"Bahkan jika lo tau kesalahan itu. Lo gak akan pernah bisa memperbaiki hal itu. Never"

Ellias berdiri berjalan menuju meja kebesarannya. Ia duduk menatap Miselia yang masih terduduk di lantai. Membiarkan perempuan itu beradu dengan dinginnya lantai.

"Pindah ke sofa sana, jangan berlagak seperti orang yang paling tersakiti" ucap Ellias.

Dengan gemetar Miselia mencoba berdiri, ia berjalan dengan gemetar dan sempoyongan. Kakinya masih terasa seperti jelly namun ia paksa agar tetap bergerak. Ia duduk di sofa sebelah Ellias. Pria itu kembali berkutat dengan berkasnya.

Miselia hanya menatap kosong ke depan. Ia sungguh lelah hanya karna berdebat dengan Ellias yang tak berujung. Lehernya masih merasakan cengkraman Ellias, ia yakin saat ini lehernya terdapat bekas tangan besar milik Ellias.

Matanya menemukan tangannya yang seperti dugaannya memerah. Hebat bukan hari ini ia mendapat dua memar sekaligus.

'Kemana sebenarnya jiwa asli lo Miselia, kenapa lo ninggalin gue dengan segala teka-teki dan tanpa selembar ingatan apapun" batin Miselia

"Gue mau pulang" ucap Miselia memecah keheningan.

"Ntar gue anter"

"Gue mau pulang Ell" suara Miselia kini terdengar parau. Entah ia ingin pulang, bukan ke rumah orang tua Miselia dan Marcelio.

Ia ingin pulang ke dunianya, meski raganya sudah tak utuh setidaknya lebih baik bukan, ia tak bertemu Ellias lagi.

Miselia masih menatap ke depan, tangannya saling bertaut menguatkan dirinya yang tak berefek apapun.

"Please Ell gue mau pulang sekarang" parau masih saja sama, suaranya belum sepenuhnya tenang. Ellias menghela nafas, mendengar suara parau perempuan didepannya membuat sudut hatinya tak nyaman.

Ell, panggilan yang sudah lama tak ia dengar dari perempuan itu. Dulu Miselia sangat menyukainya setelah disahkan pertunangan itu meski sikapnya selalu acuh tapi Miselia tetap perhatian. Pertunangan yang hanya diketahui oleh keluarganya dan keluarga Miselia.

Pria itu berdiri dari duduknya, melangkah mendekati Miselia. Ia mengulurkan tangan ke depan Miselia. Gadis itu mendongak menatap pria yang mengulurkan tangan padanya. Tatapan Ellias sudah tak semenyeramkan tadi, ia sudah bersikap biasa saja.

Dapat ia lihat wajah Miselia yang kehilangan separuh pikirannya, tangannya masih setia terulur.

"Ayo, sebelum gue berubah pikiran" ucap Ellias, dirinya sempat melupakan tujuannya.

Miselia dengan ragu menyambut uluran tadi, Miselia berdiri mengikuti langkah Ellias. Tangan mereka saling bertautan, tepatnya Ellias yang memegang tangan Miselia.

Mereka berjalan beriringan keluar dari ruangan Ellias. Sekretaris Ellias bernafas lega setelah mereka keluar dengan keadaan utuh. Ia sempat berpikir akan terjadi acara baku hantam saat datang Ellias terlihat marah.

Dimana tempat selalu terdapat orang yang suka mengurusi kesibukan orang lain. Bisikan - bisikan kembali telinga Miselia dengar. Rumor Ellias yang tak pernah membawa seorang wanita kini terpatahkan.

Jika dilihat mereka cukup serasi, menurut mata semua orang. Tidak ada yang tahu bahwa ia hanya alat kegilaan Ellias.

Ellias tak peduli tentang bisikan tentangnya, semua hanya angin lalu yang tak berguna.

Pintu mobil terbuka oleh tangan Ellias, Miselia hanya menurut tak ingin berdebat lagi dengan pria itu.

Kendaraan Ellias melaju meninggalkan gedung pencakar langit tersebut. Hening kembali menyelimuti, Miselia sibuk memandang keluar jendela melihat berbagai gedung pertokoan dan pusat kesibukan semua orang berjejeran disepanjang jalan.

"Gue ingin besok lo udah gak kerja sama Dellion lagi" ucapnya ketika mereka telah tiba didepan rumah gadis itu. Miselia hanya diam, lalu keluar dari mobil tanpa menjawab pertanyaan Ellias.

Ia melangkah memasuki halaman rumahnya. Tangannya mendorong pintu, ia menemukan pria dengan pakaian santai tengah fokus pada handphonenya.

"Kak Marcel...." Ucap Miselia yang duduk disebelah Marcel, ia meletakkan kepalanya di bahu lebar pria itu.

"Heyy dear" ia mengusap kepala Miselia.

"Tumben udah pulang"

"Iya kerjaan udah selesai jadi gue pulang cepet" balas Marcel.

Miselia memejamkan mata menikmati kebersamaan mereka, menghirup wangi Marcelio yang menenangkannya. Ia butuh istirahat kali ini.

"Kenapa?" Tanya Marcelio yang merangkul bahu Miselia membawa gadis itu agar nyaman bersandar padanya.

"Gak, Miselia cuma lelah sama kerjaan" gumamnya sambil memejamkan mata.

"Tu Singa beri beban kerjaan berat sama lo? Buar gue tampol palanya ntar"

"Engga kak, gue aja yang masih adaptasi, gak usah memperpanjang masalah ya. Misel cuma capek" ucap Miselia. Ia hanya tak ingin Marcelio terbebani olehnya.













🐥🐥🐥🐥

Author comeback guys.

Selamat membaca, jangan lupa klik follow, vote, komen dan masukkan ke reading list kalian💛

Become an Antagonist Fiance (SELESAI)Where stories live. Discover now