BTR 15 • Euforia Pasutri Baru

4.5K 600 70
                                    

“Mencintaimu seperti membaca Al-Qur'an, membuat candu dan selalu memberi ketenangan juga kebahagiaan.”

~Muhammad Abil Irsyad~

🍁🍁🍁

Zahra POV

Aku membuka mata saat merasakan ada sebuah tangan yang mengelus lembut bagian pelipis kananku. Retinaku pun langsung menangkap sosok laki-laki yang tengah duduk di samping ranjang. Entah sekarang jam berapa, yang pasti Mas Abil saat ini sudah rapi dengan memakai sarung dan baju koko, juga lengkap dengan peci hitamnya.

Bibir Mas Abil melukis senyuman, sembari mengalihkan tangannya dari pelipisku ke tangan kananku.

“Mandi, ya ... terus salat.” Ucapan Mas Abil sangat lembut, sampai-sampai hampir membuatku kembali hanyut dalam alam bawah sadar.

Saat aku berusaha bangun, aku merasakan sakit di sekujur badan, terutama pada bagian selangkangan, tapi aku berusaha menahan rasa sakit itu agar Mas Abil tidak khawatir.

“Mas wudhu dulu ya, kamu siap-siap mandi,” ujar Mas Abil yang langsung melangkah menuju kamar mandi.

Aku segera menepi untuk turun dari ranjang, tapi sayangnya ketika aku hendak melangkah, rasa sakit itu semakin tidak bisa aku tahan. Akhirnya, aku putuskan untuk duduk terlebih dahulu di tepi ranjang sampai menunggu sakitnya sedikit reda.

“Loh, belum siap-siap?” tanya Mas Abil yang sudah keluar dari kamar mandi.

Aku diam tidak menjawab pertanyaan dari Mas Abil. Mulutku kelu, rasanya malu mau menjawab pertanyaannya.

“Kenapa, Sayang?” tanya Mas Abil lagi, kini dia menghampiriku.

Mas Abil berdiri tepat di depanku, dengan ujung rambut basah yang sesekali tetesannya jatuh. Dia sedikit membungkukkan badannya agar wajah kami sejajar. Lalu dia bertanya kembali, “Kenapa? hm?”

“Sakit,” ujarku singkat.

Persis seperti seorang anak yang manja pada ayahnya. Entah mengapa, rasanya aku terhipnotis oleh pesona suamiku setelah berwudu, hingga tanpa sadar aku menjawab pertanyaannya tanpa rasa malu.

“Mas gendong, ya ...,” tawar Mas Abil.

Ah, ternyata bukan tawaran, melainkan sebuah pernyataan. Tanpa meminta persetujuanku, Mas Abil langsung menggendongku dengan berhati-hati. Entah doa apa yang telah Mas Abil langitkan, sehingga aku bisa luluh dan jatuh hati padanya, pada sifat juga sikapnya dalam waktu yang begitu singkat.

Ketika Mas Abil menurunkanku di dalam kamar mandi, dia berkata, “Maaf, ya, udah bikin kamu sakit.”

Seketika sakitku seakan hilang tak berasa, saat Mas Abil tersenyum sambil mengacak-acak puncak kepala yang membuat rambutku semakin berantakan.

“Mandi air hangat, ya ... itu sudah Mas siapin.” Mas Abil menunjuk bak mandi dengan isian air yang terdapat uap di atasnya.

“Tunggu sebentar, Mas ambilin handuk sama baju ganti dulu.” Mas Abil langsung keluar dari kamar mandi.

Aku menatap kosong bak mandi di sana. Tanpa sadar, aku menitikkan air mata, aku terharu dengan semua perlakuan Mas Abil. Dia begitu baik padaku. Sedangkan aku? Aku malah belum bisa menjadi istri yang baik untuknya. Malam pertama saja masih harus melewati banyak drama.

“Ini baju sama handuknya,” ujar Mas Abil yang membuatku tersadar dari lamunan.

Matur nuwun, Mas.”
(Terima kasih, Mas.)

Mas Abil tersenyum, dan tanpa kuminta dia langsung menutup pintu kamar mandi. Tidak ingin  mengulur waktu lagi, aku pun segera mandi dan keramas. Aku takut azan Subuh lebih dulu berkumandang sebelum aku selesai mandi.

Biasa tapi Rumit ✓Where stories live. Discover now