Black Dagger

181 15 0
                                    


Malam pukul delapan lewat lima belas itu, Lily baru keluar dari kamar istirahat dengan baju pelayannya yang sedikit lusuh. Lily akui hari ini pekerjaannya cukup sibuk. Ia bahkan hanya bisa beristirahat sepuluh menit untuk makan malam.

Saat membuka pintu, Lily langsung dikejutkan dengan kehadiran Aisha dihadapannya.

"Bibi hanya mau bilang akan lembur malam ini dan tidakakan ke kamar. Kamu disini saja bersama Louie ya.. dia mungkin akan pulang larut malam," ujar Aisha. Pakaian wanita itu sedikit berantakan dengan celemek putihnya kotor karena noda saus.

Lily hanya mengangguk. Ia lega karena bibi dan adiknya berada di istana saat penyerangan kemarin. Ia tak bisa membayangkan nasib keluarganya jika diserang vampire Argartha bila mereka berada dirumah kemarin.

"Oh iya, dimana Louie?"

"Dia dan para remaja lain sedang berada di gedung evakuasi. Bibi sudah bilang malam ini dia harus pulang ke istana denganmu."

Lily mengerutkan dahi. "Sedang apa Louie disana?"

"Membantu melayani warga desa kita yang berada disana. Mereka sedikit tidak nyaman jika dilayani para prajurit vampire Achner," Aisha berbisik. "Bibi tidak punya banyak waktu. Ada yang harus bibi kerjakan lagi di dapur. Sampai nanti nak," lanjutnya lalu bergegas pergi ke dapur.

Lily masih berdiri memandang bibinya itu hingga punggungnya hilang di kejauhan. Suasana di dalam istana malam ini cukup ramai. Para pelayan dan tamu dari kaum Warlock terlihat berlalu lalang. Mereka datang ke istana Achner untuk membicarakan tentang penyerangan di Axnessia. Suasana di luar istana pun dijaga ketat oleh para pengawal dan prajurit.

Di beberapa kamar, Lily melihat kesibukan para tenaga medis yang sedang memeriksa keadaan para pasukan yangmasih dirawat di istana.

Satu sisi, Lily mencari keberadaan Mike. Ia ingin sekali menanyakan kondisi Putri Rinna yang terluka tadi malam. Namun sejak tadi ia tidak menemukan batang hidung pangeran vampire itu.

Tak lama, terlihat Raja Darius dan Ratu Anya yang datang dari lantai bawah dan berjalan terburu-buru menuju kamar Putri Rinna. Karena berpapasan, Lily pun memberi hormat pada Ratu dan Raja. Gadis itu semakin penasaran dengan kondisi putri Rinna sekarang.

Saat dirinya hendak pergi melanjutkan langkahnya, Ratu tiba-tiba memanggilnya dan membuatnya menoleh.

Lily berbalik menghampiri.
"Ada apa Yang Mulia?"

"Tolong bawakan beberapa kasa dan obat luka di ruang perawatan, ke kamar Rinna segera."

"Baik Yang Mulia," Lily mengangguk dan menundukkan kepalanya sebelum pergi.

Di situasi apapun, Ratu Anya selalu terlihat anggun menurut Lily. Keanggunanya itu bahkan hampir menutupi aura gelapnya sebagai vampire. Namun kali ini Lily menyadari sang Ratu tadi menatapnya penuh selidik.

***

Setelah selesai dengan tugasnya, Lily memutuskan kembali ke lantai tiga untuk membersihkan ruang perawatan yang sudah berdebu. Sudah kedua kalinya ia melewati lorong besar dengan belasan ruangan itu. Ia ingat saat pertama kali Mike menunjukkan perpustakaan yang juga terletak di lorong besar itu.

Sebelum masuk ke kamar perawatan, Lily tak sengaja melihat satu lorong kecil yang gelap di sebelah kanan ruang perpustakaan.

Lorong kecil itu membuat Lily penasaran. Tanpa pikir panjang, Lily pun masuk kedalam lorong itu. Dengan hati-hati ia melangkah hingga ujung dari lorong itu membawanya ke sebuah ruangan dengan cahaya redup.

Ada api unggun di tempat khusus yang menerangi ruangan itu. Satu meja tenis dan satu meja billiard. Lily berdecak kagum, dan langsung menebak bahwa itu adalah ruangan olahraga yang pertama kali dilihatnya dalam istana Vampire.

My Strong Girl Mate [Completed]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum