8. Bukan Malam Pertama

241 25 8
                                    

Sebuah sinar mentari yang menerobos masuk melalui ventilasi kamar membuat tidur Anin perlahan-lahan mulai terusik dan pada akhirnya membuat dirinya membuka mata dan terbangun.

Awalnya memang ia sedikit terkejut ketika matanya terbuka dirinya tidak berada di kamarnya melainkan disebuah kamar yang besarnya bahkan hampir sebesar rumahnya, kamar yang benar-benar asing baginya.

Pemikiran buruk pun sempat menghampiri dirinya bila ia telah diculik oleh seseorang, namun itu semua tidak bertahan terlalu lama saat ia teringat bahwa dirinya ini telah menikah dan saat ini ia tengah berada di kamar besar milik Deo.

Semalam Anin memang telah menolak untuk berada satu kamar dengan Deo setelah mereka sampai dirumah besar ini, namun pria itu tetap memaksa Anin untuk satu kamar dengannya.

Anin benar-benar terpukau dengan rumah besar milik Deo, bukankan rumahnya ini bak istana?

Deo melirik kearah Anin yang terlihat sekali dari pancaran matanya terpukau melihat rumahnya.

Pasti setelah ini sifat yang diturunkan dari Ibunya akan terlihat. Batin Deo menduga-menduga.

Uang yang dimaksud Deo, ia sangat yakin setelah ini pasti Anin akan berusaha untuk mengambil perlahan-lahan uang yang miliki seperti dulu Ibunya yang berhasil menipu Ayahnya, namun Deo tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

Deo kembali melangkah dengan diikuti Anin dibelakang dirinya menaiki anak buah tangga.

"Apa sebaiknya aku pulang saja?" Ucap Anin tiba-tiba membuat Deo langsung menghentikan langkahnya dan menatap Anin yang berada dibelakangnya.

Anin yang tersadar Deo menatapnya segera mengatupkan bibirnya.

"Pulang? Ini rumahmu, kau ingin pulang kemana?" Ucap Deo lalu memilih mendekat kearah Anin.

"Kalau kau pulang, siapa yang mengurus suamimu ini?" Ucap Deo yang kini melembut.

Perkataan Deo berhasil membuat dirinya bungkam.

Anin sangat mengerti dirinya kini telah menjadi istrinya, Apa menjadi suatu keharusan dirinya berada dalam satu atap dengannya?

Tentu saja Anindira, suamimu membutuhkanmu..

Suara lain dari hatinya ikut menjawab akan pertanyaannya.

Melihat Anin yang terlalu banyak berfikir, Deo pun meraih tangan Anin dan hendak menuntunnya untuk ikut bersama dengan dirinya memasuki kamar namun Anin menahan langkahnya.

"Itu kamarmu?" Tanya Anin sembari menunjuk ke sebuah pintu yang masih tertutup rapat.

Deo mengangguk. "Kamar kita."

Perkataan Deo cukup membuat Anin terkejut bahkan ia langsung melepaskan tangannya yang digenggam oleh Deo.

Pernikahan dadakan, tinggal satu atap lalu sekarang tidur satu kamar dengan pria yang bahkan Anin belum mengenalnya lebih dalam, ya walaupun pria itu kini telah menjadi suaminya, namun perasaan takut pun tetap Anin rasakan.

"Kenapa?" Tanya Deo yang kenyataannya sudah tau apa yang membuat sikap wanita itu menjadi seperti ini.

Mungkinkah ia takut padanya karena ia berfikir mungkin dirinya akan melakukan sesuatu hal kepadanya?

Seharusnya wanita itu tidak takut, pasti dirinya telah berkali-kali keluar masuk dengan seorang pria, oh atau ia sedang bersandiwara didepannya agar terlihat seperti wanita baik-baik?

"Kau takut malam pertama kita akan terjadi malam ini?" Ucap Deo yang langsung to the point.

Pertanyaan Deo cukup membuat Anin malu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 18, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Dendam Pernikahan (#SEQUEL LELAH 3)Where stories live. Discover now