27 : Pelabuhan Yang Benar

Mulai dari awal
                                    

Jangan harap dalam pertemuan ini Aretha mendapat pertanyaan berupa 'apa kabar?' 'gimana keadaan kamu setelah ditinggal ayah?' 'kamu baik-baik aja?' 'gimana dengan hari-hari kamu?'

Bodoh namanya jika Aretha masih menyimpan harapan untuk mendapatkan perhatian itu.

Tapi memang dirinya bodoh karena Aretha membawa harapannya meski kecil. Ia merasa sudah menjadi yatim piatu padahal masih memiliki seorang ibu.

"Mau Ibu minta aku secara baik-baik atau dalam bentuk serangan apa pun, aku nggak bakal biarin gitu aja. Apa karena Azril? Dia, kan pelaku sebenarnya? Aku udah tahu, Bu."  Sekarang tinggal cari buktinya aja. Oh iya, aku udah punya buktinya, kok. Sekarang tinggal mikirin caranya supaya publik tau aja."

"Kamu mau kehilangan semua orang dalam hidup kamu? Cukup ayah kamu."

"Lalu gimana dengan keadilan ayah? Jelas aja Ibu nggak mau aku tahu siapa yang udah bunuh Ibu. Karena ibu, kan? Ibu bunuh ayah untuk mengancam aku supaya Ibu bisa ngelindungin anak kesayangan ibu itu?"

"Dengarkan saya. Alden berusaha untuk cari bukti siapa dalang di balik kematian ayah kamu. Apa yang terjadi sama dia kemarin?"

Raut wajah Aretha langsung berubah.

Tunggu ...

Alden mengeluhkan soal ponselnya yang hilang.

Jangan-jangan ... ada bukti penting dalam ponselnya itu? Jadi bukan karena ponselnya?

Aretha menghela napas karena lengah.

"Tapi untungnya suami kamu nggak kenapa-kenapa. Dia masih beruntung, kan?"

Kenapa juga Alden tidak bercerita soal ini?

"Hiduplah tenang dengan dia dan jangan berusaha untuk mengungkit soal kasus itu. Itu adalah cara kamu untuk bertahan hidup. Anggap ini adalah salah satu saran dari saya."

"Ibu khawatir sama aku?"

Sang ibu mengalihkan pandangan ke tempat lain.

"Tapi kenapa Ibu bunuh ayah? Tapi kenapa ibu lakuin ini semua? Kenapa Ibu bikin aku bingung? Apa yang sebenarnya terjadi, Bu? Jangan karena selama ini aku sayang sama Ibu, aku bisa terima apa pun perlakuan ibu.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Ibu juga punya utang sama aku soal apa yang ayah bicarain sebelum dia meninggal. Aku butuh semua jawabannya sekarang."

"Saya mengajak kamu bertemu cuma untuk ini. Kamu jangan keras kepala, ya."

"Gimana bisa aku hidup tenang sedangkan aku sendiri belum bisa ngebuktiin siapa pelaku yang udah bunuh ayah?"

"Sepenting itukah nyawa orang yang udah meninggal daripada orang yang sekarang masih ada?"

"Ibu nggak paham gimana rasanya karena hati ibu terlalu keras."

"Oke. Sepertinya pembicaraan kita cukup sampai di sini. Anggap ini jalan yang kamu pilih." Irena berdiri dan bersiap untuk pergi.

"Jangan sentuh siapa pun orang yang dekat sama aku. Aku nggak bakal pernah biarin Ibu berbuat sesukanya. Jangan lagi menutupi satu kasus dengan kasus lainnya, Bu! Jangan sampai ada korban lagi."

Irena yang tidak mau mendengar melenggang pergi meninggalkan Aretha yang mulai dilanda gamang. Semuanya terasa serbasalah.

 Semuanya terasa serbasalah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HEART BEAT √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang