17 : Belajar Mencintai

1K 246 64
                                    

Bismillahirrahmanirrahim
.
.
.

Jika Allah bisa mengabulkan segala doa, aku ingin kamu berdoa supaya bisa lekas mencintaiku.

Jika Allah bisa mengabulkan segala doa, aku ingin kamu berdoa supaya bisa lekas mencintaiku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mobil Alden berhenti di depan rumah Aretha. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Ia melirik ke samping, mendapati Aretha sedang tertidur. Mungkin efek menangis lama dia jadi kelelahan.

"Aretha ...?" Alden berusaha membangunkannya, berulangkali. Nihil, perempuan itu masih memejamkan mata.

"Aretha?"

"Nggak mau bangun, tidur aja di sini, kalau bangun nanti susah tidur lagi. Dan aku capek pengen tidur aja."

"Tapi aku harus pulang."

Aretha malah semakin nyenyak. Alden diam sejenak.

Alden melepas sealbeat, kemudian turun dari mobil. Lalu membuka pintu bagian kemudi. 

Ia membawa Aretha ke punggungnya. Bermaksud menggendong dengan posisi seperti itu. Menutup pintu mobil dengan cara ditendang dengan kaki, ia berjalan menuju teras.

Sesampainya di depan pintu depan, Alden memijit tombol bel. Satu menit kemudian pintu terbuka. Menampakkan sosok laki-laki yang sudah ia panggil sebagai 'ayah' sejak hari akad kemarin.

"Selamat malam, Ayah."

Pandangan pria itu langsung tertuju pada putrinya. "Itu Aretha kenapa?" tanya Ridwan khawatir

"Cuma tidur. Biar saya yang bawa ke kamarnya."

"Iya, masuk-masuk, Al." Sang ayah mertua menutup pintu.

Alden duduk di pinggiran kasur, tangan Aretha yang mengalung di tengkuk Alden tak kunjung lepas. Alden hendak melepasnya, namun tubuh Alden ikut terjengkang ke kasur kemudian terguling, cepat-cepat Aretha memeluk tubuhnya erat, tak hanya tangan yang melingkar, tapi juga kakinya turut melilitnya seolah pria itu adalah bantal guling.

"Aretha!" bisik Alden sedikit sesak.

"Hmmm...." Aretha terusik sebentar.

"Lepas! Aku mau pulang."

Tidak ada respons.

"Lepas, Aretha..."

Bukannya mengendur, yang ada malah semakin erat. Alden semakin kesulitan. Ruangan ber-AC ini seperti kehilangan fungsi. Gerah menguasai. Alden bersiap melepas pagutan Aretha secara paksa.

"Enggak, Ibu aku nggak mungkin begitu. Itu pasti si Yoga bohong, kan? Dia cuma bohong. Dia pasti cuma ngarang." Meski bibirnya mengoceh, tapi dua mata Aretha masih tertutup.

Alden menghentikan aksinya untuk melepas pelukan Aretha.

"Ibu nggak mungkin begitu." Suara Aretha terdengar serak sekali. "Nggak mungkin!"

HEART BEAT √Where stories live. Discover now