"Enam itu, begini Jolin." Haidar mengacungkan ke enam jarinya ke depan, mengoreksi Jolin.

"Kan om endak tanya belapa total loda cepeda Jolin! Jadi cuka-cuka Jolin dong, om." Jawab gadis centil itu.

Haidar menghela nafas. Sepertinya memang dia yang salah.

"Kok banyak sekali?"

Jolin menarik nafas panjang, sebelum menjelaskan pada om-om bawel di depannya itu.

"Loda depan itu tiga om, beyakang juga ada tiga. Tlus tadi Jolin jungkil balik itu kalena lem cepeda Jolin di ca-bo-ta-ce sama Aje!"

Jolin berkata dengan bersungut sungut penuh rasa dendam.

Haidar menggaruk tengkuknya sembari kebingungan. "Kenapa anak sekecil ini bisa menyabotase rem sepeda, ya?"

"Cepeda Jolin mana, ya?" Tanya Jolin sembari celingukan.

"Itu. Masuk di dalam got." Haidar bangkit dan bergeraser, lalu menunjuk ke arah got.

Jolin yang melihat itu seketika bersedih.

Ia menutup bibirnya dengan kedua tangan. Matanya berkaca-kaca seolah tak percaya.

"Oh my guod! Cepeda Jolin!!" Jolin bergegas ingin berlari.

"Jangan tahan Jolin om! Lepacin Jolin! Jangan menghalalingi Jolin untuk menyebul ke dayam got dan menyeyamatkan Celin!"

Jolin mengomel, saat tubuhnya tak bisa digunakan untuk bergerak lari menghampiri Celin, Cepeda Jolin.

"Pelgi om! Bialin! Bialin Jolin nyebul got! Celin!!" Jolin terus berusaha bergerak maju, namun tetap tidak bisa.

"OM!" Sentak Jolin.

"Saya berdiam diri disini lho, Jolin." Jawab Haidar.

Jolin berhenti bergerak. Ia menoleh. Dan benar saja, Haidar berada kurang lebih satu meter dari posisinya berdiri. Tangannya pun berada di samping tubuh.

Lalu, kalau Om Haidar ada disana? Yang mencekal belakang baju Jolin, siapa?

Jolin segera menoleh dan kebelakang. Dan ia sekuat tenaga menahan tangis, saat mengetahui bajunya tersangkut batang pohon.

"Ih! Lepas! Dacal pohon kulang ajal!" Maki Jolin, sembari berusaha menarik bajunya turun agar terlepas. Namun itu semua sia sia.

Haidar semakin kasihan, melihat ekspresi Jolin saat ini. Ia pada akhirnya membantu Jolin untuk melepaskan baju Jolin yang tersangkut pada ranting pohon tersebut.

Jolin yang sedang menengok ke belakang seketika tersenyum, mendapati bajunya sudah lepas dari sangkutan pohon.

Namun, bukannya berterima kasih, Jolin langsung berlari menuju sepedanya yang masih terjebur got.

"Uuuuiilahh!!" Jolin dengan sekuat tenaga menarik sepeda roda enam-nya.

Sepeda yang berwarna pink, senada dengan helm dan pelindung lutut sikutnya.

Jolin tersenyum lebar saat mendapati Celin selamat. Sayangnya tubuhnya kotor dan bau.

"Untung caja kamu celamat, Celin!" Jolin memeluk sepedanya dengan erat, meskipun bau got. Tapi tidak apa-apa, yang penting Roda Celin tidak copot.

Haidar yang melihat itu tersenyum lebar. Bayangan memiliki anak aktif dan cerewet seperti Jolin membuatnya bahagia.

Membayangkan saja ia bahagia. Apalagi punya?

"Om bawel! Tlimakacih ya! Nanti Jolin bilang cama daddy Jolin, kalo om bawel itu calon erlte yang baik!" Pekik Jolin dan langsung mengendarai sepedanya untuk kembali ke rumah.

With You [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang