41

76.2K 12K 311
                                    

"Nona" panggil Diana kepada Elleta, ia sangat fokus membaca sampai-sampai suara ketukan pintu tidak terdengar olehnya.

"Y-ya?" Tanya Elleta langsung menutup dan menyimpan dokumen yang ia baca

"Sudah waktunya bersiap, nona." Jawab Diana mengingatkan Elleta tentang janjinya makan malam bersama Putra Mahkota.

"Baiklah, ayo." Elleta pun berjalan menuju kamar mandi, lalu mengenakan gaun dibantu oleh Diana.

"Saya akan merias anda dengan cantik nona." Ucap Diana bersemangat dengan senyumannya yang tidak luntur sedari tadi.

"Aku bukan pergi untuk berkencan Diana" balas Elleta yang sudah mengira dari awal jika Diana sudah salah paham sejak Pangeran Mahkota mengiriminya surat.

"Tetap saja anda harus tetap tampil maksimal, siapa tahu Yang Mulia tertarik untuk menjadikan anda sebagai Putri Mahkotanya" ucap Diana sembari menyatukan kedua tangannya, lalu membayangkan Elleta dan Kenneth mengenakan pakaian yang serasi dan berjalan berdampingan.

"Hentikan omong kosongmu itu dan lanjutkan pekerjaanmu" balas Elleta tetap menatap dirinya dengan datar dipantulan cermin.

"Tapikan itu impian semua orang" gumam Diana yang masih dapat didengar oleh Elleta, sembari dirinya melanjutkan riasan yang tertunda.

"Sayang sekali aku bukan orang" balas Elleta membuat Diana cemberut.

Setelah siap Elleta dan Diana pun pergi menuju sebuah restoran yang memiliki ruangan pribadi, sehingga pertemuan mereka tidak mungkin dilihat oleh para pengunjung yang lain.

Elleta bersyukur Pangeran Mahkota tidak mereservasi sebuah restoran umum, Pangeran pun pasti tidak sebodoh itu dan membuat citranya maupun Elleta menjadi buruk.

Elleta memasuki sebuah ruangan yang sudah direservasi oleh Kenneth dan menemukan ruangan itu masih kosong. Tidak ada tanda-tanda bahwa Kenneth telah datang.

Diana ikut masuk keruangan itu untuk menjaga Elleta, ya meskipun kecil kemungkinan jika seorang Pangeran Mahkota melecehkan dan mencelakai seorang Lady.

Setelah beberapa menit menunggu, masuklah Pangeran Mahkota bersama dengan seorang ajudannya yang mengenakan jubah bertudung sehingga sangat sulit untuk melihat wajahnya, dengan sebuah pedang tergantung dipinggangnya.

"Sepertinya terlambat sudah menjadi kebiasaan anda, Yang Mulia." Ucap Elleta setelah membungkuk memberikan salam kepada Kenneth.

"Maafkan saya Lady, tapi para nyonya-nyonya itu tidak membiarkan saya pergi dengan mudah." Balas Kenneth setelah duduk dikursinya berhadapan dengan Elleta.

Kenneth sebelumnya sempat menghadiri sebuah pesta dikediaman Duke Calandra yang mewajibkan dirinya untuk hadir, karena Duke Calandra adalah salah satu bangsawan yang mendukungnya dan menjadi guru berpedangnya.

Meskipun hanya para suami dan istri yang menghadiri pesta itu, tetap saja para istri dengan tidak segan-segannya berusaha mendekatinya dan memperkenalkan putri mereka. Memamerkan segala prestasi dan kecantikan putrinya masing-masing, sangat sulit berada disana.

Kenneth memberikan tanda kepada ajudannya, lalu ajudannya pun menggerakan sebuah tali yang tergantung pada langit-langit didekat tempatnya berdiri dan tidak lama para pelayan masuk membawa troli makanan dan minuman. Tali itu terhubung ke bagian dapur, dengan sebuah lonceng berukuran sedang diujungnya.

"Saya tidak tahu apa yang anda suka, jadi saya pesan saja semuanya" ucap Kenneth, hanya dibalas senyuman dari Elleta. Elleta tidak tahu harus menjawab apa.

"Bagaimana kalau kita makan terlebih dahulu setelah itu bicara?" Lanjut Kenneth setelah para pelayan selesai dengan tugasnya dan keluar.

"Sepertinya pesta yang anda hadiri tidak menyediakan makanan untuk para tamunya" ucap Elleta, karena sepertinya perut Kenneth sudah sangat kosong.

"Saya tidak memiliki kesempatan itu, jika terus dihantui oleh mereka" balas Kenneth, maksud mereka disini adalah para nyonya-nyonya yang seakan menjual putri mereka kepadanya.

Mereka pun makan dalam keadaan hening dan hanya terdapat suara dentingan alat makan diruangan itu. Terasa sangat canggung bagi Elleta, namun rasa canggung itu perlahan menghilang setelah merasakan sebuah makanan yang sangat enak baginya.

Semua itu tidak lepas dari mata Kenneth, kebahagiaan Elleta yang polos hanya dengan memakan sebuah makanan yang ia suka. Salah satu hal yang Kenneth sukai dari Elleta adalah Elleta menjadi dirinya sendiri didepannya, tidak seperti para Lady yang menjaga dirinya tetap terhormat dan lainnya hingga jati dirinya yang sebenarnya hilang.

"Bagaimana?" Tanya Kenneth setelah makanan mereka habis.

"Sangat mengagumkan, Yang Mulia." Jawab Elleta lalu meminum segelas jus jeruk, sedangkan Kenneth karena sudah legal ia meminum wine. Elleta sedikit iri dengan itu, ia ingin mencobanya karena melihat para orang dewasa sangat suka dengan wine.

Ajudan Pangeran Mahkota kembali menggerakan tali yang berada didekatnya, lalu datang para pelayan membawakan hidangan penutup yang menjadi kebanggaan restoran itu.

"Terima kasih" ucap Elleta membuat Kenneth dan ajudannya terkejut.

"Tentu Lady." Balas salah satu pelayan mewakilkan teman-temannya

Sangat sulit menemukan seorang bangsawan berterima kasih kepada para pelayan. Diana menyadari terkejutnya Pangeran Mahkota dan ajudannya hanya tersenyum tipis, ia awalnya pun terkejut dengan kebiasaan Elleta.

"Tujuan saya mengajak Lady malam ini adalah ingin meminta sebuah pertolongan dari anda. Bisakah?" Tanya Kenneth setelah makanan penutup telah mereka habiskan.

"Jika saya sanggup saya akan berusaha membantu anda, Yang Mulia" jawab Elleta

"Bersediakah anda menjadi kekasih saya?"

~

BITTER TRUTH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang