"Padahal Lo jutek, dan selalu bersikap bodoh amat sama gue. Tapi kenapa gue suka karena Lo kaya gitu ke gue? Hera, gue udah putusin bahwa nanti kalau umur kita sudah 20 tahun... Gue bakal lamar Lo." ucap Jehan mutlak.

"Kalaupun kita gak jodoh nanti, tapi itu amit-amit ya. Pokoknya kita harus jodoh, nih kalau gak jodoh gue gabakal nikah sama siapapun." ujarnya, menatap Hera namun tak ada pergerakan sedikitpun dari Hera.

"Hera... Bangun Ra, gue butuh Lo." lirihnya, perlahan dadanya sesak sekali.

Jehan sadar, bahwa yang dihadapannya ini tengah tertidur dan tak memahami apa yang Jehan tengah katakan panjang lebar itu.

"Lo jangan ngebebanin Hera, dengan cara  Lo gak bakal nikah sama orang lain, kalau enggak sama dia." Jehan mengalihkan tatapannya pada Yura yang berdiri diambang pintu.

"Lo ganggu suasana aja." omel Jehan.

"Cewe ini siapa sih, gayanya kayak cowok banget."

"Firasat gue ada yang lagi ngomongin gue nih." ucap Yura menatap Jehan dengan tatapan mengintimidasi.

"Lo bisa hargain Hera gak?" ucap Jehan.

Tiba-tiba Yura tak sengaja menatap gadis yang duduk di sofa, gadis dengan rambut setengah panjang dan memakai dress putih pendek itu tengah menatap Jehan dan juga Yura.

"Dia siapa?" tanya Yura.

Jehan menatap gadis itu, "Kata Levi saudaranya gitu, temannya Hera juga." ucapnya.

Yura mengangguk-anggukkan kepalanya, dirinya beralih menatap Hera. Yura perlahan mengelus rambut hitam milik Hera, berharap temannya itu akan bangun dan kembali berceloteh dengannya.

"Hera Lo harus cepat bangun, gue butuh Lo buat masuk jurusan kedokteran, demi bunda gue." ucap Yura.

Yura berkata demikian karena Hera anak yang cerdas, siapa tau bisa mengajari Yura sedikit.

"Selain itu, gue mau sepedaan Sama Lo lagi. Gue mau beli makanan pinggiran bareng Lo lagi Ra." lirihnya seketika.

****

Arya melihat Alora yang tengah duduk seorang diri di lobi rumah sakit, tatapannya nampak kosong. Arya pun berjalan menghampiri Alora,  alih-alih untuk menemani wanita itu.

"Ku dengar, keadaan Hera perlahan membaik...." ucapnya, seketika membuat Alora mengadahkan pandangannya keatas menatap Arya yang tersenyum sembari menyodorkan minuman pada Alora.

"Iya, aku harap anak itu cepat membuka matanya." cetus Alora.

Arya duduk disamping Alora, kembali mengulurkan minuman pada wanita itu dan akhirnya diterima oleh Alora.

"Terimakasih Arya." ucapnya.

"Sama-sama." balas Arya.

Terdengar helaan nafas dari Alora, membuat Arya bertanya kenapa Alora begitu.

"Aku sudah memaafkan kesalahannya, tapi kenapa dia tidak mau memperbaiki kesalahannya hingga detik ini?" ucap Alora tiba-tiba.

Arya mengerutkan keningnya, apa yang dimaksud oleh Alora barusan adalah Yolan? Arya ragu, tapi mungkin itu faktanya.

"Maksudmu Yolan?" tanya Arya ragu.

1. PASSING BYWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu