7. Wedding Day

96 15 5
                                    

Deo menyandarkan tubuhnya dengan telepon yang ia didekatkan didepan telinga.

Saat ini Deo tengah menghubungi adiknya untuk memberitahukan kabar pernikahannya ini dengan wanita itu.

"Ya hallo?"

Deo terdiam sejenak saat suara adiknya mulai terdengar, tunggu apakah ia membangunkan tidur adiknya?

"Sha, hari ini aku akan menikah.." Ucap Deo yang langsung pada intinya.

"Apa, menikah?"

Deo sedikit menjauhkan ponselnya saat suara Adiknya yang begitu nyaring menusuk indera pendengarannya.

Ia sangat tau pasti adiknya ini akan sangat terkejut dengan kabar pernikahan mendadak ini.

"Jangan bercanda Bang,"

Deo menautkan kedua alisnya saat kini adiknya justru malah tertawa bahkan menganggap perkataannya ini adalah hanya sebuah candaan saja.

Deo menghela nafasnya pelan, "Tidak, aku serius Sha." Ucap Deo dengan nada seriusnya.

"Jangan bercanda Bang, Abang ingin menikah sedangkan Abang saja tidak memiliki kekasih.."

Ya itu memang benar, kalau bukan karena ia ingin membayarkan segalanya, ia pasti tidak akan menikahi wanita itu.

Kalau ia bisa memilih wanita lain, pasti Deo akan melakukan hal itu, memilih wanita yang pastinya jauh lebih baik darinya dan memiliki asal usul keluarga yang baik juga.

Namun tenang saja ini semua hanyalah sementara, sampai segala rasa sakitnya terbalaskan, Deo akan mengakhiri segalanya.

"Abang taukan aku sangat tidak menyukai kebohongan.."

Deo menghela nafasnya, untuk apa ia berbohong? Terlebih yang ia bohongi adalah adiknya? Deo tidak akan melakukan hal itu.

"Sore nanti aku akan melangsungkan pernikahan, kau harus datang dan bawa suamimu itu."

"Aku akan share lokasi padamu,"

Deo tidak ingin memperpanjang pembicaraan ia pun memutuskan untuk memutuskan panggilan telepon nya.

---------

Tatapan lurus kedepan tengah Anin lakukan saat ini, Anin melamun ketika ia kembali mengingat perkataan Deo bahwa hari ini mereka harus melangsungkan pernikahan.

Memang kemarin Anin harus terpaksa menyetujui akan menikah dengan pria itu, tapi kenapa secepat ini?

Pernikahan? Bahkan sebuah pernikahan tidak pernah terbesit difikiran Anin sedikitpun dan sekarang ia akan melakukan itu.

Rasanya Anin ingin lari sejauh mungkin untuk pergi menghindari pernikahan ini, tapi apa daya Anin tidak bisa melakukan itu, ia tidak bisa bergerak, ia memiliki tanggungan untuk pengobatan Ibunya.

"Ada apa? Kau tidak suka gaunnya?" Tanya Deo yang tiba-tiba muncul dari balik pintu lalu berjalan mendekat kearahnya.

Anin yang tengah melamun pun pada akhirnya tersadar saat suara Deo membuyarkan lamunannya.

Deo menarik salah satu kursi dan duduk tepat dihadapan Anin yang kini mengenakan gaun berwarna putih.

Anin menatap Deo yang kini berada dihadapannya, menatap dirinya.

"Kau tidak suka gaunnya?" Tanya Deo sekali lagi.

"Kau masih ada waktu untuk memilih gaun yang cocok untukmu, tapi menurutku ini sangat cocok untukmu--"

"Kenapa kau sangat menginginkan pernikahan ini? Kita tidak saling mengenal satu sama lain? Kau tidak memikirkan kedepannya bagaimana pernikahan ini akan berjalan sedangkan kita, aku tidak tau siapa kau dan kau pun sama." Anin berupaya menyadarkan Deo dengan keputusannya itu, karena baginya pernikahan hanya satu kali dalam seumur hidup, bagaimana dalam pernikahan tidak ada kecocokan diantara mereka lalu berakhir dengan perpisahan? Anin tidak ingin hal itu terjadi.

Dendam Pernikahan (#SEQUEL LELAH 3)Where stories live. Discover now