01

2.4K 131 1
                                    

*
*
*
About me

Pagi ini entah sudah yang keberapa kali, keseharian ku sering di mulai dengan mendengar pertengkaran ayah dan ibuku, dan untuk kesekian kalinya mereka bertengkar untuk hal yang sama, sangat membosankan.

Mereka selalu bersitegang seperti itu, ibu yang selalu mempermasalahkan uang yang selalu ia dapatkan yang selalu kurang untuk menghidupi kami.

Dulu waktu aku masih sangat kecil, aku pernah merasakan hangatnya pelukan ayah ibu padaku, akrabnya kami saat pergi piknik di tepi danau tiap akhir pekan tiba. Kami sungguh sangat bahagia layaknya keluarga harmonis yang di impikan setiap keluarga.

Sampai ketika ibu berubah dan ayah yang jarang pulang karena harus lembur bekerja, dan itu menjadi sebuah kesempatan untuk ibu, ia selalu pergi bersama teman-teman nya dan meninggalkanku sendiri di rumah hingga lupa waktu.

Di saat ayah menerima gaji tiba, ibu akan tersenyum lebar untuk meminta uang lebih, alasannya karena biaya bahan pokok sudah melonjak naik dan juga untuk membayar sekolahku, atau membayar biaya lesku, yang sebenarnya tak pernah ku ikuti sekalipun. Bukannya tak ingin, karena memang aku tak di daftarkan oleh ibu. Aku tidak tau kenapa ibu harus berbohong seperti itu pada ayah. Tapi dulu ayah selalu menuruti kemauan ibu, dan belum sampai akhir bulan uang itu habis, dan ibu selalu minta lagi.

Ketika ada kesempatan aku menceritakan pada ayah, akan perlakuan ibu selama ini. Tapi ayah hanya diam dan mengelus kepalaku lembut sambil berkata "Tidak apa nak, ayah mengerti". Dan semenjak itu ibu mulai berubah, jika ayah tidak menuruti kemauan ibu, ibu akan memulai pertengkaran, berteriak pada ayah, dan menatap tajam padaku, hingga mengancam akan pergi dari rumah meningkatkan kami.

Aku lelah melihat dan mendengarkan keluarga ini, aku hanya berharap, agar cepat segera meninggalkan rumah yang tak lagi harmonis.

Kemudian di saat hari kelulusanku, aku mendapat kabar kalau ayah mengalami kecelakaan dan nyawanya tidak bisa terselamatkan. Duniaku serasa hancur, pria satu satunya yang menganggap ku ada di keluarga, pergi meninggalkanku sendirian.

Meskipun ayah sibuk, ia selalu mendatangiku hanya untuk menanyakan kabarku. Namun kini aku kehilangannya.

Saat acara pemakaman ayah, banyak dari teman, keluarga dari ayah dan kolega ayah menghadiri untuk memberikan penghormatan terakhir.

Aku melihat ibu bersedih sambil menitikkan air mata, tapi aku terlalu mengerti ibuku, itu hanya akting untuk mengambil simpati para pelayat.

Sedang aku hanya terdiam di ujung sana menunduk memandangi foto lama kami berdua, foto saat pertama kali ayah mengajariku gitar di hari ulang tahunku. Dia adalah sosok ayah yang baik, seseorang yang selalu ada untukku meski sesibuk apapun beliau.

"Apa ayah tak mengasihaniku? Apa yang harus kulakukan tanpamu ayah?" ucapku lirih, Aku mengelus foto kami lalu memeluknya erat.

Seminggu berlalu begitu saja setelah di gelar nya pemakaman ayah, setelah itu aku memutuskan mendaftar kuliah di seoul dengan uang tabungan peninggalan dari ayah, tanpa sepengetahuan ibu selama ini ayah menyiapkan dana untuk ku kuliah bersama sepucuk surat untukku.

Dalam tulisan suratnya ia meminta maaf, jika ia tidak bisa menjadi ayah yang baik untukku, untuk keluarga nya. Dadaku kembali sesak, air mataku kembali jatuh, menangisi ayah yang kini tak akan lagi menanyakan kabarku, menanyakan banyak hal padaku, tidak ada lagi.

Stay With Me|| YOONGI [ END ] ✓ (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang