43.

22.2K 2.3K 70
                                    

"Mengapa kau kesini?."

Seruan berasal dari Elvaret terdengar, nadanya datar dan menuntut sebuah jawaban yang mutlak. Walaupun tubuhnya masih membelakangi orang yang baru memasuki ruang rawat.

Suara pintu ditutup terdengar, orang itu menghampiri sofa dan duduk di sana. Tidak ada kesopanan sedikit pun.

"Kenapa harus memiliki alasan jika datang kesini?." Tanya balik orang itu kepada Elvaret. Elvaret berdiri dari kursi yang sedari tadi di duduki oleh nya dan berjalan menuju sofa tempat seseorang tidak sopan duduk, lalu menyusul duduk di sofa yang berhadapa.

"Jangan bertele tele, apa yang kau inginkan?." Ujar Elvaret sembari menatap tajam mata lawan bicaranya. Seseorang itu tersenyum miring.

"Ah ya, tipe seorang Elvaret sekali." Ucap orang itu dengan wajah datar, menghiraukan tatapan tajam yang dilayangkan Elvaret padanya, lebih memilih memainkan pulpen yang ia ambil dari meja di depannya.

"Aku menginginkan adikmu." Jawab seseorang itu membuat rahang Elvaret mengeras, tatapannya semakin tajam dan menusuk. Aura dingin mulai terasa si sekitar ruangan.

"Jangan bermain main." Geram Elvaret dengan tajam. Seseorang itu dengan santai malah membalas tatapan tajam yang dilayangkan Elvaret.

"Aku tidak bercanda, aku akan menjaga adikmu. Izinkan aku mendekatinya." Ujar seseorang itu dengan beraninya. Elvaret masih menatap tajam seseorang itu dengan emosi yang berusaha ia redakan. Duduknya menjadi tegak, kakinya ia silangkan. Aura dingin tadi tergantikan oleh aura anggun dan elegan.

"Aku tidak akan pernah mengizinkan." Balas Elvaret dengan nada elegan, tatapan mata tajamnya bahkan belum ia redakan.

Seseorang itu tidak menyerah, dia mengikuti Elvaret dengan menegakkan badannya. Sikap santai yang tadi dia tunjukan lenyap, tergantikan sikap dominan yang kuat.

"Kenapa? Apakah aku belum cukup baik untuk Retta?." Tanya seseorang itu dengan datar.

Elvaret mengangkat sebelah alisnya, lalu mengangguk.

"Ya, kau belum cukup baik." Ujar Elvaret tanpa rasa bersalah atau memilih kata kata yang lebih halus.

Seseorang itu mengangguk angguk seolah paham, "Bagaimana jika adikmu yang menginginkan ku?." Tanya seseorang itu lagi. Elvaret masih mempertahankan sikap anggun dan elegan nya.

"Kemungkinan itu 30 berbanding 100." Timpal Elvaret tanpa ragu sedikitpun.

"Yah aku tahu, jika Retta tidak mau... aku tinggal memaksanya bukan?." Ucap seseorang itu dengan mudahnya mampu membuat buku yang tadi berada di meja hampir mengenai wajah paripurna miliknya.

"Dalam mimpi."

Orang itu tertawa pelan merespon perkataan Elvaret. Namun dia belum menyerah, apa yang dia inginkan harus dia dapatkan, itu adalah motto hidupnya. Arogan memang.

"Aku akan menjaganya, izinkan aku untuk mendekatinya." Ulang seseorang itu sekali lagi.

Elvaret mendengus pelan, tidak menyerah semudah itu membiarkan seseorang mendekati adiknya.

"Dapatkan izin dari Affandra, setelah itu akan aku pertimbangkan." Putus Elvaret dengan mutlak. Seseorang itu tidak keberatan, malah dia merasa lebih mudah mendapatkan izin dari Affan ketimbang Elvaret.

Andai seseorang itu tahu, mendapatkan izin dari Affan tidak semudah itu. Retta telah Affan anggap sebagai adik kandungnya sendiri, perlakuan Affan terhadap Retta sama seperti perlakuan Affan terhadap Celi. Keduanya adalah adik adik yang amat di jaga oleh Affan.

Apalagi Retta adalah seseorang yang amat berharga bagi Elvaret. Apapun yang berharga bagi istrinya akan Affan jaga sebisa mungkin, bagi Affan istrinya adalah prioritas dan tanggung jawab terbesar. Membahagiakan istrinya adalah sesuatu yang Affan akan lakukan, termasuk menjaga adik iparnya. Karna adik iparnya, Retta. Adalah kebahagiaan Elvaret sebelum bertemu dengannya dan sebelum Elvaret mau membuka hatinya untuk dirinya.

Yah, doakan saja seseorang itu bisa mendapatkan izin dari Affan. Semoga ya....

°°°

"K-kak." Panggilan parau terdengar dari seseorang yang sedang terbaring di ranjang rumah sakit.

Elvaret yang sedang membaca buku langsung meletakkan bukunya di meja dan menghampiri Retta. Seseorang yang mengganggu Elvaret sudah pergi beberapa jam yang lalu.

"Kau membutuhkan sesuatu?." Nada bicara Elvaret tidak seperti seseorang yang khawatir, nadanya datar dan tegas seperti bertanya pada karyawan atau anggota kemiliteran.

Retta berusaha duduk, Elvaret tidak membantunya. Hanya melihat namun, tangannya bergerak menuju bagian belakang ranjang rumah sakit untuk menaikkan tempat tidur.

"Ak-aku melihat ruang gelap, di sana gelap. Tapi, banyak orang yang sedang menghantam seseorang. A-aku tidak melihat wajah orang yang di hantam." Perkataan Retta terdengar gelisah dan takut, Elvaret yang mendengarnya menghela nafas pelan dan membawa tubuh bergetar itu ke dalam pelukannya.

Tidak ada kalimat kalimat penenang yang harusnya Elvaret keluarkan untuk menenangkan seseorang yang ketakutan, hanya ada usapan lembut pada punggung Retta yang diberikan Elvaret.

Tidak berapa lama, ketakutan Retta telah reda. Terdengar suara nafas halus menandakan seseorang yang berada di dalam pelukan Elvaret telah tertidur.

Elvaret membaringkan tubuh Elvaret dengan pelan pada ranjang rumah sakit, lalu mengamati wajah tertidur Retta. Tenang dan damai, membuat Elvaret nyaman.

Bagi semua orang, keluarga adalah prioritas. Begitu juga dengan Elvaret, Retta adalah prioritasnya setelah Affan. Sebelum Retta menemukan seseorang yang tepat untuk menggantikan dia menjaga Retta, maka rasa tanggung jawab di diri Elvaret belum selesai.

Ceklek...

Suara pintu terbuka dari luar terdengar, membuat Elvaret yang tadi melamun sembari memandang wajah tertidur Retta tersentak dan memandang orang yang membuka pintu.

Seseorang yang membuka pintu mendekat ke arah Elvaret, lalu memeluk Elvaret.

"Miss you, Babe." Ucap pelan orang itu dan mengecup pelan dahi Elvaret.

"Hm." Gumam Elvaret sebagai balasan dan melepaskan pelukan itu dengan pelan. Orang itu, Affan. Terkekeh pelan dengan suara beratnya dan mengacak surai hitam legam milik Elvaret.

Tbc.

Silahkan kalian berikan pertanyaan-pertanyaan  random sebelum aku benar-benar hiatus (optional).

See you....












Reincarnation: Twin's for Antagonist [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang