"Woghh ... apa ini?? Jadi bener, Vanta doi lo Vin?"

Lihat, bahkan kakak tingkat cowok yang tidak Vanta kenal saja tahu namanya. Semua karena pertempuran sengit mereka di masa lalu.

"Mana mungkin sih!" Cia, gadis yang pernah menertawakannya perkara tabrakkan dengan Alvin dulu dan roti Jepang bersejarahnya, ikut menimpali.

Alvin hanya diam, menoleh pada teman-temannya. Bingung mau menjawab apa. Takut salah lagi di depan Vanta. Bisa kombo kena omel dia nanti kalau asal jawab.

Saat itu pintu lift terbuka. Sedangkan Cia menarik lengan Alvin.

"Vin, ikut lagi dong nanti malem!" bujuk gadis itu.

Diliriknya Vanta dan lengannya yang digandeng oleh Cia bergantian. Merasa sangat tidak nyaman, dia menyentaknya pelan.

"Gue ada janji sama cewek gue."

"Mau masuk nggak? Kalo nggak gue tutup pintu lift-nya," Vanta yang sudah masuk ke lift menyela dengan ketus.

Padahal, lift hampir penuh oleh anak-anak semester satu. Padahal, Vanta tidak menggunakan subjek untuk pertanyaannya barusan. Tetapi, Alvin paham betul dengan maksud pertanyaan itu.

"Gue duluan ya." Setelah mengucapkan kalimat singkat pada teman-temannya, dia ikut masuk.

Sebelum pintu lift tertutup sepenuhnya, salah seorang cowok berseru, "Vin, kalo bisa ntar malem kabarin!"

***

Belakangan ini, rumah Alvin menjadi pilihan tempat yang nyaman untuk mengerjakan tugas. Vanta tidak lagi merasa canggung saat cowok itu mengajaknya ke rumah. Toh, mereka cuma mengerjakan tugas masing-masing bersama. Saat menjelang sore, biasanya Alvin mengantarnya pulang. Vanta juga merasa lebih terbiasa dengan hubungan mereka yang seperti ini.

"Van," panggil Alvin tiba-tiba. "Gue udah lama loh add lo di efbi. Follow ige juga. Tapi dari jaman purba kala belom ada satu pun yang di-approve. Udah kayak dosen meriksa skripsi lo, pelit ACC."

"Eh? Masa? Gue nggak ngeh. Coba deh yang mana efbi lo, confirm sendiri. Gue masih ngerjain buat UTS Tipografi, nih." Vanta mendorong laptopnya di meja kepada Alvin. Sedang serius-seriusnya menarik garis dari titik yang satu ke satunya. Nggak sempat kalau harus buka-buka media sosial sekarang.

Kurang mandiri apa coba si Alvin jadi cowok? Menambah pertemanan ke akun pacar sendiri, menerima pertemanan untuk akunnya sendiri. Padahal gadis lain saja mem-follow Alvin lebih dulu. Coba kalau ada yang di-follow duluan sama dia, pasti nggak ada sedetik langsung follow back. Atau yang akunnya diprivat terus di-follow Alvin, cuma selang satu kedipan juga sudah diterima. Nasib kok gini amat, punya cewek kelewat cuek.

Saat sedang asyik menggerak-gerakkan scroll ke bawah, sisi kepo Alvin kembali muncul. Dia menjelajahi profil media sosial akun milik Vanta. Menemukan sesuatu yang membuatnya membatu sejenak.

"Van, gue mau nanya dong," ujar Alvin kemudian.

"Hm?" Tanpa mengalihkan pandangan dari lembar tugasnya, Vanta menyahut.

"Lo orangnya emang selalu nyimpen foto lama ya?"

Gadis itu kontan mengangkat kepala. Bingung. "Ha?"

Alvin mendorong dan memutar sedikit laptop Vanta agar layarnya mengarah pada gadis itu. Pandangan Vanta beralih pada halaman media sosial yang terpampang di layar. Dia lalu sedikit terkejut.

"E-eh, sorry! Gue jarang buka efbi soalnya." Menggeser kertas tugasnya dan menarik laptopnya kembali.

Album foto lama dengan Leo masih ada di sana. Dia sadar, kalau dia jadi Alvin juga nggak bakal senang melihat yang seperti ini. Oleh sebab itu, tanpa pikir panjang Vanta langsung menghapus semua album yang sekiranya ada foto Leo. Dari media sosial maupun dari laptopnya.

Bukan karena takut Alvin marah. Bukan. Lagi pula buat apa juga menyimpan foto mantan? Mereka sudah nggak mungkin balikan. Keadaan tidak seperti dulu lagi. Jadi, buanglah foto mantan pada tempatnya.

"Apa nggak pa-pa lo hapus semua?" tanya Alvin memerhatikan.

Alis Vanta berkerut. Kalau dia nggak minta Vanta menghapusnya, lantas buat apa dia tunjukkan itu padanya? Buat cari ribut, iya?

"Ya terus harus gue apain? Lo mau gue cetak ini foto semua, terus gue pajang di kamar?"

Cowok itu mendengkus. "Ya nggaklah ... gue lebih ikhlas kalo lo cetak foto Samy taroh di kamar lo."

Makhluk berbulu coklat keemasan yang kebetulan saat itu sedang tertidur di ruang belajarnya kontan membuka mata ketika merasa namanya disebut. Ekornya mengibas-ngibas pelan dengan malas karena mengantuk.

"Nah, ya udah. Lagian itu udah lewat. Sini, sini ...," Vanta lalu melambaikan tangannya, meminta Alvin mendekat.

Cowok itu menurut. Menggeser bangku tepat ke sebelahnya. Vanta kemudian meraih ponselnya yang ada di meja. Membuka aplikasi kamera.

"Smile!" serunya, kemudian mengambil gambar beberapa kali. "Mulai sekarang album gue bakal terisi penuh sama lo."

Sudut-sudut bibir Alvin pun mengembang. Dia tarik kembali kata-katanya barusan. Mungkin Vanta tidak secuek itu. Dia sebetulnya manis dan perhatian, dengan caranya sendiri. 

=== BERSAMBUNG ===

Adem banget ya mereka.

Alvin emang jail kadang godain Vanta, tapi dia nggak sembarangan nyentuh pacarnya.

Sedangkan Vanta ga nanya soal ajakan temen-temen Alvin karena percaya Alvin bakal ngelapor sendiri kalo dia mau pergi.

Tapi ...

LOVE LIKE LEMONADE [TAMAT]Where stories live. Discover now