Penjelasan III

5.2K 585 19
                                    

"Kamu kok percaya sama aku? Kamu nggak dengar semua orang selalu ngasih peringatan buat nggak dekat-dekat sama aku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu kok percaya sama aku? Kamu nggak dengar semua orang selalu ngasih peringatan buat nggak dekat-dekat sama aku."

"Aku percaya sama kamu kok, Negeri ini saja kamu jaga, apalagi hati aku. Aku yakin, kamu akan bertanggungjawab sesuai dengan seragam kehormatan yang kamu kenakan ini. "

Rindu, 6 tahun yang lalu.

Askara, dia di jodohkan dengan Amelia Sutrisno. Wanita yang merupakan putri dari seorang Anggota dewan yang di gadang-gadang akan maju sebagai cawagub mendampingi petahana, dan Ibunya Askara tentu saja tidak ingin melewatkan kesempatan untuk berbesan dengan sang calon Cawagub saat tahu jika Amelia tertarik dengan putra bungsunya.

Perjodohan, mungkin jika Askara tidak bertemu dengan Rindu, Askara tidak mempermasalahkan jika dia harus di jodohkan, bagi Askara semua wanita sama saja, mereka sama-sama perempuan, tidak ada yang membedakan, dan saat salah satu wanita tersebut bisa memberikan manfaat untuk Ibunya, Askara tidak akan menolak. Itulah yang ada di pikiran Askara, orang lain menyebutnya picik, namun Askara menganggapnya realistis.

Tapi kembali lagi, semua pemikiran tersebut ada di kepala Askara sebelum dia bertemu dengan Rindu. Terkesan bohong dan sulit di percaya memang, seorang playboy yang hanya bisa mematahkan perasaan setiap perempuan yang mendekat dan bisa di seret menuju ranjangnya akhirnya jatuh hati pada seorang yang menjadi korbannya.

Jika ada yang bertanya apa alasan Askara mencintai Rindu, Askara pun tidak tahu jawabannya.
Dan jika ada yang bertanya lagi, apa yang membedakan Rindu dengan mereka yang mengejarnya, Askara pun tidak tahu apa yang membuat Rindu berbeda.
Rindu mencintainya, ya wanita lain pun juga mencintai Askara.
Rindu bahkan sama seperti wanita lain yang terbujuk rayu oleh Askara untuk naik ke ranjang Askara atas nama cinta.
Tidak ada yang membedakan antara Rindu dengan wanita lain.
Namun tidak bisa di jelaskan oleh Askara, semenjak kali pertama Askara bertemu tatap dengan mata bulat bening yang memperlihatkan kepolosannya, Askara jatuh hati pada Rindu. Segala hal yang ada di diri Rindu membuat Askara jatuh cinta, jika wanita lain akan di buang Askara setelah bosan mempermainkannya, maka setiap kali menyentuh Rindu, rasa yang di miliki Askara untuk wanita cantik bertubuh tinggi tersebut akan semakin besar.
Rasa cinta yang di miliki Askara untuk Rindu terlalu besar, hingga sulit untuk di percaya seorang Askara serius dengan hubungan yang di jalinnya bersama Rindu.
Di saat Askara mengatakan jika dia ingin menikahi Rindu, semua itu bukanlah bualan belaka. Tapi sayangnya tidak ada cinta tanpa ada halangan dan rintangan. Dua tahun bersama tanpa mengenalkan diri Rindu ke keluarganya begitu juga sebaliknya, membuat orangtuanya tanpa meminta persetujuan dari Askara menerima perjodohan yang di usulkan keluarga Sutrisno.
Dan di saat itulah ujian untuk Askara yang ingin menepati janjinya pada Rindu di uji, hubungan selama dua tahun tersebut kini di uji bukan hanya oleh jarak, keterbatasan waktu, serta tugasnya tapi juga dengan perjodohan konyol yang tidak bisa di batalkan Askara begitu saja.

Askara memang menerima perjodohan tersebut, bahkan Askara manggut-manggut saja saat Ibunya mendadak mengadakan pertunangan di hari yang sama dengan pernikahan Kakaknya, Askia. Semua hal tersebut Askara lakukan untuk mengulur waktu sembari mencari celah untuk memutuskan perjodohan tersebut tanpa harus di salahkan dan membawa Rindu masuk ke dalam keluarganya.

