4. Ancaman Deo

124 19 1
                                    

Semoga diriku bisa konsisten up setiap Minggu gengsss😂✌🏻

***

Tatapan lurus kedepan tanpa berkedip sedikitpun tengah Anin lakukan, tiga hari sudah berlalu semenjak Ibunya berada di rumah sakit namun Anin belum juga mendapatkan petunjuk untuk uang pengobatan Ibunya itu.

Anin benar-benar bingung, bahkan semalaman Anin memikirkan untuk menjual toko bunganya yang baru ia buka ini.

Lagi-lagi pemikiran itu tidak bisa Anin lakukan ketika ia mengingat Asha dan Mysha, bagaimana nasib kedua gadis muda nan malang itu?

Sebuah tepukan di bahu Anin pun pada akhirnya menyadarkannya dari lamunan yang cukup lama itu.

"Kau kenapa Nin?" Tanya seseorang yang menepuk bahunya yang ternyata adalah Sean.

"Sean.." Anin memberikan senyuman tipisnya kepada Sean.

Sejenak Sean mengambil salah satu bangku untuk ia duduki di hadapan Anin sembari meletakkan paperbag diatas meja yang berisi makanan yang sengaja Sean bawakan untuk Anin.

"Kau kenapa hm?" Tanya Sean sembari menatap kedua manik mata Anin.

"Aku?" Anin menunjuk dirinya sendiri lalu segera menggelengkan kepalanya menandakan bahwa ia baik-baik saja.

"Apa ada masalah?" Tanya Sean lagi, karena ia masih belum yakin bahwa Anin baik-baik saja.

"Kau bisa menceritakan masalahmu itu padaku.."

"I'm oke Sean.."

Sean masih menatap Anin tidak percaya.

Untuk mengalihkan masalah ini Anin memilih untuk mengambil paperbag yang Sean letakkan diatas meja.

"Apa ini?" Tanya Anin lebih tepatnya mengalihkan pembicaraan, Anin tidak ingin membebankan masalahnya ini kepada Sean, pria yang belum lama ini dekat dengannya, Anin merasa tidak enak bila harus melibatkan masalah ini dengannya.

Anin dan Sean merupakan teman satu sekolah yang sebenarnya mereka tidak mengenal satu sama lain hanya mengetahui wajahnya saja tapi tidak dengan nama, dan kenapa mereka saat ini bisa dekat itu karena pertemuan mereka yang tidak sengaja di tempat ini, dimana sebulan yang lalu Anin membeli tempat ini dan tak sengaja bertemu dengan Sean yang ternyata adalah tetangga toko sebelahnya yang menjual kue, Anin memang awalnya tidak mengenali Sean, tapi berhubung pria itu mengingat Anin itulah yang membuat hubungan mereka bisa dikatakan dekat bila dibandingkan saat sekolah dulu.

"Untukmu, kau pasti belum sarapan bukan?" Ucap Sean dengan senyumnya.

"Aku?" Memang benar Anin belum mengisi perutnya dengan sarapan apapun.

Sean pun ikut membantu Anin untuk mengeluarkan makanan yang telah dirinya bawa itu.

Sandwich berisi daging yang terlihat menggiurkan Sean bawakan untuk Anin, yang pastinya sandwich itu adalah buatannya sendiri yang ia sengaja buatkan khusus untuk Anin.

"Aku bisa menjamin kau pasti akan ketagihan mencobanya."

"Oh ya?" Ucap Anin seolah tak percaya dengan perkataan Sean.

Anin pun mengambil salah satu sandwich tersebut lalu mulai memakannya dengan ditonton Sean.

Sean semakin melebarkan senyumannya saat Sandwich buatannya sudah hampir setengahnya dimakan oleh Anin, ia menunggu penilaian dari Anin.

Anin yang merasa ditatap oleh Sean segera menghentikan kunyahannya tersebut.

"Kau menyukainya?" Tanya Sean.

Anin mengangguk kecil, ia tidak bisa berbohong sandwich buatan Sean sangat enak.

Sean memperlihatkan deret giginya lalu sejenak ia membersihkan sudut bibir Anin yang terdapat saus yang mengotori sudut bibirnya.

Dendam Pernikahan (#SEQUEL LELAH 3) [HIATUS]Where stories live. Discover now