24

11.7K 1.5K 184
                                    

Jaemin menghentikan langkahnya saat dia tiba didekat tangga, ditangannya membawa minuman hangat. Bibirnya lantas menghembuskan nafas berat saat melihat Jeno duduk disofa ruang tengah dengan bergelung selimut tebal miliknya dengan tubuh yang masih gemetar.

Pemuda itu kembali melanjutkan langkahnya kemudian meletakkan kopinya dihadapan Jeno lalu duduk disampring pria itu, dia menatap Jeno yang tersenyum kearahnya lalu membuang pandangannya.

“Minumlah, agar tubuhmu lebih hangat” Tutur Jaemin.

Satu jemari pucat dan keriput milik Jeno menyembul keluar, Jaemin lihat tangan itu masih gemetar saat meraih cangkir kopinya.

Setelah menyeruput kopinya, Jeno kembali bergelung dan menghangatkan tubuhnya. Keduanya diam selama diruang tengah, sementara kedua orang tua Jaemin dan Renjun sudah terlelap.

Jaemin bawa tubuhnya untuk bersandar pada sofa dan Jeno melirik, dia tersenyum lalu ikut menyandarkan tubuhnya dan membawa kepalanya bersandar di pundak Jaemin. Pemuda itu sempat menarik pundaknya tapi Jeno kembali menarik pundak itu dan menyandarkan kepalanya.

Jaemin hanya bisa berdecak dan membiarkan kepala Jeno berada di pundaknya.

“Pundakmu, selalu nyaman untuk menjadi sandaranku” Tutur Jeno, submissive itu enggan menanggapi. Dia hanya diam dan akan terus membiarkan Jeno berceloteh.

“Terima kasih karena mau datang lagi, jika tidak aku bisa mati kedinginan” Tambahnya.

“Mau menunjukkan padaku bahwa kau sudah berusaha begitu?” Tanya Jaemin.

“Katamu, aku harus menderita lebih dari ini”

“Tapi baru begitu saja sudah mau pingsan, cih” Dengus Jaemin.

Jeno hanya tersenyum mendengar ejekan pemuda itu, lalu keduanya kembali terjebak dalam diam. Jaemin sibuk menenangan degupan jantungnya, sementara Jeno juga sibuk menghangatkan tubuhnya.

“Kau, benar-benar akan pergi ke China?” Tanya Jeno memecah kesunyian.

Jaemin terdiam mendengar pertanyaan itu, dia kemudian menoleh kearah Jeno yang sudah mengangkat pundaknya menatap kearahnya.

“Uhm” Jawab Jaemin.

“Lalu bagaimana denganku? Dengan anak kita?”

“Kau bisa menemui anak ini setelah dia lahir, aku tidak akan menghalangimu. Bagaimana pun juga, kau tetap Ayahnya” Jawab Jaemin.

“Jaemin, aku serius dengan ucapanku...”

“Kau kira, aku bercanda?” Tanya Jaemin.

“Jaemin...”

“Eung...”

“Bagaimana jika, kau menemukan seseorang di China?”

“Tentu saja itu akan terjadi”

“Bagaimana kau menjelaskan pada anak kita nanti jika Daddy dan Papanya tidak hidup bersama?”

Jaemin terdiam menatap kosong meja ruang tamu dengan pikiran melayang selama Jeno terus bercerita. Sementara dominan itu kembali menyandarkan tubuhnya pada pundak Jaemin, tempat ternyaman baginya.

“Tiba-tiba saja, aku membayangkan anak kita yang tersenyum pada pria lain dan memanggilnya Daddy. Melihat kalian menghabiskan waktu bersama, harusnya itu menjadi tempatku” Tutur Jeno.

“Aku minta maaf karena aku terlalu brengsek dan terlambat menyadari semuanya...” Lirih Jeno lagi.

“Jeno sudah malam.. istirahatlah...” Tutur Jaemin.

Jeno sontak menarik pundaknya karena Jaemin yang tiba-tiba beranjak, submissive itu tak berbalik dan tak mengucapkan setidaknya kalimat selamat malam, dia meninggalkan Jeno bahkan sebelum pembicaraan mereka selesai.

PLAY DATE [NOMIN]✓Where stories live. Discover now