Jealousy

201 14 0
                                    


Lily terbangun begitu merasakan kehangatan matahari pagi yang menyentuh wajahnya. Gadis itu masih merasa pusing sebenarnya, namun ia paksakan untuk bergerak duduk dan bersandar di papan kasurnya.

Lily terkejut begitu melihat syal berwarna biru tua sudah melingkar di lehernya. Ia mengambil syal berbahan rajut yang lembut itu seraya berpikir sejenak. Siapa yang memberi syal itu padanya semalam. Apa mungkin bibi Aisha? atau Louie?
Lily tertegun saat pintu kamarnya dibuka oleh Aisha yang datang membawa nampan berisi makanan.

"Bibi kira kau belum bangun," ucap Aisha seraya menyentuh kening Lily dengan punggung tangannya. "Syukurlah panasnya sudah turun," lanjutnya lagi sambil tersenyum lega.

Lily berdeham pelan, "Apa bibi memberi syal ini padaku?"

Aisha menggeleng pelan.

"Lalu... siapa?"

Aisha menghembuskan napas lalu berterus terang. "Semalam Pangeran Mike datang ke kamarmu saat kau tidur. Pangeran sangat khawatir dengan kondisimu dan ia memberimu syal itu. Tapi pukul lima pagi, dia pamit dengan bibi untuk pulang sebelum matahari terbit."

Seketika penjelasan Aisha membuat Lily menganga terkejut.

"Ja-jadi, pangeran Mike berada di kamarku semalam?" tanya Lily memastikan yang disambut anggukan Aisha.

Lily tidak menyangka Mike datang ke kamarnya. Bahkan gadis itu berpikir Mike sudah membencinya. Pundaknya melemas bersamaan dengan cairan bening yang menetes dari pelupuk matanya. Lily memeluk syal pemberian dari Mike. Ia ingin sekali melihat Pangeran itu sekarang.

Aisha mencoba menatap wajah Lily yang menunduk. "Apa yang terjadi padamu Lily? Kenapa kau malah menangis?"

Lily tidak menjawab dan langsung memeluk bibinya, menangis dalam diam. Aisha pun akhirnya membalas pelukan Lily seraya mengelus rambut hitamnya.

*****

Esok harinya, karena merasa tubuhnya sudah pulih, Lily kembali bekerja. Kali ini ia ke istana bersama Louie. Setelah kurang lebih berlatih selama 16 hari, Louie pun harus kembali pada takdirnya. Karena bagaimana pun juga, ia adalah budak fana dari Putri Rinna. Lily mengantar Louie ke kamar Putri Rinna dan mereka berdua terkejut saat Putri vampire itu sudah berdiri dibalik pintu.

Rinna mengulas senyum dan menyapa kami. Senyumnya tidak pernah berubah semenjak pertama kali Lily mengenal Sang Putri Vampire itu. Wajahnya selalu berseri walau sedikit pucat. Namun pagi ini, dia menatap Louie dengan tatapan yang tidak biasa. Seperti ada sesuatu yang ingin diungkapkan wanita itu.

"Hai, Rinna," sapa Louie pelan.

Rinna hanya diam dan menyentuh pundak Louie sebelum Putri itu memeluknya hingga membuat Louie terkejut.

Setelah cukup lama, Rinna melepas pelukannya. Wanita itu menatap Louie dalam hingga remaja itu tidak mampu menghindari sorot mata keemasannya. "Louie, Aku sudah memutuskan bahwa sebaiknya kau... tidak menjadi fanaku lagi."

Ungkapan itu membuat Louie mengernyit heran.

Rinna mendengus kasar. "Aku sudah tahu kalian adalah manusia setengah Peri. Dan aku selalu merasakan adanya perbedaan dalam dirimu jika aku sedang berada di dekatmu."

"Darah kaum peri memang berbeda dengan darah manusia. Aroma darah kalian sungguh menggiyurkan, membuat siapapun vampire yang menciumnya akan tertarik untuk mencoba. Dan setelah mereka mencobanya, rasanya tidak seperti yang mereka kira." Lanjut Rinna lagi yang membuat Louie dan Lily hanya bisa terdiam.

"Lalu kau akan mencari fana lagi?" tanya Louie penasaran.

Rinna terdiam sambil menunduk.
"Bisa iya. Bisa juga tidak."

My Strong Girl Mate [Completed]Where stories live. Discover now