23 : Sisi Sebenarnya

1K 245 66
                                    

Jangan lupa votenya tetap dipertahankan ya.

Bismillahirrahmanirrahim
.
.
.

Kamu adalah pelabuhan terakhirnya setelah menempuh perjalanan jauh yang sangat melelahkan.

Rintik-rintik air di luar masih saja terdengar, sebagai tanda bahwa hujan tadi malam belum juga usai

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.

Rintik-rintik air di luar masih saja terdengar, sebagai tanda bahwa hujan tadi malam belum juga usai. Atau mungkin sempat terhenti dan kembali turun tapi mereka tidak menyadari karena sibuk dalam luapan asmara hingga akhirnya jatuh tertidur bersama.

Posisi tangan Aretha yang memeluk Alden semakin dipererat, wajahnya tenggelam di dada Alden. Terlihat sangat nyaman menjadi tempat pelepas lelah semalaman.

"Hati aku yang seharga 2,3 miliar kayaknya udah resmi lunas malam ini," ucap Aretha lirih.

Alden membuka mata mendengar kalimat pelan itu. Pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah rambut Aretha yang berada di bawah dagunya.

Ini adalah malam paling bersejarah dalam hidupnya. Tak pernah ia sangka, ia menghentikan perjalannya pada wanita bernama Aretha Renjana.

Tangan Alden bergerak menarik selimut agar bisa menutupi seluruh tubuh Aretha, kemudian kembali tertidur, diiringi suara hujan yang masih setia menemani.

Tangan Alden bergerak menarik selimut agar bisa menutupi seluruh tubuh Aretha, kemudian kembali tertidur, diiringi suara hujan yang masih setia menemani

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.

"Morning ...." bisik seseorang di telinga Aretha, tercium aroma mint yang masuk ke hidung, helaan napas menyapu tengkuk, plus pelukan hangat dari belakang di pagi hari. Hujan semalam sudah berhenti berganti cahaya matahari yang mulai menanjak ke peraduan.

"Morning, Sayang."

Alden tersenyum. Matanya melihat tangan Aretha yang tengah memecahkan telur ke dalam mangkuk. Rupanya dia sedang ingin membuat sesuatu.

"Mau bikin apa?"

"Omelet. Kamu suka nggak? Menu paling sederhana. Aku belum pandai masak. Tapi tadi ini aku liat di google kok supaya ada tambahan gitu."

Alden menganggukkan kepala.

Aretha melangkah ke samping untuk membawa teflon yang tergantung di dinding. Alden sama sekali tidak melepaskan pelukannya bahkan di saat Aretha beranjak dari satu tempat ke tempat lain untuk mengambil bahan atau peralatan masakan yang ia butuhkan. Berulangkali Aretha meminta Alden untuk duduk saja, tapi  Alden tidak mematuhi. Sudah seperti anak kucing yang tidak mau jauh dari induknya.

HEART BEAT √Där berättelser lever. Upptäck nu