39.

23.8K 2.5K 42
                                    


Keluarga Adelard sedang kumpul di ruag keluarga kediaman Adelard. Setelah Gibran mendapatkan telephone dari Affan yang mengabari keadaan Retta dan masalah perpindahan ke Singapura.

"Keputusan tepat. Kita juga akan ikut kesana." Ujar Damar setelah mendengar informasi dari putra keduanya.

"Mereka juga akan lulus sebentar lagi bukan? Kita juga bisa menetap di sana untuk beberapa waktu." Lanjut Damar. Liam, Gibran, dan Samuel menatap Damar dengan serentak. Singapura adalah negara tempat mendiang ibu mereka di lahirkan yang tidak lain adalah mendiang istri Damar.

"Affan hanya bilang Retta akan ke singapura, Yah. Affan dan Elva harus menyelesaikan pendidikan terlebih dahulu, Miko juga kan?." Ucap Gibran dan menatap keponakannya yang duduk bersebrangan dengannya.

Miko yang kurang mengerti dengan topik pembicaraan hanya mengangguk. Namun, bukan berarti Damar akan menyerah begitu saja.

"Pindah saja, mudah bukan? Tapi mengingat akan ada ujian kelulusan tinggal 10 hari lagi. Mereka bisa menyusul." Tutur Damar membawa kemenangan. Mereka hanya bisa diam, karena yang di ucapkan Damar memang benar. Sebenar lagi ada ujian kelulusan. Lea yang masih kelas 10 juga akan naik kelas.

°°°

Pagi ini di AHS tidak seramai biasanya setelah ada kabar salah satu anggota Nyx kecelakaan bahkan berakhir koma.

Apalagi keadaan Chloe, Irena dan Katya yang baru saja mengantar kepergian Retta ke luar negeri. Mereka langsung menuju AHS setelah dari rumah sakit, maunya sih bolos sekolah. Tapi ingat ujian kenaikan kelas yang diadakan sebentar lagi jadi di pending.

Kelas yang biasanya ramai mendadak sepi dan hening.

"Kalian jangan terlalu berlarut kesedihan, okey. Retta ntar sedih ngeliat kalian kayak gini." Celetuk seseorang yang duduk di pojok belang sebelah kiri pada Chloe, Irena dan Katya.

Dia Ajeng. Walaupun kelakuannya 11 12 sama Tari. Tapi Ajeng masih soft dan pengertian. Apalagi setelah melihat Irena yang biasanya tenang menjadi kacau.

Chloe yang bisa mengendalikan diri menatap Ajeng dengan senyum tipis, tapi matanya memancarkan kesedihan. Ajeng langsung menghela nafas dalam, haah menyakitkan.

°°°

Kelas 12-B IPA, Kelas yang terdapat lima most wanted boy AHS. Bisa di bilang kelas surga mata bagi kaum perempuan, karena di sini. Rata rata adalah laki laki, perempuan ada. Tapi kayak bad girl, misalnya Arsya. Perempuan yang tidak fanatik dan terlalu acuh kepada laki laki.

"Lo kenapa, Mik?." Tanya Acel yang melihat Miko murung sedari tadi. Miko menatap Acel, lalu menatap lurus ke depan lagi.

"Keluarga gue akan pindah ke luar negeri dan menetap di sana." Jawab Miko seadanya. Nick yang awalnya sedang membaca buku tiba tiba menatap Miko.

"Om, tante sama adik lo?." Ujar Nick.

Miko mengangguk. "Dan gue. Setelah kelulusan gue nyusul." Balas Miko.

Brakk...

Acel langsung menggebrak meja miliknya lalu menunjuk Miko dengan jari telunjuknya.

"Lo udah ngga nganggep kita sahabat, ya? Berita sebesar ini lo ngga cerita." Tuding Acel penuh emosi. Owen yang sedari tadi hanya menyimak bersama Arsen langsung menenangkan Acel.

Miko menghela nafas sebelum menatap keempat sahabatnya. "Keputusan ini di ambil sepihak oleh kakek gue, jadi mau ngga mau gue harus nurut." Jelas Miko sembari mengacak rambutnya sendiri.

Nick menutup bukunya. "Jadi kita tidak bisa bertemu setelah lulus?." Tanya Nick dengan nada candaan. Tapi Miko malah langsung menatap tajam dirinya.

"Gila kali lo."

°°°

"Hahh.." itu sudah menjadi helaan nafas kasar yang kesekian kalinya keluar dari belah bibir Elvaret. Affan yang duduk di sampingnya sembari mengurus berkas bahkan mengalihkan pandangannya terhadap berkas ke arah Elvaret.

"Kita bisa menyusul mereka setelah semuanya selesai di sini. Jangan terlalu banyak memikir itu, Babe." Ujar Affan dan kembali fokus terhadap berkas di depannya. Elvaret hanya melirik sekilas dan kembali menatap laptop di hadapannya.

Mereka sedang di ruang AHSSO, walau akan ada ujian kelulusan. Tanggung jawab mereka belum selesai sampai jabatan anggota AHSSO turun kepada anggota baru yang terpilih. Walau tinggal 9 hari kurang, tanggung jawab adalah tanggung jawab. Sekecil apapun itu.

"Bagaimana dengan keadaan bulan ini?." Tanya Affan memulai pembicaraan. Sekarang posisi mereka bukan suami-istri atau friends, dalam sekolah mereka hanya ketua dan wakil ketua AHSSO. apalagi jika Affan telah mengeluarkan aura pemimpinnya, beuh... kombinasi yang sangat waaw bukan?

Elvaret menatap laptop di depannya dengan pandangan yang berubah menjadi fokus. Mereka harus profesional dalam melakukan tugas bukan, ya walaupun Affan kadang keceplosan memanggil Elvaret dengan panggilan sayangnya. Seperti tadi contohnya.

"Keadaan bulan ini aman. Siswa bolos hanya kurang dari 10 orang, kerusakan properti tidak ada, siswa bermasalah juga tidak banyak kecuali siswi dari 10 IPA 3 yang selalu membuat masalah. Ada beberapa laporan yang datang dengan keluhan yang sama." Jawab Elvaret dengan pandangan yang masih fokus ke arah laptop. Affan yang mendengarnya mendongakan kepala dan menatap Elvaret.

Keningnya mengernyit. "Laporan yang sama?." Ulang Affan kepada Elvaret.

Elvaret mengalihkan pandangannya dari laptop dan menatap Affan.

"Tabrakan di koridor, kantin, atau kamar mandi. Menumpahkan minuman atau makanan di seragam dan selalu menangis padahal tidak mendapat bentakan, pukulan, atau hal semacamnya. Itu membuat siswa merasa risih karena mereka malah yang terlihat seperti melakukan pembullyan padahal mereka adalah korban." Jelas Elvaret dengan serinci mungkin. Intinya adalah adik kelas 10 IPA 3 melalukakn playing victim. Selalu merasa menjadi korban padahal pembuat ulah sebenarnya.

Affan mengangguk anggukkan kepalanya paham, dia tahu itu adalah trik mencari perhatian agar merasa di kasihani dan menjadi orang yang paling baik di mata orang karena menjadi orang pemaaf. Tapi sepertinya AHS bukan target yang pas, murid di sini bukan hanya anak orang kaya yang berotak kosong. Bahkan bad boy AHS pernah menjadi perwakilan sekolah di kaca internasional, Murid kutu buku yang biasanya di bully di sekolah lain malah berprestasi di sini, dan playboy yang biasanya hanya sampah masyarakat juga berprestasi di sini.

Jadi, trik murahan seperti itu tidak berguna.

Saat hendak kembali fokus pada berkas nya lagi, pergerakan Affan terhenti.

"Dia pernah mencari masalah dengan Retta, bukan? Siswa yang terkena sidang anggota AHSSO setelah kedatangannya beberapa minggu di sini. Bukankah dia sudah mendapat peringatan?." Ujar Affan setelah ada memori yang berputar di otaknya.

Elvaret yang tadi sudah kembali sibuk dengan laptopnya langsung menatap Affan.

Tbc.

Hallo, untuk yang masih mengingat cerita ini, Author mengucapkan terima kasih sebanyak banyaknya. Untuk jadwal dan waktu dalam update. Kalian jangan berharap lebih oke? Author tidak yakin akan bisa melanjutkan di tengah tengah kesibukan real life yang padat. Untuk itu, Author meminta maaf sebanyak banyaknya pada readers yang menunggu cerita ini. Author ingatkan sekali lagi, kalian jangan berharap lebih. Sekian terima kasih.

Tertanda
- Tty Author Reincarnation twins for Antagonist.

Reincarnation: Twin's for Antagonist [END].Where stories live. Discover now