Tapi memangnya siapa Askara di hadapan Sang pemilik takdir? Di mata Dia yang memiliki takdir, Askara hanyalah seorang hamba yang pongah berpikir jika rencananya sempurna, karena nyatanya di saat Askara sedang berkutat berusaha melepaskan diri dari penjara yang di siapkan Amelia, wanita yang membuatnya bisa berbuat nekad justru menghilang, meninggalkan lubang yang menganga lebar di hati Askara.

6 tahun yang lalu bukan hanya Rindu yang merasa jika Askara membuangnya, tapi Askara juga merasa jika wanita yang di cintainya menghilang begitu saja, tanpa ada kabar, tanpa ada pesan. Tidak peduli sekeras apapun Askara berusaha mencari, bertanya kemari kepada rekan Rindu dahulu di tempat kerja, tidak ada yang tahu di mana Rindu.

Tidak bisa di gambarkan bagaimana merananya Askara saat di tinggalkan Rindu begitu saja, Askara hidup hanya sekedarnya, hatinya seolah mati turut di bawa pergi oleh Rindu. Dan setiap kali Askara mengingat apa ucapan yang pernah Rindu lontarkan saat Askara menguji Rindu seberapa besar kepercayaan Rindu kepadanya yang di nilai buruk, rasanya Askara ingin menenggelamkan dirinya agar mati saja sekalian.

Mungkin jika bukan karena tanggung jawab akan tugasnya di Kemiliteran, Askara mungkin sudah mati sejak 6 tahun yang lalu karena patah hati.
Askara mencintai Rindu seperti bernafas, semua kepenatannya selesai bertugas akan menguap begitu saja saat Askara mendengar nada riang penuh kepolosan Rindu, lalu bagaimana Askara bisa menjalani hidupnya dengan baik jika kehidupannya pergi begitu saja.
Saat itu Askara terlalu percaya diri, mengira dengan yakin Rindu yang begitu mencintainya tidak akan pernah meninggalkannya, dan saat kepercayaannya salah Askara benar-benar terpukul.

Mendapati seorang yang di cintainya menghilang begitu saja membuat Askara mengamuk seperti seekor singa padang pasir yang kesakitan, niatnya yang ingin memutuskan perjodohan dengan Amelia sebaik mungkin, bahkan jika bisa membuat Amelia yang membatalkan pertunangan tersebut lebih dahulu, melupakan niat tersebut seketika.
Seminggu setelah Rindu tidak ada kabar apapun dari Rindu, Askara memutuskan pertunangannya begitu saja, di iringi tangis histeris Amelia yang tidak Terima dan cacian Yudi Sutrisno kepadanya Askara melenggang pergi.
Saat itu Askara merasa jika pertunangan yang dengan konyolnya dia setujui dengan alasan mengulur waktu adalah salah satu hal yang membuat Rindu pergi.
Ibunya mengamuk, tentu saja! Hubungan berbesan dengan salah satu tokoh politik yang berpengaruh adalah salah satu ambisi Ibunya. Bahkan saat Ayahnya melayangkan satu pukulan dan satu tendangan kepadanya karena sudah membuat Ibunya menangis menanggung malu, Askara tetap bergeming.
Sosok Askara yang penurut dan manut memghilang seiring dengan luka yang Askara rasakan.
Kekanakan memang menyalahkan perginya Rindu kepada setiap orang yang sama sekali tidak bisa mengerti jika yang di inginkan Askara hanyalah Rindu.
Namun Askara tidak peduli dengan semua kemarahan yang di lontarkan Ibu dan Ayahnya.
Fokus Askara hanyalah mencari Rindu dan membawa kembali separuh hatinya yang sudah di bawa Rindu pergi.
Tidak peduli seberapa lama Askara harus menunggu, Askara akan tetap menanti Rindu, hanya Rindu yang dia inginkan, dan hanya Rindu yang dia cintai.

Dan sekarang, siapa yang menyangka, sahabat yang selama ini di percaya Askara akan membantunya mencari Rindu justru pelaku utama yang menyembunyikan Rindu, beserta sederet masalah yang menuntut penjelasan.

Tidak peduli jika Askara harus berlutut bahkan mencium kaki Rindu karena semua luka yang di berikan Askara kepada Rindu, Askara sangat berharap Rindu mau memberikannya kesempatan berbicara.

Askara ingin mengatakan, jika dia tidak pernah meninggalkan Rindu. Bahkan perasaan yang bersemi semenjak 8 tahun yang lalu masih utuh dan semakin besar karena rindu yang menumpuk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rindu AskaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang