Nerd | 38

40.5K 4.6K 90
                                    

Leta membasuh wajahnya, dia menatap pantulan dirinya di cermin toilet. Ingatannya kembali berputar mengingat kejadian kemarin.

Pada sore hari, Leta yang baru saja kembali dari minimarket menghentikan langkahnya karena getaran di sakunya.

Buru-buru dia mengeluarkan ponsel dari sana, dilihatnya siapa yang meneleponnya malam hari seperti ini.

Devin, nama itu tertera di sana. Ragu-ragu Leta menggeser tombol hijau. Beberapa detik Leta tidak mendengar suara apapun dari seberang.

“Halo?” Sapaannya tidak langsung mendapat jawaban. Sebenarnya apa yang lelaki itu mau, pikir Leta.

Saat Leta hendak memutuskan panggilannya, Devin mengeluarkan suaranya. “Ke ru...mah, tolo...ng gue...”

Leta langsung mengernyitkan dahinya bingung, lelaki itu tidak melanjutkan kalimatnya membuat Leta sedikit khawatir.

“Vin, halo. Kamu masih di sana kan?” Tidak ada sahutan apapun padahal sambungannya masih terhubung.

“Vin?”

“Halo?”

“Devin, jawab aku!”

“Kamu kenapa? Vin, jawab aku!” Berulang kali Leta bertanya namun tidak ada sautan apapun. Pikirannya menjadi tidak jernih sekarang, akhirnya dia memutuskan mencari kembarannya. 

“Le, kirimin alamat Devin sekarang!” perintahnya langsung setelah menemukan Leo di kamarnya.

“Buat apa?”

“Gue cuma nyuruh lo kirim alamat, bukan yang lain. Jadi nggak usah banyak pertanyaan.” Leo mengangguk dan langsung mengetikkan sebuah alamat, kemudian mengirimnya pada Leta.

Tanpa berterimakasih, Leta langsung berlari menuju ke arah mobilnya berada. Dia langsung mengendarai mobilnya sesuai dengan alamat yang Leo berikan. 

Setelah menempuh beberapa menit, akhirnya Leta sampai di sebuah rumah dengan gerbang tinggi, pekarangan yang luas serta bunga-bunga yang terlihat tidak terawat. Leta sudah melewati semua namun tidak menemui satu orang pun.

Sampai pada saatnya dia berdiri di depan pintu. Berulang kali dia menekan bel namun tidak ada yang merespon, Leta ingin kembali namun telepon Devin sangat mengganggunya.

“Devin!” teriaknya berharap ada yang menyahut. Namun nihil.

Leta mencoba membuka pintu yang ternyata tidak dikunci. Dia sempat ragu sampai akhirnya, Leta memutuskan untuk masuk lebih dalam. Sangat sepi, seperti tidak ada siapa-siapa di sini.

Leta melihat foto yang cukup besar di ruang tengah. Di mana di dalam foto itu terdapat sepasang suami istri dan juga seorang anak kecil.

Hanya foto itu yang terpajang, bisa dipastikan momen yang Devin abadikan dengan keluarganya sangat sedikit.

“Devin? Kamu di mana?” Lagi-lagi tidak ada sahutan yang di dengar. Dengan lancangnya, Leta menaiki tangga menuju lantai dua. Sampainya di sana, Leta melihat sebuah pintu dengan sedikit terbuka.

Ragu-ragu Leta mengintipnya dari celah pintu itu, yang dia dapatkan adalah Devin yang tengah tertidur di atas ranjangnya.

Entah sejak kapan Leta menjadi selancang ini, memasuki rumah Devin tanpa izin dan sekarang dia dengan lancangnya memasuki kamar Devin.

“Vin?” panggilnya. 

“Vin, kamu bikin khawatir tau nggak! Aku udah panik ke sini, kamu malah tidur-tiduran!”

“Devin, bangun.” Devin tak menyahutnya, Leta mengecek dahi Devin yang terasa sangat panas. Detik itu juga Leta langsung khawatir.

“Devin, kamu kenapa? Bentar ya, aku panggilin orang buat bawa kamu ke rumah sakit.”

NERDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang