Bab 7

128 28 2
                                    

Jangan lupa vote dan komentarnya...

Maaf, typo bertebaran..

Happy reading...

°°°°

Dian, wanita itu saat ini sedang berdiri di depan ruang UGD dengan perasaan panik. Di dalam sana ada sang ibu yang sedang mendapatkan penanganan dari dokter. ingatan tentang bagaimana dia kehilangan sang ayah selalu menghantui dirinya, sang ibu tidak akan meninggalkan dirinya juga kan? pikir Dian frustasi.

"Kamu harus tenang, Mama kamu pasti baik-baik aja," ucap Adit berusaha menenangkan sang kekasih.

"Semua ini salah Jingga," gumam Dian yang bahkan belum bisa melupakan kejadian tadi.

Dian saat ini sedang berdiri di depan kos-kosan tempat Jingga tinggal, dia sudah diberitahu oleh Aurel dimana adiknya itu tinggal. Dengan cepat, Dian langsung mencari kamar Jingga dan saat menemukannya perempuan itu langsung mengetuk pintu dengan keras.

"Jingga!!" teriak Dian yang masih mengetuk pintu, tindakan Dian tentu saja menjadi pusat perhatian dari penghuni kos lainnya.

"Jingga!! keluar lo!" teriak Dian lagi.

"Kalian siapa? kenapa membuat ribut di kos-kosan saya?" tanya seorang wanita menghampiri Dian dan juga Adit.

"Saya mau ketemu sama yang ngekost di kamar ini, dia bawa Mama saya kemana?" jawab Dian yang berusaha untuk tenang.

"Di sini hanya Jingga yang tinggal, dia hanya sendiri," jawab Siska yakin.

"Saya ngg-..."

"Apa boleh kami melihat ke dalam Bu? ini adalah kakaknya Jingga, dan di dalam ada Mama mereka," jelas Adit memotong ucapan sang kekasih.

"Gitu ya, ya udah saya buka pintunya," jawab siska membuka pintu kamar yang ditempati oleh Jingga.

"Mama!" panggil Dian panik saat melihat sang ibu yang sedang terbaring dan tak bergerak di atas ranjang.

Lamunan Dian terhenti saat melihat sang adik yang baru saja datang dengan napas yang tidak teratur, terlihat dengan jelas bahwa gadis itu kelelahan.

Tanpa mengatakan apapun, Dian langsung berdiri dari duduknya dan memberikan sebuah tamparan di pipi mulus Jingga. Hal itu sukses membuat Adit kaget, bahkan Ergi dan Aurel yang baru datang pun juga ikutan kaget.

"Kak lo ken-..."

Perkataan Jingga kembali terpotong saat Dian kembali menampar dirinya sangat keras. Jingga dapat melihat tatapan penuh kebencian dari sang kakak.

"Maaf," gumam Jingga yang tak ingin mencari masalah, dia cukup trauma dengan tamparan yang dia rasakan di rumah sakit. Hal itu mengingatkan pada kematian sang ayah.

"Kamu harus sabar," bisik Adit saat melihat Dian yang sangat emosi, dan Jingga yang menundukkan kepalanya takut.

Tapi Dian tidak bisa tenang, menatap Jingga saja sudah sukses membuat dirinya semakin murka. Tanpa rasa kasihan sedikitpun Dian langsung mencekik leher sang adik dengan kuat dan mendorong gadis itu ke dinding.

JinggaWhere stories live. Discover now