19

11.7K 1.5K 160
                                    

Didalam gelapnya malam, Jaemin yang tengah berbaring tampak menenangis sesenggukan. Memikirkan kembali hidupnya yang berantakan karena naluri remajanya yang egois.

Jika saja dia mendengarkan Renjun, hari ini harusnya dia menikmati tawa bersama keluarganya.

Tadi siang setelah Yuta mendengar semuanya, pria itu nampak marah besar, bahkan dia meninju kaca rias dikamar mandi hingga jari-jarinya berdarah.

Jaemin tahu seperti apa hancurnya hati sang Ayah. Dan dia lebih sakit, mengutuk dan membenci dirinya sendiri telah membuat hati ayahnya terluka sangat dalam. Tak lagi Jaemin lihat rona rona kebahagiaan pria itu sejak siang.

Tik!!!
Jaemin terperanjat saat lampu dilamarnya menyala, dia lantas mengusapi air matanya dan menoleh. Melihat Winwin yang baru saja masuk ke kamarnya, masih mengenakan pakaian rapi selepas jamuan makan malam denga keluarga Hendery.

Pria itu langsung duduk ditepi kasur dan merengkuh tubuh mungil Jaemin dalam pelukannya. Lagi-lagi tangis Jaemin pecah.

Hidupnya terlalu hancur sampai dia lupa memperhatikan kandungannya.

Keduanya menangis sesenggukan, Winwin ikut hancur melihat perubahan Jaemin dalam sehari. Pemuda periang itu hanya diam, menangis dan murung. Sebagai seorang Papa, apapun kondisinya dia akan tetap merengkuh putranya.

“Papa, maafkan aku. Aku membuat kalian malu, aku tidak berguna” Isak Jaemin dalam dada Winwin.

“Tidak Sayang, kau tetap kebanggaan Papa”

“Apa yang bisa di banggakan dari aku” Sahut Jaemin.

“Tetap ada sisi di dirimu yang membuat Papa bangga. Hanya satu kesalahan lantas tidak membuat semua hal indah yang kau lakukan menjadi sia-sia, Sayang”

“Tapi kesalahan itu akan membekas di keluarga kita selamanya. Aku minta maaf, katakan pada Ayah aku minta maaf” Racau Jaemin histeris.

“Sstt sudah... Sudah. Malam ini biarkan Ayahmu tenang. Kita akan menemukan jalan keluar besok” Sahut Winwin memeluk Jaemin erat melihat putranya menjadi histeris.

Dia usap sayang surai coklat Jaemin yang menangis sejadi-jadinya dalam dekapannya. Hingga tak beberapa lama Jaemin tenang dan terlelap.

Winwin membalut tubuh mungil itu dengan selimut tebal. Setetes air matanya turun lagi melihat pundak pria itu bergetar sesenggukan ditengah lelapnya. Dia lebih hancur dari pada Jaemin. Putranya masih terlalu dini untuk menjalani kehidupan yang keras. Dia benar-benar sakit.

Setelahnya dia masuk kedalam kamarnya.
Wajahnya masih sangat sayu terlebih saat dia melihat Yuta duduk ditepi ranjang dengan kepala tertunduk. Dia lihat jemari kanan suaminya terbalut perban. Lantas ia hampiri sang suami, mendudukkan tubuhnya di samping sang dominan lalu ia bawa tangannya mengusap pundak sang Suami. Menghantarkan kekuatan walaupun nyatanya dia juga rapuh.

“Seperti Dejavu” Lirih Yuta.

“Kau terlalu emosi, bahkan kau tega menampar putramu sendiri. Tidak kah kau fikir dia sangat terluka saat ini? Yang dia butuhkan justru dukungan, kau membuat mentalnya semakin jatuh” Ucap Winwin.

“Lalu fikirmu bagaimana denganku? Aku seorang Ayah, aku kepala keluarga. Aku yang menanggung semuanya dipundakku” Sahut Yuta.

“Aku gagal dua kali menjaga submissive dikeluargaku” Tambah Yuta.

Winwin hanya bisa menghela nafas berat, baik Jaemin dan Yuta, mereka berdua adalah sosok yang paling hancur saat ini. Dia lantas menarik sang suami dan memeluknya. Mengusap punggungnya sayang agar kondisi sang suami menjadi lebih baik.

PLAY DATE [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang