Dating With Maboi III

2.4K 549 21
                                    

"I'm so sorry, Mama!"

Hanya satu kalimat singkat dari Gavin, tapi satu kalimat tersebut kembali menyulut hatiku membuat air mataku kembali menuruni pipiku.

Aku melepaskan pelukannya, tapi untuk bisa mencium kedua pipi putraku yang sangat aku sayangi ini, kalimat permintaan maaf bahasa Inggris yang tidak bisa aku ucapkan di usia yang sama seperti Gavin membuat bahagiaku membuncah tidak terkira, rasa minder dan sedikit menyesal atas pilihan Reyhan sudah hilang tidak berbekas.

Rasanya sangat mengharukan mendengar permintaan maaf dari Gavin, aku tahu jika putra tampan ku ini tidak benar-benar membenciku, lihatlah, dia bahkan meminta maaf kepadaku. Kebahagiaan yang aku dapatkan sekarang melebihi kebahagiaan saat mendapatkan bonus dari target yang di berikan kepadaku.

"Mama juga minta maaf ya sama Gavin. Maaf karena Mama nggak bisa minta Ayah buat ketemu Gavin." Aku menarik nafas panjang, kesedihan yang tidak terkatakan terlihat di matanya, mata yang sama seperti dia yang pernah menorehkan luka yang kini membusuk di hatiku. "Tapi Mama janji satu waktu nanti kalau Gavin udah gede Mama akan jelasin semuanya ke Gavin kenapa kita nggak boleh ganggu Ayah sama Tante Mutia."

Aku sedikit berharap, walaupun egois, Gavin mengerti apa yang aku minta sekarang, tapi kembali lagi Gavin adalah anak kecil yang terlalu keras penuh rasa ingin tahu, semakin di kekang, dia akan semakin marah sama seperti tadi pagi, namun nyatanya pria kecilku ini mengangguk, bahkan tangan mungil tersebut terangkat untuk mengusap setiap sudut air mataku yang menggenang. Sungguh apa yang di lakukan Gavin sekarang berkali-kali lipat lebih menyakitkan.

"Gavin janji nggak akan bikin Mama sedih lagi. Gavin nggak akan minta buat ketemu Ayah."

Senyum tersebut terulas di wajah Gavin, senyum pengertian tapi mengandung luka, kembali untuk entah ke berapa juta kalinya aku kembali merutuk dia yang sudah menyakiti aku dan Gavin.

Semoga hidupmu tidak tenang Askara. Semoga hidupmu tidak bahagia karena aku dan Gavin harus menanggung semua keegoisanmu dan jahatnya mulut manismu.
Semoga hidupmu membusuk di Neraka.
Jangan sampai ada perempuan lain yang bernasib sial sepertiku.

Untuk sejenak aku menatap Gavin, berusaha membesarkan diriku sendiri agar tidak terus menerus berkubang dalam kesedihan, hari ini aku bebas dan aku ingin mengajak putra kecilku ini untuk dating, ide yang langsung di sambut gembira oleh Gavin.

"Gavin mau ke ice and roll, di sana Gavin mau pesan es krim oreo sama coklat yang banyak di kasih pisang!"

"Oke, kita minta pisang sama ekstra karamel!" Timpalku menanggapi permintaan putraku yang sangat menyukai pisang walau aku selalu hampir muntah saat memakan buah panjang kuning dan lembek tersebut.

Senyuman Gavin semakin lebar mendengar apa yang aku katakan, kebahagiaan terpancar jelas di wajahnya. "Hore!!! Habis itu Gavin mau main ke Timezone, yang lama-lama lama-lama sampai karcisnya panjang, boleh Ma?"

Kembali aku mengangguk, mengiyakan permintaan Gavin yang pasti akan menguras rekeningku, namun tidak apa asalkan bisa membahagiakan putraku, kehilangan sebagaian tabungan bukan masalah.

"Sis Mamanya Gavin!"

Tanpa sadar aku sedikit mencibir mendengar panggilan menggelikan tersebut, tapi melihat Gavin tersenyum pada anak perempuan yang ada di gandengan Kak Askia, membuatku memasang wajah ramah khas SPG.

"Aku dengar kalian mau ke ice and roll, ya! Bareng sama kita, yuk!"

Gosh, Mbak-Mbak ini, duh siapapun suaminya. Tolong kurung dia lah, kekepoan dan sikapnya yang terlalu sok kenal bikin risih.
Ampun Nyonya, Babu seperti saya seharusnya jangan di ganggu.

***

Tapi di sinilah aku berada, cemberut karena Nyonya Kaya ini menggeret lenganku dengan erat tidak memperbolehkan aku lepas darinya, rencana kencanku dengan Gavin musnah sudah karena aku sudah seperti cecunguk untuk Nyonya besar ini.

Dia menyeretku kemana-mana sesuka hatinya sembari mengikuti Gavin dan juga Tasha, yang ternyata juga mempunyai Nanny sendiri, astaga, Nyonya Kaya ini benar-benar lihai dalam menghabiskan uangnya.

Sungguh, jika Gavin tidak mengiyakan permintaan Nyonya kaya ini karena mengingat Tasha adalah salah satu dari sedikit temannya yang tidak membully Gavin, bahkan bocah perempuan itu salah satu yang bisa mendobrak sikap Gavin yang pendiam. Hanya sikap ceria Gavin yang terus menerus tersenyum saat bersama Tasha yang sebelas dua belas cerewetnya dengan Ibunya yang membuatku bisa bertahan.

Kami tidak hanya pergi untuk memenuhi kesenangan anak-anak, setelah menghabiskan satu mangkuk besar es krim dengan pisang dan karamel yang membuat Nyonya Kaya ternganga dengan porsi kuli Gavin, dan juga ke timezone hingga kakiku nyaris patah karena lincahnya Gavin atau aku yang mulai tua, sekarang Nyonya kaya ini menyeretku berkeliling Mall setelah meyakinkan diriku jika Nanny Tasha dan juga sopir dari Nyonya Kaya ini sudah lebih dari cukup untuk mengawasi anak-anak.
Melihat satu brand ke brand yang lain dan main ambil comot sesukanya, sudah aku perkirakan, pakaiannya boleh kemeja putih biasa, sandalnya boleh Thong sederhana, tapi tetap saja harganya membuat Dompetku kembang kempis.

Mendadak aku mendengus kesal, kali ini aku tidak kencan dengan Gavin, tapi dengan Mamanya Natasha si Nyonya Kaya ini. Untuk beberapa saat si Nyonya Kaya tidak memperhatikan raut wajahku sampai akhirnya aku berhenti, tidak sanggup lagi dengan kegilaan Nyonya Kaya ini.

"Kak Askia, kenapa saya jadi nemenin Kak Askia belanja sih!" Gerutuku sambil mengembalikan paper bag belanjaannya kepada tangannya yang tidak kalah penuh. Tanpa memandangnya yang terbelalak melihatku ngambek aku memilih duduk, memijat kakiku yang terasa lelah. Rasanya sama lelahnya seperti dulu saat mengajari Gavin berjalan untuk pertama kalinya. "Waktu libur saya sangat terbatas Kak Askia, selain hari minggu saya nyaris nggak ada waktu untuk bisa sama Gavin, dan sekarang saya pengen dating sama anak saya."

Usapan aku dapatkan di bahuku, Tuhan, aku ingin sekali merutuki wanita cantik ini yang sangat tidak peka. "Maaf ya, Sis. Aku nggak punya sodara cewek soalnya, aku kira sebagai bentuk permintaan maaf aku ajak kamu belanja, biasanya cewek kan seneng kalau di ajakin shopping!"

Aku menggembungkan pipiku, menahan diri untuk tidak memaki si Nyonya Kaya, iya aku memang suka shopping, tapi tidak dengan Dompetku yang kembang kempis, manusia berlebihan sepertinya mana paham berartinya setiap sen untukku. "Aku khawatir sama Gavin, Kak. Kita samperin mereka, ya!" Pintaku memelas. Aku benar-benar ingin bersama dengan Gavin memperbaiki kecewa Gavin tadi pagi.

Sisi egois Nyonya Kaya ini terlihat di matanya, tapi syukurlah, tidak ada hal aneh lagi yang dia lakukan, sepertinya dia tidak ingin membuatku semakin kesal.  Dengan senyum sumringah yang membuatku kembali harus menekan rasa iri karena kecantikan Nyonya Kaya ini dia menggandengku dengan erat.

"Harusnya kamu jangan terlalu khawatir, selain Nana sama Hasan, adik durhakaku juga aku suruh nemenin anak-anak."

Aku tercengang, hanya ada satu orang sejenis Nyonya Kaya satu ini kepalaku nyaris meletus, dan Nyonya Kaya ini sekarang mengundang adiknya? Tuhan, salah apa diriku sampai harus di pertemukan dengan orang sejenis mereka ini?

Rindu AskaraWhere stories live. Discover now