39. PROTECT HER AT ALL COSTS

161 20 2
                                    

Cewek itu membenturkan kepalanya pada meja berkali-kali. Januar yang khawatir selepas kembalinya Nasa dari luar restoran langsung mendaratkan tangannya di dahi kekasihnya, mencegah Nasa untuk tidak melakukan hal yang menyakiti dirinya.

"Ada apa, Nas? Tadi lo kemana?

"Gue barusan ngejar reporter dan ngerusak kameranya. Sekarang gue merasa bersalah dengan apa yang udah gue lakukan."

"Oh yang tadi keluar itu reporter? Apa dia ambil ... foto kita?"

Nasa mengangguk polos sembari mulai memakan es krimnya yang sudah mencair. "Dia reporter yang pernah nguntit gue dulu. Pernah gue tegur juga tapi tingkahnya makin hari malah makin jadi. Emang sih, gue udah ambil memory card kameranya buat jaga-jaga, tapi pernyataannya yang bilang bahwa dia akan tetap nyebarin foto kita di internet, membuat gue kepancing emosi hingga akhirnya ngerusak kamera yang dia bawa. Apa yang harus gue lakukan sekarang?"

Januar berusaha memikirkan solusi terbaik agar Nasa tidak terlalu merasa bersalah atas apa yang telah dilakukannya. "Nama reporternya siapa kalau boleh tahu? Dan dari media mana?"

"Sarah Fidelia dari Celeb Reporter. Selain suka nguntit, dia juga suka bikin artikel yang mengundang komentar jelek netizen ke banyak figur publik. Pokoknya nyebelin banget, deh. Itulah kenapa gue memikirkan banyak hal sebelum memutuskan untuk berhubungan dengan lo. Sekali terekspos oleh media, kehidupan lo akan berubah. Orang-orang gak akan kenal lo sebagai Januar Wiranda, tapi sebagai pacar Nasa Zevanya."

"I'm okay with that," ucap Januar enteng sembari mengangguk serius.

"But, I'm not okay with that," sanggah Nasa, "sebentar lagi lo mau semester akhir kan? Gue gak mau komentar jahat netizen nantinya membuat lo kepikiran terus dan lo jadi gak maksimal ngerjain skripsi."

Jika Januar adalah tokoh kartun, mungkin ia akan meleleh mendengar perkataan Nasa. Ia tidak menyangka bahwa cewek itu akan peduli dengan pendidikannya. Januar pun bahkan tak sampai berpikiran ke arah sana.

"Untuk masalah itu, tenang aja. Gue yakin dia juga pasti sadar akan konsekuensinya yang udah melanggar privasi seseorang."

Nasa menghela napas. "Ya semoga aja sifat bebalnya hilang dan dia gak akan nulis artikel aneh-aneh tentang gue lagi."

Januar yang hendak memegang tangan Nasa untuk menenangkannya, langsung mengurungkan niat saat menyadari bahwa tangannya berminyak karena ayam goreng. Alih-alih memegang tangan Nasa, cowok itu melakukan hal lain dengan mengusap bahu cewek itu dengan menggunakan kepalanya. "Udah, jangan sedih lagi. Gimana kalo abis ini kita ke toko sebelah?"

Cowok itu sempat melihat sebuah toko mainan yang tepat berada di sebelah restoran cepat saji. Walaupun hanya melihat sekilas dari luar, ia dapat dengan mudah menemukan berbagai macam action figure yang bertengger di talase toko tersebut. Tentu hal itu membuat rasa antusiasnya sebagai seorang kolektor bergejolak bukan main.

Disaat keduanya selesai dengan hidangan mereka, Januar menumpuk semua piring dan nampan menjadi satu. Ia juga mengumpulkan semua sampah bekas makanannya, hingga berhasil membuat Nasa terheran-heran. "Kan ada pelayan?"

"Gue gak bisa melihat piring kotor di atas meja. Lagipula hitung-hitung bantu pekerjaan mereka juga, jadi kenapa gak?"

Januar membawa nampan yang berisi piring menumpuk itu ke sebuah troli pengumpul piring dan membuang semua bungkus makanan ke tong sampah.

Hal yang dilakukan cowok itu membuat Nasa senyam-senyum sendiri. Ia beranjak dari kursinya kemudian mengikuti Januar yang mencuci tangan di wastafel.

"Aku bangga deh, sama kamu" ucap Nasa tiba-tiba yang membuat Januar memberhentikan kegiatannya.

Under Nasa's SpellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang