu dengan Lant Agriche dan Dion.

"Apakah itu bisa disebut berbicara? Aku tidak yakin akan hal itu."

Aku berjalan mendekatinya.

"Ngomong-ngomong... Roxana memintaku kemari untuk menghukummu."

Jariku mengangkat dagu Cassis dengan perlahan hingga mata kami bertemu.

"Kira-kira, hukuman seperti apa yang harus kuberikan padamu?" Tanyaku.

Bibirku membentuk senyuman mengerikan, hingga membuat Cassis Pedelian terkejut.

Namun wajahnya kembali datar seperti tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Apa aku kurang menyeramkan hingga dia terlihat tidak takut padaku ?

"Laki-laki yang mengaktifkan alat pengekangan hari itu, namanya Dion Agriche, bukan?"

Oh, dia membicarakan tentang insiden yang dibuat oleh Jeremy aktu itu, ya.

𝐁𝐋𝐎𝐎𝐃 𝐀𝐍𝐃 𝐓𝐄𝐀𝐑𝐒 || twtptflobDonde viven las historias. Descúbrelo ahora