11

40.7K 4.4K 58
                                    

Mereka memasuki lift menuju lantai teratas. Ellias menarik kembali Miselia, walau tanpa tarikan ia akan tetap mengikuti pria itu.

"Batalkan semua pertemuan hari ini dan jangan ada yang menganggu saya sampai saya keluar"

Tangannya sejak tadi sudah sakit, cengkraman Ellias tak pernah main-main. Kalimat yang terlontar dari mulut pria itu semakin membuat jantung Miselia berdetak tak karuan.

Pintu terkunci, Ellias menghempas tangan Miselia hingga dirinya hampir terjatuh.

"Mau lo apa sih"

"Jangan berdekatan dengan pria manapun terutama Dellion"

"Gue kerja sama Dellion kalo lo mau tau"

"Keluar, adwiguna belum jatuh miskin hingga lo harus kerja di perusahaan orang"

"Gue gak mau"

Ellias mencengkram dagu Miselia, ringisan terdengar dari mulut perempuan didepannya. Namun ia tak peduli, gadis itu harus mematuhi semua yang diinginkan. Miselia harus selalu dalam kendalinya.

"Lo milik gue Miselia, ingat hal itu"

"Hidup gue, milik gue" gumam Miselia

Ellias semakin geram, sungguh sulit menjinakkan gadis didepannya. Ia terbiasa melihat semua berjalan sesuai kemauannya.

Ruangan semakin mencekam, mereka sama-sama melempar pandangan saling menghunus. Mungkin jika ada laser yang keluar dari mata mereka raga mereka sudah menjadi abu sekarang.

Cengkraman teralih pada leher Miselia, ia semakin panik Ellias mulai tak terkendali. Tangannya memukul lengan Ellias yang terulur. Pukulannya tak berefek apapun pada pria itu. Kakinya sudah berjinjit mengikuti cengkraman Ellias yang terangkat, nafasnya mulai tersengal.

"Le...pashhh...."

"G..gu..e mo..ho..nn"

Wajahnya mulai memerah menunjukkan oksigen dalam rongga paru-parunya mulai menipis. Ellias menyunggingkan bibirnya, menikmati rasa sakit seorang didepannya.

"Turuti semua kemauan gue" ucap Ellias. Miselia mengangguk dengan sulit, yang terpenting sekarang ia terbebas dahulu dari kegilaan Ellias. Ia sudah akan menutup matanya hingga.

Brakk....

Badannya terhempas ke lantai, Miselia meraup oksigen sebanyak - banyaknya. Mengisi ke kosongan paru-parunya tadi, hampir saja nyawanya kembali melayang.

Telapak tangannya menyentuh lantai menyangga badannya agar tetap duduk. Ellias benar-benar gila. Pria itu berjongkok mensejajarkan tinggi mereka. Tangannya terulur, namun belum sempat menyentuh kepala Miselia menjauhkan badannya kebelakang.

"Gue gak nerima penolakan" Ellias mendekat melanjutkan tangannya yang terulur lalu mengusap pelan kepala Miselia. Ia sudah tak bergerak membiarkan Ellias mengusap kepalanya.

"Turuti semua perkataan gue, atau gue akan membuat lo menderita lebih dalam"

"Gue bukan boneka lo Ellias"

"Tapi gue udah beli lo dari orang tua serakah lo itu" kekehnya, ya perjanjian itu sama dengan mereka menyerahkan Miselia sepenuhnya pada Ellias. Namun jika Miselia membatalkan maka Ellias akan menarik semua uangnya.

"Gue salah apa sama lo?" Tanya Miselia yang mulai jengah dengan semua ini, ia hanya ingin hidup tenang di dunia ini, entah dunia pararel, novel atau dunia nyata ia tak peduli dimana ia berada saat ini.

"Salah lo, lo beneran mau tau apa salah lo?"

"Iya gue mau tau. Biar gue bisa perbaiki kesalahan gue" Miselia bersungguh-sungguh ia ingin memperbaiki apa yang sudah pemilik asli Raga ini lakukan. Ia tak bisa hidup dengan bayang-bayang Ellias selamanya. Pria kejam dan berhati dingin.

Become an Antagonist Fiance (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang