14 | The Reason Why

746 85 50
                                    

Warning🔞
Dedicated for kayRumRum

***

"Aku tidak akan pernah melupakan bagaimana ibuku dibunuh di depan mataku."

—Jeon Jungkook

***

Jari-jari Jungkook merangkak, meraba, manari halus di seluruh permukaan kulit Lana. Melihat bagaimana gadis itu hanya mampu terpejam dengan napas terengah di bawahnya, membuat gejolak gairah itu berhasil mendobrak pertahan Jungkook. Gerakannya mulai tergesa-gesa. Ciuman itu mulai menjelajah ke mana-mana. Pelipis, rahang, dagu, bahu, lalu berhenti di ceruk leher. Untuk beberapa saat Jungkook hanya menghembuskan napas panas miliknya di sana. Membuat Lana menggelinjang frustasi, memberi kesempatan bagi Jungkook untuk menyesap lebih lama.

"I want more. More than just a kiss."

Itu bukan permintaan, melainkan pengakuan yang Jungkook bisikkan ke telinga Lana. Kedua tangannya kemudian membawa turun dress satin yang digunakan Lana hingga pinggang. Membiarkan kedua tangan gadis itu bermain-main dengan rambutnya, sedang bibir Jungkook mengikuti gerakan tangannya yang turun ke ulu hati hingga perut rata gadis itu. Mencium sekali lagi bagian atas tubuh Lana untuk setelahnya sebelah tangannya mencapai pengait pakaian dalam gadis itu dan melepasnya dengan mudah.

"Jungkook-ssi," Lana melenguh dengan susah payah. Tubuh kecilnya sepenuhnya sudah terbebat oleh Jungkook. Tubuh pria itu setengah menindihnya dan kedua tangan memeluknya erat. Jungkook bahkan tidak perlu usaha terlalu keras jika hanya untuk sekedar meremukkan tubuh Lana.

Lana menggumamakan namaya dengan cara paling cantik di mata Jungkook. Ia menyukainya. Sangat. Tanpa sadar senyum tipis itu merebak. Gairah itu semakin meronta-ronta meminta dipuaskan. Jungkook mendongak, menatap Lana dengan pandangan berkabut dan menemukan gadis itu membalas tatapannya tak kalah putus asa.

"Kau pembunuh!

Jungkook memiringkan wajah, memejam. Telinganya tiba-tiba berdengung. Sebuah suara muncul entah dari mana.

"Kau juga pembunuh Nak, kau mencoba membunuh Ayahmu."

Kemudaian wajah itu muncul dalam gelap pejam Jungkook. Berputar-putar, memenuhi tiap jengkal kepalanya, seperti mimpi buruk yang tak berujung.

Ingatan yang kembali membayang saat kedua mata Jungkook menemukan mata Lana. Bayangan bagaimana laki-laki yang ia sebut ayah itu memandangnya dengan mata melebar dan senyum sumringah di tengah keadaan bersimabah darah.

Sorot mata Jungkook berubah kelam. Bukan lagi jenis pandangan mengabut karena gairah, melaikan amarah. Melihat mata hazel dengan bola cokelat terang itu hanya mengingatkannya pada seseorang. Seseorang yang mati-matian dibencinya. Seorang laki-laki yang bahkan sudah dibuatnya mati pun, tetap ingin Jungkook bunuh.

Mata, hidung, bibir, alis, semua yang ada pada wajah Lana itu, seoalah menjiplak milik laki-laki itu. Terlampau sama. Membuat Lana terlihat seperti versi perempuan dari laki-laki itu. Tangan Jungkook yang tadinya berada di leher Lana, seketika mengeras, tanpa sadar sudah meremas terlalu kuat. Jungkook baru tersedar jika telah menyakiti Lana, ketika gadis itu meringis kesakitan sambil berusaha melepaskan tangan Jungkook.

Jungkook akhirnya melepaskan leher Lana dan beranjak dari atas tubuh gadis itu. Dengan tangan gemetar dan pandangan ke arah lain, Jungkook mengaitkan kembali pakain dalam Lana, menarik tali gaun malam gadis itu kembali ke bahu lalu menyelimutinya hingga leher. Persetan dengan miliknya di bawah sana yang sudah membengkak dan siap. Seharusnya ia sejak awal tidak terjebak ke dalam permainan yang ia buat sendiri. Atau Lana lah alasan Jungkook sulit fokus pada tujuan awalnya. Gadis itu terlalu sulit untuk diabaikan.

THE WATCHERWhere stories live. Discover now