Nerd | 12

56.9K 6.6K 202
                                    

Leta menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke samping kanan ketika seorang lelaki menghentikan motornya tepat di sampingnya. 

“Oii,” ucap lelaki itu sembari melempar helm ke arah Leta. Leta yang tidak siap menerima helm itu pun sedikit oleng saat menangkap helm.

 “Naik,” ucap lelaki itu lagi. Leta hanya mengernyitkan dahinya. Beberapa detik kemudian, dia mendengar dengusan yang keluar dari mulut lelaki itu. Lelaki tersebut melepaskan helm full face-nya, menyisir rambutnya ke belakang menggunakan jari-jari tangannya. Lelaki itu, Devin.

“Lo tuli apa gimana sih?! Cepetan naik!” Leta semakin menyatukan alisnya.

Nih cowok ngajak gue pulang bareng, apa ngajak berantem?

Leta yang tak kunjung bergerak membuat Devin menghela napasnya panjang. “Sini,” Leta menurut, melangkah untuk lebih mendekat ke Devin.

“Kalo nggak bisa make helm, bilang, jangan diem doang!” ucap Devin sembari memakaikan helm pada Leta. Tentu saja hal itu membuat Leta sedikit terkejut, dan beberapa siswa yang berada di depan gerbang pun terkejut melihat perlakuan Devin.

“Udah, sekarang naik.”

“Kamu, ngajak aku pulang bareng?” Entah sudah keberapa kali, hari ini Devin menghela napas gara-gara gadis yang sekarang berada di hadapannya.

“Menurut lo? Gue ngajak lo tawuran?” Leta terkekeh. Devin mencibir, memangnya, apa yang lucu dengan ucapannya barusan?

“Udah cepetan.” Sebelum emosi Devin benar-benar meledak, Leta menurut untuk naik ke jok motor lelaki itu. Devin memakai helm nya kembali, lalu mulai menjalankan motornya meninggalkan sekolah.

“Vin, aku boleh nanya?” tanya Leta ditengah perjalanan. Devin mengangguk sebagai persetujuan.

“Apa bener, kamu tadi di kelas ngancam anak-anak buat nggak gangguin aku lagi?” Devin mengangguk membenarkan.

“Alasannya? Kok, tiba-tiba kamu kayak perhatian gitu ke aku? Terus, kenapa kamu tiba-tiba nganterin aku pulang? Kamu ngelakuin ini semua karena apa?” 

“Nggak boleh?” Devin merespon cepat.

“Eh, bo-boleh sih. Ta-tapi kan, aku pengin tau alasan-”

“Ya udah.”

“Hah?” Leta menyatukan alisnya bingung. 

Lain halnya Devin, lelaki itu melihat pantulan wajah Leta dari spion motor. Dia langsung menyunggingkan senyum saat melihat raut wajah bingung Leta. Lucu, pikirnya.

Tunggu, kalo Devin nganterin gue pulang, dia bakalan tau dong, kalo gue kembarannya Leo? Leta menggelengkan kepala. Tidak, Devin tidak boleh mengetahui itu.

“Devin, berhenti!” Devin menghentikan motornya secara mendadak karena ucapan Leta. Kemudian Leta langsung turun dari motor milik Devin.

“Kenapa? Udah sampe di rumah lo?” Leta mengarahkan bola matanya ke segala arah, dia bingung akan mencari alasan apa.

“Rumah aku di sekitar sini.” Devin mengamati sekitar, gadis di hadapannya berbohong? Mana mungkin rumahnya ada di sekitar sini, Devin tahu betul daerah yang mereka pijak saat ini. Tidak ada perumahaan di sekitar sini, karena di sini hanya ada bekas pabrik yang sudah tak terpakai.

“Lo yakin?” tanya Devin, bisa dilihat jika Leta sedikit gugup.

Leta mengangguk mantap. “Iya, rumah aku di dekat sini. Aku bisa jalan kaki aja dari sini.”

“Gue anterin sampe rumah.” 

Leta langsung menggelengkan kepala. “Gang menuju rumahku sempit. Jadi, motor nggak bisa masuk ke sana.” Devin megamati wajah Leta, kemudian mengangguk. 

NERDWhere stories live. Discover now