12

125K 16.9K 222
                                    

Elleta hanya menanggapinya dengan mengangkat sebelah alisnya, tidak sedikit pun niat Elleta untuk membalasnya.

"Diana!"

"Ya nona?"

"Tolong antar tuan ini sampai pintu" ucap Elleta sembari menatap laki-laki itu lalu tersenyum padanya

Brak!

Pintu tiba-tiba ditutup dengan kasar oleh Elleta, membuat laki-laki itu terkesiap karena pintu itu sangat dekat dengan wajahnya.

"Sudah kuduga ini pasti akan terjadi" ucap Madam yang tiba-tiba saja berada disampingnya

"Biar aku yang bicara padanya" lanjut Madam masuk kedalam kamar

"Siapa yang menyuruhmu masuk tanpa seizinku?!" Tanya Elleta sembari memutar tubuhnya berhadapan dengan Madam

"Aku sudah mendapat izin dari Duke untuk memanggil guru tata krama. Jadi turuti saja sebelum kau mencoreng nama baik Hevadal!" Balas Madam penuh penekanan

"Oh..jadi karena perlakuanku padamu tadi pagi kau jadi menganggapku tidak memiliki sopan santun?," Elleta berjalan mendekati Madam tanpa takut

"Aku hanya bersikap santun pada orang yang pantas" ucap Elleta tepat didepan wajah Madam

Madam mengangkat tangannya, ingin menampar wajah menjengkelkan Elleta. Namun berhasil ditahan oleh Elleta.

"Kurasa kau tau hukuman apa yang akan diberikan kalau seorang pelayan berani menampar majikannya" bisik Elleta tepat disamping wajah Madam, lalu mengangkat tangan Madam untuk menepuk wajahnya sendiri

Madam hanya bisa terdiam dengan wajah yang memerah, entah karena kemarahan yang ia tahan atau karena malu. Harga dirinya tercoreng karena anak yang masih dibawah umur.

"Kau!" Gumam Madam geram sembari menunjuk wajah Elleta, lalu berbalik menuju pintu

"Bawa anakmu itu pergi" ucap Elleta saat Madam berada diambang pintu. Madam sempat terdiam, lalu keluar  menutup pintu dengan keras.

Elleta sudah melihat kereta kuda yang membawa Madam dan lelaki itu memasuki kediaman selatan, ia berdiri dibalkon untuk menguping apa yang dibicarakan oleh Madam dan lelaki berkacamata yang datang bersamanya.

Dari pembicaraan yang Elleta dengar, ia bisa menyimpulkan kalau lelaki itu adalah anak Madam yang selama ini terkenal dengan kepintarannya sejak memasuki akademi.

Menurut ingatan masa lalu Elleta, lelaki itu adalah Sebastian Kane, sahabat kakaknya Henry Hevadal. Namun persahabatan mereka terpecah saat seorang perempuan datang kedalam kehidupan mereka.

Ya, mereka menyukai perempuan yang sama. Tepat saat acara kelulusan Sebastian mendapatkan nilai tertinggi, sehingga ia lah yang mewakili para siswa untuk berpidato.

Setelah berpidato itulah Sebastian menyatakan perasaannya kepada perempuan itu. Namun ia ditolak karena Henry telah menjadi kekasihnya, tepat hari itu juga. Kalau tidak salah satu bulan sebelum hari debutante Elleta adalah hari kelulusan para siswa.

Membayangkannya saja sudah membuat Elleta merinding. Ditolak didepan orang ramai, hah...betapa memalukannya itu.

Mungkin Sebastian sudah sangat yakin kalau perempuan itu akan menerimanya, sehingga dia bisa senekat itu menyatakan perasaan didepan orang ramai.

Elleta mengedikkan bahunya tidak peduli, lalu duduk dan membaca novelnya kembali yang hampir mencapai klimaks itu.

***

"Ikut denganku, kita harus menemui Duke" ucap Madam begitu keluar dari kamar Elleta, langsung diikuti oleh putranya.

Sebastian sempat menoleh kearah pintu putih yang sudah baru dicat ulang beberapa hari yang lalu oleh para pelayan, sehingga sudah tidak terlihat kumuh lagi.

Tidak mungkin ia jatuh cinta secepat ini pada seorang wanita yang baru saja ia temui. Mungkin ini hanya rasa kekaguman karena kecantikan murni yang dipancarkan oleh Elleta. Pikir Sebastian.

Kecantikan murni tanpa riasan, sangat sulit ditemukan dikalangan para lady sekarang. Riasan tebal selalu digunakan oleh para lady untuk menarik lawan jenis yang menurut mereka tampan dan berguna bagi kelangsungan keluarganya.

Ia lebih menyukai perempuan yang mengenakan sedikit riasan, tidak tebal sampai menyebabkan keretakan diwajahnya. Apa riasan setebal itu sedang hits dikalangan para lady? Bukankah itu menyeramkan.

"Sebastian!" Seru Madam menyadarkannya dari lamunan, Sebastian pun melangkahkan kakinya masuk kedalam kereta kuda.

Kereta kuda pun bergerak menjauh dari kediaman selatan, Sebastian menoleh keluar dan terlihat gadis yang terus berkeliaran dikepalanya, duduk dipagar pembatas balkon sembari mengayunkan kedua kakinya bergantian.

Matanya bertemu dengan mata Elleta, kemudian Elleta pun menjulurkan lidahnya dengan tangan yang menarik matanya kebawah, mengejek dirinya.

Pantas saja dia disuruh untuk menjadi guru tata krama, rupanya kelakuan lady itu sangat berbeda dari bangsawan-bangsawan wanita lainnya.

Tapi Sebastian justru tertawa melihat kelakuan adik sahabatnya itu, namun ia harus menahannya, karena ia tengah duduk berhadapan dengan ibunya saat ini.

Untung saja ibunya ini tidak melihat kearahnya, kalau tidak ia mungkin akan dibawa ke dokter jiwa oleh ibunya. Berbicara soal ibunya, sejak kecil ia selalu di didik dengan ketat agar bisa bersikap layaknya bangsawan dan masuk kedalam pergaulan atas.

Ibunya selalu terobsesi untuk masuk kedalam pergaulan atas sejak ibunya menjadi pengasuh Duke kecil. Ibunya pun menikah dengan Viscount Kane tanpa adanya rasa cinta, hanya Viscount yang mencintai ibunya.

Sejak kecil ia selalu mengikuti ibunya kemana pun, ia bisa melihat perbedaan sikap yang ditunjukkan oleh ibunya jika berbicara dengan lelaki yang menjadi type ideal ibunya.

Dari perbedaan sikap itu lah yang membuatnya tau bahwa ibunya ini tidak mencintai ayahnya. Ayah menikahi ibu demi cinta, ibu menikahi ayah demi status.

~

BITTER TRUTH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang